RANGKUMAN  KBI
| 
   
Kb 1 
Kb 2 
Kb 3 
 | 
  
   
Modul 1. Hakikat Keterampilan Berbahasa 
Pengertian dan manfaat keterampilan berbahasa 
Keterampilan berbicara ada empat aspek , yaitu ket erampilan
  berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim
  pesan  menggunakan bahasa lisan.
  Kemudian  sipenerima pesan menyimak
  dengan berupaya memberi makna terahadap bahasa  lisan yang disampaikan orang lain.
  Selanjutnya dalam menulis pengirim pesan menggunakan  bahasa tulis.  Pihak lain pembaca menerima pesan  dengan berupaya memberi makna terhadap
  bahasa tulis. 
Dalam mengirim pesa, si pengirim pesan harus terampil melakukan
  proses encoding. Sebaliknya
  sipenerima pesan terampil melakukan proses  decoding. 
Keterampilan berbahasa bermanfaat 
  dalam melakukan interaksi komunkasi dalam masyarakat. Banyak profesi
  yang berhasil dalam  kehidupan
  bermasyarakat bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa.  
Proses encoding :  pengirim pesan aktif  memilih pesan , memformulasikannya dalam
  wujud 
                                
  lambang-lambang  berupa bunyi/
  tulisan. 
Proses decoding :  si penerima pesan aktif menerjemahkan
  lambang-lambang berupa bunyi/ 
                                 tulisan
  menjadi makna agar pesan bisa diterima utuh. 
Aspek-aspek keterampilan berb
  ahasa 
Menengarkan  dan berbicara
  merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan  membaca dan menulis merupakan keterampilan
  berbahasa ragam tulis. 
Mendengarkan  dan membaca
  keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif,
  sedangkan  berbicara dan menulis
  keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.
   Untuk menguasai keempat
  keterampilan berbahasa disyaratkan menguasai sejumlah keterampilan mikro. 
Keterampilan mikro pendengar :  (1).
  Menyimpan/mengingat  unsur bahasa yang
  didengar menggunakan daya ingat jangka penek “short-term memory”. (2).
  Membedakan bunyi-bunyi/ arti dalam bahasa target. (3). Memahami  adanya bentuk-betuk tekanan dan nada, warna
  suara, intonasi, dan reduksi bentuk-bentuk kata. (4). Membedakan dan memahami
  arti kata-kata. (5). Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus “typical
  word-order patterns”. (6). Mendeteksi 
  kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan. (7).
  Menebak makna konteks. (8). Mengenal kelas kata “ grammatical word classes”.
  (9). Memahami bentuk-bentuk dasar sintaksis. (10). Mengenal
  perangkat-perangkat kohesif “ recognize cohesive devices”. (11). Mendeteksi
  unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur
  lainnya. 
Keterampilan mikro pembicara : (1). Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda dengan jelas. (2).
  Menggunakan  tekanan nada serta
  intonasi secara jelas dan tepat. (3). Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan
  kata, serta pilihan kata yang tepat. (4). Menggunakan register/ragam bahasa
  yang sesuai situasi komunikasi. (5). Berupaya agar kalimat-kalimat utama “the
  main sentence constituents” jelas bagi pendengar. (6). Berupaya mengemukakan
  ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama. (7). Berupaya  agar wacana 
  berpautan secara serasi agar pendengar mengikuti pembicaraan. 
Ketrampilan  mikro pembaca:  (1). Mengenal sistem tulisan. (2). Mengenal
  kosa kata. (3). Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan
