Jumat, 15 November 2013

B.INDO



RANGKUMAN  KBI



Kb 1















Kb 2






































Kb 3
Modul 1. Hakikat Keterampilan Berbahasa

Pengertian dan manfaat keterampilan berbahasa
Keterampilan berbicara ada empat aspek , yaitu ket erampilan berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim pesan  menggunakan bahasa lisan. Kemudian  sipenerima pesan menyimak dengan berupaya memberi makna terahadap bahasa  lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnya dalam menulis pengirim pesan menggunakan  bahasa tulis.  Pihak lain pembaca menerima pesan  dengan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis.
Dalam mengirim pesa, si pengirim pesan harus terampil melakukan proses encoding. Sebaliknya sipenerima pesan terampil melakukan proses  decoding.
Keterampilan berbahasa bermanfaat  dalam melakukan interaksi komunkasi dalam masyarakat. Banyak profesi yang berhasil dalam  kehidupan bermasyarakat bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa.
Proses encoding :  pengirim pesan aktif  memilih pesan , memformulasikannya dalam wujud
                                 lambang-lambang  berupa bunyi/ tulisan.
Proses decoding :  si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/
                                 tulisan menjadi makna agar pesan bisa diterima utuh.

Aspek-aspek keterampilan berb ahasa
Menengarkan  dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan  membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis.
Mendengarkan  dan membaca keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan  berbicara dan menulis keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.  Untuk menguasai keempat keterampilan berbahasa disyaratkan menguasai sejumlah keterampilan mikro.
Keterampilan mikro pendengar :  (1). Menyimpan/mengingat  unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka penek “short-term memory”. (2). Membedakan bunyi-bunyi/ arti dalam bahasa target. (3). Memahami  adanya bentuk-betuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan reduksi bentuk-bentuk kata. (4). Membedakan dan memahami arti kata-kata. (5). Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus “typical word-order patterns”. (6). Mendeteksi  kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan. (7). Menebak makna konteks. (8). Mengenal kelas kata “ grammatical word classes”. (9). Memahami bentuk-bentuk dasar sintaksis. (10). Mengenal perangkat-perangkat kohesif “ recognize cohesive devices”. (11). Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.
Keterampilan mikro pembicara : (1). Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda dengan jelas. (2). Menggunakan  tekanan nada serta intonasi secara jelas dan tepat. (3). Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat. (4). Menggunakan register/ragam bahasa yang sesuai situasi komunikasi. (5). Berupaya agar kalimat-kalimat utama “the main sentence constituents” jelas bagi pendengar. (6). Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama. (7). Berupaya  agar wacana  berpautan secara serasi agar pendengar mengikuti pembicaraan.
Ketrampilan  mikro pembaca:  (1). Mengenal sistem tulisan. (2). Mengenal kosa kata. (3). Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik/gagasan utama. (4). Menentukan makna kata. (5). Mengenal kelas kata gramatikal  “kata bendA, kata sifat dll”. (6). Menentukan konstituen dalam kalimat seperti S.P.O.dan preposisi. (7). Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis. (8). Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan,dan partisipan. (9). Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal. (10). Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal  dan gramatikal untuk memahami topik/informasi utama. (11). Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan. (12). Menggunakan strategi membaca yang berbeda  seperti skimming.
Keterampilan mikro penulis : (1). Menggunakan ortografi dengan benar termasuk penggunaan ejaan. (2). Memilih kata yang tepat. (3). Menggunakan bentuk kata dengan benar. (4). Mengurutkan kata-kata dengan benar. (5). Menggunakan struktur kalimat dengan tepat/jelas. (6). Memilih genre yang tepat. (7). Mengupayakan ide-ide/ informasi utama didukung ide/informasi tambahan. (8). Terciptanya paragraf yang koheren, (9). Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan pembaca.

Keterkaitan antar aspek  keterampilan berbahasa
Berbicara  dan mendengarkan dua jenis eterampilan berbahasa lisan yang erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif dan membaca bersifat reseptif. Menulis dan membaca keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis  bersifat produktif, dan membaca reseptif.
Dalam perolehan/belajar bahasa, keterampilan bahasa jenis reseptif banyak mendukung perolehan keterampilan berbahasa jenis produktif.

Para pakar:
Brook  dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan  merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.

Dawson dalam Tarigan (1994:3), menjelaskan hubungan  antara berbicara dan mendengarkan, seperti berikut : ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru, ujaran cermin pemakai bahasa setempat, peningkatan kemampuan mendengarkan berarti pula peningkatan kualitas berbicara, suara yang didengar merupakan faktor yang berpengaruh pada kemampuan berbicara apalagi anak-anak.