  topik/gagasan utama. (4). Menentukan makna kata. (5). Mengenal kelas kata
  gramatikal  “kata bendA, kata sifat
  dll”. (6). Menentukan konstituen dalam kalimat seperti S.P.O.dan preposisi.
  (7). Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis. (8). Merekonstruksi dan
  menyimpulkan situasi, tujuan,dan partisipan. (9). Menggunakan perangkat
  kohesif leksikal dan gramatikal. (10). Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat
  kohesif leksikal  dan gramatikal untuk
  memahami topik/informasi utama. (11). Membedakan ide utama dari detail-detail
  yang disajikan. (12). Menggunakan strategi membaca yang berbeda  seperti skimming. 
Keterampilan mikro penulis : (1). Menggunakan ortografi
  dengan benar termasuk penggunaan ejaan. (2). Memilih kata yang tepat. (3).
  Menggunakan bentuk kata dengan benar. (4). Mengurutkan kata-kata dengan
  benar. (5). Menggunakan struktur kalimat dengan tepat/jelas. (6). Memilih
  genre yang tepat. (7). Mengupayakan ide-ide/ informasi utama didukung
  ide/informasi tambahan. (8). Terciptanya paragraf yang koheren, (9). Membuat
  dugaan seberapa banyak pengetahuan pembaca. 
Keterkaitan antar aspek  keterampilan berbahasa 
Berbicara  dan mendengarkan dua
  jenis eterampilan berbahasa lisan yang erat kaitannya. Berbicara bersifat
  produktif dan membaca bersifat reseptif. Menulis dan membaca keterampilan
  berbahasa ragam tulis. Menulis 
  bersifat produktif, dan membaca reseptif. 
Dalam perolehan/belajar bahasa, keterampilan bahasa jenis reseptif
  banyak mendukung perolehan keterampilan berbahasa jenis produktif. 
Para pakar: 
Brook  dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan
  mendengarkan  merupakan kegiatan
  komunikasi dua arah yang langsung. 
Dawson dalam Tarigan (1994:3),
  menjelaskan hubungan  antara
  berbicara dan mendengarkan, seperti berikut : ujaran biasanya dipelajari
  melalui mendengarkan dan meniru, ujaran cermin pemakai bahasa setempat,
  peningkatan kemampuan mendengarkan berarti pula peningkatan kualitas
  berbicara, suara yang didengar merupakan faktor yang berpengaruh pada
  kemampuan berbicara apalagi anak-anak. 
Tarigan (1994:4), paparan
  diagram hubungan berbicara dan mendengarkan dengan beberapa modifikasi  atas hubungan menyimak, sifat, dan
  berbicara. 
Tarigan (1994:4-5),
  menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar
  membaca secara efektif. 
Tarigan (1994:5),
  hipotesis tentang korelasi mendengarkan dan membaca, apabila ada peningkatan
  pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan kemampuan yang
  lain. 
Subyakto  Nababan 
  (1993:153), tentang kaitan mendengarkan  dan membaca menjelaskan dalam diagram
  berangkat dari “kemampuan reseptif” dengan hasil akhir berupa konsep. 
Subyakto  Nababan 
  (1993:153), berupaya menjelaskan 
  kaitan antara menulis dan berbicara menggunakan gambar diagram dari
  proses “kemampuan produktif” dengan hasil akhir berupa  suara dan tulisan. 
Subyakto  Nababan 
  (1993:153) dan Tarigan (1994:10), menjelaskan bahwa baik berbicara
  maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. 
Wray, 1994: 96-97), dalam proses penulisan, penulis sering melakukan
  revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara
  berulang-ulang. Jadi, nampak jelas bahwa kemampuan  mebaca penting sekali bagi proses menulis. 
 | 
 
| 
   
Kb 1 
Kb.2    
 | 
  
   
Modul 2 Keterampilan Menyimak 
Kemampuan menyimak tingkat
  dasar 
Empat tataran pokok
  pengembangan keterampilan menyimak: (1). Tataran identifikasi.
  (2).tataran  identifikasi dan seleksi
  tanpa retensi. (3). Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dengan
  retensi jangka pendek. (4). Tataran identifikasi dengan retensi jangka
  panjang. 
Tiga tataran proses menyimak:
  (1). Menerima masukan auditori “auditory
  input “.  Mendengar  pesan 
  saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. (2). Memperhatikan  masukan auditori. Penyimak berkosentrasi
  secara fisik dan mental. (3). Menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan
  auditori “ previous knowledge”. Penyimak
  menggunakan strategi prediksi konfirmasi secara cepat. 
Keterampilan awal menyimak
  bahasa : (1). Kemempuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejalan
  fonetik, baik berupa  nada, tekanan,
  maupun intonasi. Juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-bunyi segmental
  suatu bahasa. (2). Kemampuan mengenal, membedakan, menerapkan struktur tata
  bahasa sesuai dengan maknanya. 
Dua strategi untuk menyimak
  bahasa yaitu memusatkan perhatian dan
  membuat catatan. Latihannya 
  dengan  membedakan  fonem dalam konteks, dan menangkap maksud
  tuturan melalui unsur  segmental dan
  suprasegmental. 
Kegiatan menyimak interogatif
  bertujuan untuk memperoleh informasi berupa fakta-fakta yang akurat  dengan 
  cara menginterogasi nara sumber, pelaku atau penyimak ini adalah
  seorang pewawancara. 
PAKAR 
Soedjiatno, 1983: 18,
  menyatakan  pada dasarnya
  pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran
  pokok yaitu identifikasi, identifikasi seleksi tanpa retensi, identifikasi
  seleksi terpimpin dengan retensi jangka pendek, dan identifikasi seleksi
  retensi jangka panjang. 
Lundsteen  dalam Tompkins dan Hosskinson, 1991 :
  Proses menyimak  merupakan proses
  interaktif  yang mengubah bahasa
  lisan  yang menjadi makna dalam
  pikiran. 
Faris (1993: 154),
  menguraikan proses menyimak atas tiga tahapan yaitu: auditory input,
  memperhatikan auditori,  menaksirkan   dan berinteraksi . 
Clark dan Clark (1977: 133-179),
  hasil menyimak yang disimpan  itu bukan
  rentetan bunyi bahasa atau lambang 
  bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi
  konsep. 
Kemampuan menyimak tingkat lanjut 
Enam kiat  yang dapat digunakan untuk menangkap
  gagasan inti simakan: (1). Membentuk gambar dalam pikiran/berimajinasi.
  (2). Mengelompokkan informasi. (3). 
  Mengajukan/merumuskan 
  pertanyaan-pertanyaan . (4). Menemukan pola organisasi informasi. (5).
  Mencatat informasi penting. (6). Memusatkan perhatian. 
Tujuh kemampuan yang dimiliki
  penyimak menurut Priyatmi: (1). Mengantisipasi topik. (2). Menemukan
  topik. (3) membedakan ide pokok dan ide penjelas. (4). Merumuskan hal
  penting. (5). Memberi komentar/respons . (6). Membedakan antara fakta,
  pendapat, dan simpulan. (7). Menunjukkan nilai estesis yang terdapat dalam
  simakan. 
Menyimak kritis, menyimak
  kreatif, dan menyimak eksporatif tergolong dalam  kemampuan menyimak tingkat lanjut.Penyimak kritis dikatakan berhasil
  apabila  mampu membedakan antara fakta
  dan opini, dan mampu  membuat simpulan
  , menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam bahan simakan. Menyimak kreatif  mebutuhkan 
  daya imajinasi dan kreatifitas. Penyimak
  kreatif mampu  menirukan
  bunyi-bunyi/ lafal simakan, mengemukakan kembali gagasan/informasi,
  mengungkapkan makna  yang tersirat dari
  bahan simakan. Menyimak eksploratif  bertujuan menemukan gagasan/inform bidang
  tertentu , kemudian dikembangkan menjadi topik. 
PAKAR 
Broadbent (1986),
  berpendapat bahwa organisme manusia itu mempunyai  kapasitas yang terbatas dalam menyerap
  informasi. 
Tompkins dan Hosskison (1991),  menyatakan bahwa terdapat enam kiat  yang dapat kita gunakan  untuk menangkap gagasan inti simakan yaitu
  : membentuk citraan, mengelompokkan, 
  mengajukan pertanyaan, mengorganisasi, 
  mencatat, dan memusatkan perhatian. 
Kamijan (2001: 22),
  dapatkah penyimak menafsirkan makna 
  idiom, ungkapan, dan majas dalam kegiatan  menyimak? 
 | 
 
| 
   
Kb 1 
Kb 2 
 | 
  
   
Modul 3 Keterampilan Berbicara 
Kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara 
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika dialog : menarik perhatian,
  cara memulai/ memprakarsai, bagaimana menyela-mengoreksi- memperbaiki-
  dan  mencari kejelasan , mengakhiri
  percakapan. 
Hal-hal  yang diperhatikan
  dalam menyampaikan pengumuman: volume lebih keras, intonasi tepat, gaya dan
  penampilan yang menarik. 
Menyampaikan argumentasi. 
Suatu proses komunikasi  untuk
  menyampaikan argumentasi  untuk
  mempertahankan pendapat.Setiap pihak yang berdebat berusaha  agar lawannya  setuju dan yakin (Laksono, 2003:20).
  Sebelum berdebat peserta  mempersiapkan
  materi dan argumentasi dengan referensi yang memadai. 
Manfaat berceritera: memberi hiburan, mengajarkan kebenaran, dan
  memberikan keteladanan. 
Kemampuan lanjut dalam kegiatan berbicara 
Roh musyawarah adalah untuk kepentingan orang banyak. Ada dua
  keputusan / hasil kesepakatan, yaitu mufakat
  atau voting, yang paling baik
  adalah mufakat. 
Diskusi menurut Nio ( dalam
  Haryadi, 1981:68) diskusi adalah proses perlibatan dua  orang atau lebih yang berinteraksi secara
  verbal dan tatap muka, dan betukar informasi untuk memecahkan masalah.  Diskusi menurut  Brilhart ( dalam Haryadi
  1997:68) diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah.
  Tujuannya adalah untuk mencapai proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan
  bersama mengenai suatu masalah. 
Sikap yang dibangun dalam diskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi 1997:69 yaitu: kooperatif, semangat
  berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat komunikasi, dan
  kemampuan memahami persoalan. Proses dan kesimpulan diskusi rasional/ masuk
  akal dibarengi argumentasi. 
Pidato adalah kumikasi lesan dilakukan secara impromtu (serta merta).
  Menyusun pidato  perlu diperhatikan
  hal-hal berikut: pengumpulan bahan, garis besar, uraian secara detail. 
 | 
 