Tarigan (1994:4), paparan diagram hubungan berbicara dan mendengarkan dengan beberapa modifikasi  atas hubungan menyimak, sifat, dan berbicara.
Tarigan (1994:4-5), menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif.
Tarigan (1994:5), hipotesis tentang korelasi mendengarkan dan membaca, apabila ada peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan kemampuan yang lain.

Subyakto  Nababan  (1993:153), tentang kaitan mendengarkan  dan membaca menjelaskan dalam diagram berangkat dari “kemampuan reseptif” dengan hasil akhir berupa konsep.
Subyakto  Nababan  (1993:153), berupaya menjelaskan  kaitan antara menulis dan berbicara menggunakan gambar diagram dari proses “kemampuan produktif” dengan hasil akhir berupa  suara dan tulisan.
Subyakto  Nababan  (1993:153) dan Tarigan (1994:10), menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.

Wray, 1994: 96-97), dalam proses penulisan, penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, nampak jelas bahwa kemampuan  mebaca penting sekali bagi proses menulis.



Kb 1




































Kb.2   
Modul 2 Keterampilan Menyimak

Kemampuan menyimak tingkat dasar
Empat tataran pokok pengembangan keterampilan menyimak: (1). Tataran identifikasi. (2).tataran  identifikasi dan seleksi tanpa retensi. (3). Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dengan retensi jangka pendek. (4). Tataran identifikasi dengan retensi jangka panjang.
Tiga tataran proses menyimak: (1). Menerima masukan auditori “auditory input “.  Mendengar  pesan  saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. (2). Memperhatikan  masukan auditori. Penyimak berkosentrasi secara fisik dan mental. (3). Menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori “ previous knowledge”. Penyimak menggunakan strategi prediksi konfirmasi secara cepat.
Keterampilan awal menyimak bahasa : (1). Kemempuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejalan fonetik, baik berupa  nada, tekanan, maupun intonasi. Juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-bunyi segmental suatu bahasa. (2). Kemampuan mengenal, membedakan, menerapkan struktur tata bahasa sesuai dengan maknanya.
Dua strategi untuk menyimak bahasa yaitu memusatkan perhatian dan membuat catatan. Latihannya  dengan  membedakan  fonem dalam konteks, dan menangkap maksud tuturan melalui unsur  segmental dan suprasegmental.
Kegiatan menyimak interogatif bertujuan untuk memperoleh informasi berupa fakta-fakta yang akurat  dengan  cara menginterogasi nara sumber, pelaku atau penyimak ini adalah seorang pewawancara.

PAKAR
Soedjiatno, 1983: 18, menyatakan  pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran pokok yaitu identifikasi, identifikasi seleksi tanpa retensi, identifikasi seleksi terpimpin dengan retensi jangka pendek, dan identifikasi seleksi retensi jangka panjang.

Lundsteen  dalam Tompkins dan Hosskinson, 1991 : Proses menyimak  merupakan proses interaktif  yang mengubah bahasa lisan  yang menjadi makna dalam pikiran.

Faris (1993: 154), menguraikan proses menyimak atas tiga tahapan yaitu: auditory input, memperhatikan auditori,  menaksirkan   dan berinteraksi .

Clark dan Clark (1977: 133-179), hasil menyimak yang disimpan  itu bukan rentetan bunyi bahasa atau lambang  bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi konsep.

Kemampuan menyimak tingkat lanjut
Enam kiat  yang dapat digunakan untuk menangkap gagasan inti simakan: (1). Membentuk gambar dalam pikiran/berimajinasi. (2). Mengelompokkan informasi. (3).  Mengajukan/merumuskan  pertanyaan-pertanyaan . (4). Menemukan pola organisasi informasi. (5). Mencatat informasi penting. (6). Memusatkan perhatian.
Tujuh kemampuan yang dimiliki penyimak menurut Priyatmi: (1). Mengantisipasi topik. (2). Menemukan topik. (3) membedakan ide pokok dan ide penjelas. (4). Merumuskan hal penting. (5). Memberi komentar/respons . (6). Membedakan antara fakta, pendapat, dan simpulan. (7). Menunjukkan nilai estesis yang terdapat dalam simakan.
Menyimak kritis, menyimak kreatif, dan menyimak eksporatif tergolong dalam  kemampuan menyimak tingkat lanjut.Penyimak kritis dikatakan berhasil apabila  mampu membedakan antara fakta dan opini, dan mampu  membuat simpulan , menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam bahan simakan. Menyimak kreatif  mebutuhkan  daya imajinasi dan kreatifitas. Penyimak kreatif mampu  menirukan bunyi-bunyi/ lafal simakan, mengemukakan kembali gagasan/informasi, mengungkapkan makna  yang tersirat dari bahan simakan. Menyimak eksploratif  bertujuan menemukan gagasan/inform bidang tertentu , kemudian dikembangkan menjadi topik.