| 
   | 
  
   | 
 
| 
   
Kb. 1 
Kb 2 
 | 
  
   
MODUL 4 “ Keterampilan Membaca” 
Kemampuan dasar dalam kegiatan  membaca 
Kemampuan dasar dalam kegiatan membaca 
Membaca dalam hati
  mengandalkan kemampuan visual , pemahaman, serta ingatan tanpa suara maupun
  gerak bibir. 
Membaca bersuara
  melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat. 
Membaca dalam hati menurut Tarigan (1993:30-31), dibedakan dalam dua
  jenis kegiatan membaca, yaitu membaca ekstensif
  dan membaca intensif. Menurutnya  yang tergolong membaca  ekstensif adalah
  membaca:  survei (survy reading),
  sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).  Adapun yang tergolong membaca intensif yaitu membaca: 
  telaah isi dan telaah bahasa. 
Selanjutnya membaca telaah isi terdiri dari membaca:  teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide.
  Membaca telaah bahasa terdiri dari 
  atas membaca bahasa  dan membaca
  sastra. 
Membaca Wacana Informatif 
Seiring kemajuan teknologi informasi melimpah ruah lewat berbagai
  macam media.  Kemampuan untuk memilih
  informasi  dengan cepat lewat membaca
  dengan cepat pula diperlukan trategi membaca yang efektif. 
Membaca memindai , ketika memilih buku di perpustakaan perlu membaca
  dengan cepat judul-judul buku dalam kartu 
  katalog , serta kode-kode yang terpajang di rak  sebelum memutuskan mengambil yang paling
  disukai.  Jenis kegiatan membaca
  seperti itu disebut membaca memindai, atau disebut membaca
  scanning (Mikulecky, 1990: 138). 
Setelah menemukan judul buku, lalu dilakukan  survei terhadap buku tersebut. Dengan cepat
  kita baca identitas buku halaman depan, daftar isi, daftar indek, dan
  beberapa halaman depan baru berkesimpulan apakah buku itu yang diperlukan.
  Kegiatan ini juga disebut membaca memindai, yaitu membaca dengan cepat
  sesuatu bahan bacaan  untuk mendapatkan
  kesan awal untuk menemukan sesuatu yang kita cari. Sebagian pakar menamakan
  kegiatan membaca demikian dengan istilah membaca skimming. Dengan penjelasan
  tersebut ada dua jenis membaca memindai yaitu scanning dan skimming. 
Scanning menurut  Mikulecky (1990: 49-51) adalah
  keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat
  cepat. Maka membacanya  tidak perlu
  kata demi kata,  tidak perlu secara
  teliti keseluruhan bahan bacaan yang dihadapi guna menemukan informasi khusus
  yang dibutuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau
  kelompok-kelompok kata sebanyak- banyaknya sekaligus dan jangkauan pandangan
  berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari. 
Skimming menurut Fry dalam
  Mikulecky (1990:138). Skimming memiliki kesamaan dengan scanning yaitu
  kecepatan dalam membaca yang tinggi. Perbedaannya sebagai berikut: Scanning
  membaca cepat dengan tujuan  menemukan
  informasi khusus. Skimming membaca cepat 
  guna memperoleh gambaran   kesan
  umum  mengenai  bentuk dan isi teks. ( organisasi, gaya,
  dan fokus tulisan) dari hal-hal itu pembaca akan menentukan terus dibaca
  atau  berhenti pilih bacaan lain. 
Berikut petunjuk prabaca
  (previewing) dari sebuah buku atau artikel: 
1.Bacalah judul bab atau artikel  
2.Perhatikan seluruh ilustrasi yang ada 
3.Apabila bab atau artikel itu terdiri atas sub-subbab lakukan
  skimming 
4.Lakukan skimming  pada
  paragraf awal dan akhir serta rangkuman bab atau artikel tsb. 
Manfaat  melakukan prabaca: (1). Mengetahui  jenis (genre)bahan bacaan yang dihadapi, (2).dengan
  menyadari topik/tema, pembaca akan mengangtifkan  pengetahuan yang telah dimilikinya agar
  lebih mudah menangkap makna teks. (3).menumbuhkan kesadaran untuk menangkap
  makna bacaan (Mikulecky, 1990: 35-38).
  Langkah berikutnya dilanjut dengan pendugaan (predicting). 
Kemampuan lanjut dalam kegiatan
  membaca 
Dalam berpidato, kadang-kadang 
  seseorang harus menggunakan naskah lengkap karena sesuatu alasan.
  Membaca naskah pidato seseorang harus mengandalkan kemampuan membaca bersuara
  dengan intonasi, tekanan, dan tempo yang tepat juga kemampuan menggunakan
  gerak tubuh dan ekspresi. Kemampuan ini dapat diperoleh melalui latihan- latihan. 
Internet salah satu sumber informasi. Kemampuan menelusuri wacana
  informatif merupakan nilai tambah yang harus dikuasai. Selain teknik
  penelusuran kecepatan membaca (scanning/ skimming) juga diperlukan membaca
  wacana di internet. 
Kegiatan membaca karya sastra seseorang minimal  menguasai tiga hal yaitu: (1). Kode bahasa.
  (2). Kode satra, dan (3). Kode budaya yang terkait dengan karya sastra. 
PAKAR 
(Teeuw, 1991: 12-17)
  berkesimpulan bahwa, dalam membaca karya sastra  ada tiga jenis kode  yang harus dikuasai yaitu: bahasa, budaya,
  dan sastra. 
(Teeuw, 1991: 17-19), kode
  sastra tidak terlepas dari kode bahasa, karena  lewat bahasa bisa  menyampaikan pesan dan keindahan selanjutnya
  diterima masyarakat sesuai konvensi sastra. Ada juga penyair yang merasa
  terkungkung oleh kode bahasa dan berusaha 
  memberi makna baru diluar makna yang sudah ada. Contoh  sajak Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul
  “Amuk”. 
 | 
 
| 
   
KB 1 
KB 2 
 | 
  
   
MODUL 5 
KETERAMPILAN
  MENULIS 
 Kemampuan dasar  dalam kegiatan
  menulis 
Menulis  harus melakukan
  pemilihan kata  yang memiliki berbagai
  karakteristik antara lain: (a) kata- kata yang bersinonim dan berantonim, (b)
  kata-kata umum dan khusus, (c) kata-kata kajian dan populer, (d) kata-kata
  konkret dan abstrak, (e) kata-kata asli dan serapan. Kemudian kata-kata
  tersebut dibantu  oleh unsur gramatikal
  tertentu disusun menjadi 
  kalimat-kalimat yang efektif, kemudian kalimat-kalimat dirangkai
  secara serasi dan padu tersusun menjadi paragraf-paragraf. 
PAKAR 
Celce –Murcia dan Olshtain
  (2000: 141), bagi penulis terampilpun 
  aktivitas menulis bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Artinya  kita diperlukan belajar dan berlatih. 
Setiap jenis tulisan yang dihassilkan memerlukan strategi penulisan
  yang berbeda. 
Celce –Murcia dan Olshtain
  (2000: 144),keterampilan menulis dengan pendekatan  bottom-up processing proses
  dari bawah ke atas. Memulai kajian dan latihan dari aspek menulis kebahasaan. 
Adams (1987: 4-5), diagram
  menunis dari perencanaan, menulis,
  revisi, dan tulisan akhir. Namun ada kalanya yang prosesnya bolak- balik
  sampai tulisan akhir selesai. 
Akhadiah, dkk (1992: 86),
  kata abstrakmempunyai referent berupa konsep, sedangkan  kata konkret mempunyai referent berupa
  objek yang dapat diamati. Kata abstrak sulit dipahami dari pada kata konkret. 
Kemampuan lanjut dalam kegiatan
  menulis 
Karangan  fiktif meruapakan
  hasil kreatif dan imajinatif, sedangkan karangan nonfiksi  bersifat logis dan empiris. Proses  penulisan fiksi  direncanakan dengan cara menulis sinopsis ,
  kemudian baru dikembangkan dalam bentuk cerita
  pendek, novel,  atau naskah drama. 
Proses karangan nonfiksi 
  melalui langkah: pemilihan
  topik, perumusan tujuan penulisan, penulisan kerangka karangan, pengumpulan
  bahan tulisan, dan pengembangan kerangka karangan menjadi karangan utuh. 
 | 
 
| 
   
KB 1 
KB 2 
KB 3 
 | 
  
   
MODUL 6 
Keterampilan
  berbahasa terpadu dengan fokus menyimak 
Keterpaduan keterampilan
  berbicara dengan fokus menyimak 
Menyimak dan berbicara 
  merupakan keterampilan bahasa yang punya hubungan erat , keduanya
  merupakan keterampilan berbahasa lisan. Pada umumnya kedua keterampilan ini
  berlangsung secara tatap muka. Namun seiring kemajuan teknologi dapat
  berlangsung tanpa tatap muka, misalnya melalui telepon. 
Bukti menyimak memiliki
  hubungan erat dengan berbicara adalah: (a)
  anak belajar bebrbicara melalui menyimak terlebih dahulu ujaran-ujaran oarng
  di sekitarnya dan menirunya, (b) orang lebih mudah mengingat isi pembicaraan
  dibandingkan dengan isi tulisan, (c) kualitas keterampilan sesorang pembicara
  sangat mempengaruhi hasil simakan seseorang. 
Keterpaduan keterampilan
  membaca dengan fokus menyimak 
Menyimak dan membaca memiliki kesamaan sifat yaitu reseptif.
  Menyimak  berusaha menangkap pesan yang
  disampaikan lewat bahasa  lisan,
  sedangkan membaca lewat bahasa tulis. Persiapannya  sama sama 
  harus memiliki  penguasaan
  terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan berkaitan dengan materi simakan/
  bacaan, pengetahuan tentang diksi, gaya bahasa, serta kemampuan menangkap
  makna yang tersurat maupun tersirat. 
Keterpaduan keterampilan
  menulis dengan fokus menyimak 
Empat keterampilan berbahasa ,menyimak,
  berbicara, membaca, dan menulis  satu dengan yang lain saling
  terkait/mendukung. Satu keterampilan akan membantu meningkatkan keterampilan
  yang lain. Misalnya,  terampil menyimak
  akan banyak memperoleh pengetahuan, baik bahasa, pengetahuan bidang ilmu lain
  seperti biologi, filsafat dll. Pengetahuan ini  bermanfaat ketika menulis, membaca, dan berbicara, dan sebaliknya. 
Menulis dengan fokus menyimak artinya 
  berlatih menuliskan kembali bahan-bahan yang telah disimak ke dalam
  tulisan dengan menggunakan bahasa sendiri. Kemampuan menyimak untuk berlatih
  menulis, membaca, dan berbicara adalah kemampuan tingkat lanjut. 
PAKAR 
Dawson dalam  Tarigan (1986: 5), kemampuan menyimak
  merupakan salah satu faktor  pendukung
  bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif, menuliskan
  hasil penelitian para pakar tentang hubungan antara menyimak dengan membaca. 
 | 
 
| 
   
KB 1 
KB 2 
KB 3 
 | 
  
   
MODUL 7 
Keterampilan
  berbahasa dengan fokus berbicara 
Keterpaduan keterampilan
  menyimak dengan fokus berbicara 
Menyimak dan berbicara kedua keterampilan yang yang saling  melengkapi, dan keduanya saling bergantung.
  Menyimak dan berbicara keterampilan berbahasa lisan, keduanya  memerlukan penyandian dan penyandian
  kembali simbol-simbol lisan. Bahasa yang dipergunakan dalam percakapan
  dipelajari melalui menyimak lalu menirukan. 
Kegiatan menyimak, membaca, dan menulis dapat dipadukan dengan
  keterampilan berbicara. Contoh, menyimak
  dan bercerita, menyimak dan bercakap-cakap, serta menyimak dan diskusi. 
PAKAR  
Ross dan Rose dalam Zuchdi
  (1990: 11), anak-anak tidak hanya 
  menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba  menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami.
  Menganjurkan orang tua dan guru berbahasa yang baik. 
Nasution (1999) dalam
  penelitiannya  membuktikan orang yang
  memiliki nilai matematika tinggi, maka pelajaran bahasanya juga baik bernilai
  rata-rata delapan. Ketika ditanya bagaimana meningkatkan imajinasinya, salah
  satu jawabnya mendengarkan cerita. 
Keterpaduan keterampilan
  menulis dengn fokus berbicara 
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif/produktif.
  Keduanya untuk menyampaikan informasi. Berbicara dan menulis  dibutuhkan kemampuan menyandikan
  simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara, simbol tertulis dalam menulis. 
Kegiatan berbicara didukung kegiatan menulis terutama  berkaitan dengan persiapan tertulis baik
  referensi yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Pokok
  pembicaraan ada baiknya dipersiapkan secara tertulis baik berupa naskah
  lengkap atau garis besar. 
PAKAR 
Suhendar (1997: 102),
  bahwa, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan  suatu kejadian atau peristiwa sehingga
  seolah-olah pembaca melihat atau mengalami 
  sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu unsur  yang penting  pada sebuah narasi adalah unsur  perbuatan dan tindakan. 
Gorys Keraf , 1983, bahwa
  narasi berusaha menjawab pertanyaan “apa
  yang telah terjadi?” 
Gorys Keraf (1983: 136),
  karangan narasi terbagi menjadi dua jenis yaitu ekspositoris, dan sugestif. 
Gorys Keraf (1994: 138),
  ada perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. 
Kenny (1996: 95), plot
  atau alur  adalah apa yang dilakukan
  oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh. 
Tarigan (1985: 126),  mengemukakan alur cerita saat pengembangan
  plot klimaks/mencapai tingkat intensitas 
  tertinggi yaitu eksposisi,
  komplikasi, dan resolusi. 
Keterpaduan keterampilan
  membaca dengan fokus berbicara 
Keterampilan berbicara akan diperoleh secara maksimal apabila
  pembicara banyak membaca, karena informasi dalam teks dapat dikemukakan
  kembali secara lisan ketika berbicara. Dalam berbicara orang suka menggunakan
  kata-kata  yang dikenal, dipahami dalam
  bacaan. Kegiatan secara terpadu antara membaca dengan berbicara banyak
  ragamnya seperti: membaca puisi,  dan diskusi  masalah tema, perasaan, nada, suasana, dan
  amanat puisi serta membaca dongeng dan mendiskusikannya. 
 | 
 
| 
   
Kb 1 
KB 2 
KB 3 
 | 
  
   
MODUL 8 
Keterpaduan
  keterampilan berbahasa dengan fokus menulis 
Keterpaduan keterampilan
  berbahasa dengan fokus menulis 
Dalam komunikasi, tidak jarang aktivitas menulis dilakukan setelah
  didahului oleh aktivitas mendengarkan. Banyak hal didengar  dapat mendorong seseorang untuk menulis. 
Misalnya penulis teregerak untuk menulis setelah mendengarkan  lantunan lagu, cerita, mendengar dialog,
  diskusi, atau kuliah. Kita perlu mengintegrasikan latihan-latihan menulis
  dengan aktivitas berbahasa lainnya, seperti menyimak. 
PAKAR 
Celce-Murcia dan Olshtain (
  2000: 180), dalam berkomunikasi kita hampir selalu mengunakan berbagai
  jenis keterampilan berbahasa secara tumpang tindih atau secara terintegrasi. 
Keterpaduan keterampilan
  berbicara dengan fokus menulis 
Dalam komunikasi, keterampilan menulis sering  digunakan secara terintegrasi dengan
  keterampilan lainnya. Maka  dalam
  latihan menulis  beruapaya mengaitkan
  dengan jenis keterampilan yang lain, yaitu berbicara, menyimak, dan membaca.
  Maka keterampilan menulis  dapat
  dilakukan secara terpadu dengan keterampilan yang lain dengan aktivitas
  diskusi, wawancara, bercerita mengenai pengalaman pribadi, dan berpidato.  
Keterpaduan keterampilan
  membaca dengan fokus menulis 
Dalam komunikasi sering melakukan 
  aktivitas membaca dan menulis secara 
  bersamaan atau bergantian. Aktivitas membaca memberi kontribusi
  positif terhadap kemampuan menulis. 
Kontribusi tsb adalah: (a) penguasaan kosa kata, istilah, kalimat,
  dan juga ejaan (b)organisasi bahan bacaan bisa sebagai contoh dalam melakukan
  tulisan (c) dalam menulis tingkat lanjut, informasi/ data diperoleh dalam
  bacaan dapat menjadi sumber ide/ sumber data. Oleh karena itu , laatihan
  menulis secara terpadu dengan aktivitas membaca memberi nilai tambah untuk
  keterampilan menulis. 
Aktivitas tersebut dapat berupa: 1. Membaca dongeng/cerita diikuti
  aktivitas menulis sinopsis atau resensi. 2. Membaca puisi dan mengubahnya
  menjadi prosa atau menulis resensi. 3. Membaca dan menulis petunjuk,
  pengumuman, poster, iklan, dan surat. 4. Menulis rangkuman bacaan. 
 | 
 
| 
   
KB 1 
KB 2 
 | 
  
   
MODUL 9 
KETERPADUAN
  KETERAMPILAN BERBAHASA DENGAN FOKUS MEMBACA 
Keterpaduan keterampilan
  menyimak dan berbicara dengan fokus membaca 
Dalam komunikasi beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan
  secara simultan atau bergatian. Maka pelajaran membaca hendaknya  tidak disajikan secara terisolasi dari
  jenis  keterampilan yang lain. Karena
  proses membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, yang memerlukan berbagai
  strategi dalam pemrosesan informasi secara top-down dan bottom-up.  Keterampilan 
  menyimak mempunyai korelasi positif dengan kemampuan membaca.
  Peningkatan penguasaan kosa kata melalui menyimak akan berperan positif
  terhadap penguasaan kosa kata dalam membaca. 
PAKAR 
Johnston dalam Mikulecky
  (1990: 2), mengemukakan bahwa membaca merupakan tingkah laku yang
  kompleks, secara sadar maupun tidak sadar melibatkan penggunaan berbagai
  strategi dalam upaya membangun suatu model makna yang diduga dimaksudkan oleh
  penulis. 
Mikulecky  (1990: 2),  dalam upaya membangun model pembaca
  menggunakan salah satu metode dari dua metode pemrosesan informasi.  Apabila 
  pembaca fokus  ditujukan pada
  hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam upaya memahami makna
  keseluruhan teks,pembaca menggunakan motode  top-down.  Sebaliknya apabila  dalam upaya pemahaman terhadap keseluruhan
  makna teks terutama mengandalkan informasi yang bersifat tekstual, pembaca
  menggunakan motode  bootom-up. 
Mikulecky  (1990: 3),lewat diagram menjelaskan
  bahwa, membaca berupaya  memperoleh
  makna dari teks, pembaca mengindrai  sampel
  dari materi, ilustrasi, dan genre, kemudian secara instan  mengubungkan dengan apa  yang sudah diketahui, dicoba menemukan
  kecocokan  antara informasi terttulis
  dengan pengetahuan yang telah dimiliki. 
Collins dan Smith  serta 
  Schank dan Abelson dalam Mikulecky (1990: 6),  menyatakan bahwa kita dapat membagi-bagi
  proses membaca menjadi sub-subproses. Maka keterampilan membacapun dapat
  dipecah-pecah menjadi sub-sub pula. 
Mikulecky  (1990: 25-26),membagi keterampilan
  membaca atas jenis-jenis keterampilan yang kecil. Ada  24 sub keterampilan menurutnya. 
Harjasujana  dan Damaianti(2003: 83-88), menyatakan
  bahwa  kemampuan mendengarkan memiliki
  korelasi positif  dengan kemampuan
  membaca tingkat pemula walaupun menurut mereka korelasi yang ditemukan tidak
  semuanya kuat. 
Tarigan (1993: 3),
  mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara penguasaan kosakata
  simak (listening vocabulary) dengan
  kosa kata (reading vocabulary).  Oleh karena itu, menurutnya peningkatan
  penguasaan kosakata melalui menyimak akan berpengaruh positif terhadap
  penguasaan kosakata dalam membaca. 
Downing dalam Wray (1994: 20),
  membaca seseorang dituntut  mampu
  menghubungkan informasi yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa kejernihan
  kognitif memegang peranan penting dalam keberhasilan membaca. 
Mahon  dalam Mikulecky (1990: 31), menyatakan
  bahwa guru adalah  unsur penting dalam
  pelajaran membaca. Melalui sikapnya , guru dapat mempengaruhi murid-murid. 
Nuttall (1982: 192),
  menyatakan bahwa pembaca dihasilkan
  oleh pembaca pula. Untuk itu harus
  menjadi contoh bagi muridnya sebagai pembaca. 
Mikulecky  (1990: 149),ada beberapa alasan
  perlunya guru memberi contoh dalam membaca bersuara di depan kelas. Ada empat
  alasan yang ia paparkan. 
Keterpaduan keterampilan
  menulis dengan fokus membaca 
Dalam belajar melakukan aktivitas membaca yang sesungguhnya, sering
  kali disertai aktivitas menulis. Ketika belajar membacapun aktivitas menulis
  tidak bisa diabaikan. 
Dalam aktivitas PreP, pengisian formulir tanggapan terhadap buku,
  menulis sinonim/hiponim, menulis bagian-bagian teks yang tidak lengkap,
  menulis ringkasan buku, yang semuanya merupakan contoh-contoh rancangan
  pelajaran membaca. Tampak jelas bahwa keterampilan menulis merupakan bagian
  yang padu dari pelajaran membaca. 
PAKAR 
Langer dalam Mikulecky (1990:
  41),  PreP ( Pre-reading Preparratory Instruction) dapat disiapkan/ dilaakukan
  untuk membantu murid-murid mengaktifkan konsep-konsep dan latar belakang
  pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelum mulai membaca. 
Schulz (Mikulecky, 1990: 11),
  menyatakan PreP  merupakan bagian prabaca yang direncanakan
  dengan maksud  untuk menjadikan pembaca
  sadar apa yang sudah diketahuinya mengenai topik yang akan dibaca guna
  mengaktifkan memori dan harapan-harapan(expectations)
   mereka terhadap bacaan dapat
  mempelajari langkah-langkah PreP  sebelum membaca secara individual, dan  PreP  dapat dijadikan sebagai bagian aktivitas
  prabaca. 
Mikulecky (1990: 41-42),
  pelaksanaan ketiga tahap PreP  hampir tidak mmerlukan persiapan dan dapat
  diterapkan pada semua jenisbahan bacaan. 
 Mikulecky (1990: 22), 
  kegiatan tanggapan terhadap buku selain bermanfaat  dalam latihan membaca pemahaman dan belajar
  memberi penilaian terhadap sebuah buku yang telah dibaca secara singkat, juga
  bermanfaat sebagai latihan pendahuluan bagi pelajaran menulis resensi buku. 
ARKA,
  17 NOVEMBER 13 
 | 
 


Tidak ada komentar:
Posting Komentar