PAKAR
Broadbent (1986), berpendapat bahwa organisme manusia itu mempunyai  kapasitas yang terbatas dalam menyerap informasi.
Tompkins dan Hosskison (1991),  menyatakan bahwa terdapat enam kiat  yang dapat kita gunakan  untuk menangkap gagasan inti simakan yaitu : membentuk citraan, mengelompokkan,  mengajukan pertanyaan, mengorganisasi,  mencatat, dan memusatkan perhatian.
Kamijan (2001: 22), dapatkah penyimak menafsirkan makna  idiom, ungkapan, dan majas dalam kegiatan  menyimak?



Kb 1













Kb 2
Modul 3 Keterampilan Berbicara

Kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika dialog : menarik perhatian, cara memulai/ memprakarsai, bagaimana menyela-mengoreksi- memperbaiki- dan  mencari kejelasan , mengakhiri percakapan.
Hal-hal  yang diperhatikan dalam menyampaikan pengumuman: volume lebih keras, intonasi tepat, gaya dan penampilan yang menarik.
Menyampaikan argumentasi.
Suatu proses komunikasi  untuk menyampaikan argumentasi  untuk mempertahankan pendapat.Setiap pihak yang berdebat berusaha  agar lawannya  setuju dan yakin (Laksono, 2003:20). Sebelum berdebat peserta  mempersiapkan materi dan argumentasi dengan referensi yang memadai.
Manfaat berceritera: memberi hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan.

Kemampuan lanjut dalam kegiatan berbicara
Roh musyawarah adalah untuk kepentingan orang banyak. Ada dua keputusan / hasil kesepakatan, yaitu mufakat atau voting, yang paling baik adalah mufakat.
Diskusi menurut Nio ( dalam Haryadi, 1981:68) diskusi adalah proses perlibatan dua  orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, dan betukar informasi untuk memecahkan masalah.  Diskusi menurut  Brilhart ( dalam Haryadi 1997:68) diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah. Tujuannya adalah untuk mencapai proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Sikap yang dibangun dalam diskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi 1997:69 yaitu: kooperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat komunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Proses dan kesimpulan diskusi rasional/ masuk akal dibarengi argumentasi.
Pidato adalah kumikasi lesan dilakukan secara impromtu (serta merta). Menyusun pidato  perlu diperhatikan hal-hal berikut: pengumpulan bahan, garis besar, uraian secara detail.




Kb. 1




















































Kb 2















MODUL 4 “ Keterampilan Membaca”

Kemampuan dasar dalam kegiatan  membaca
Kemampuan dasar dalam kegiatan membaca
Membaca dalam hati mengandalkan kemampuan visual , pemahaman, serta ingatan tanpa suara maupun gerak bibir.
Membaca bersuara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat.
Membaca dalam hati menurut Tarigan (1993:30-31), dibedakan dalam dua jenis kegiatan membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Menurutnya  yang tergolong membaca  ekstensif adalah membaca:  survei (survy reading), sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).  Adapun yang tergolong membaca intensif yaitu membaca:  telaah isi dan telaah bahasa.
Selanjutnya membaca telaah isi terdiri dari membaca:  teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari  atas membaca bahasa  dan membaca sastra.
Membaca Wacana Informatif
Seiring kemajuan teknologi informasi melimpah ruah lewat berbagai macam media.  Kemampuan untuk memilih informasi  dengan cepat lewat membaca dengan cepat pula diperlukan trategi membaca yang efektif.
Membaca memindai , ketika memilih buku di perpustakaan perlu membaca dengan cepat judul-judul buku dalam kartu  katalog , serta kode-kode yang terpajang di rak  sebelum memutuskan mengambil yang paling disukai.  Jenis kegiatan membaca seperti itu disebut membaca memindai, atau disebut membaca scanning (Mikulecky, 1990: 138).

Setelah menemukan judul buku, lalu dilakukan  survei terhadap buku tersebut. Dengan cepat kita baca identitas buku halaman depan, daftar isi, daftar indek, dan beberapa halaman depan baru berkesimpulan apakah buku itu yang diperlukan. Kegiatan ini juga disebut membaca memindai, yaitu membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan  untuk mendapatkan kesan awal untuk menemukan sesuatu yang kita cari. Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca demikian dengan istilah membaca skimming. Dengan penjelasan tersebut ada dua jenis membaca memindai yaitu scanning dan skimming.
Scanning menurut  Mikulecky (1990: 49-51) adalah keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Maka membacanya  tidak perlu kata demi kata,  tidak perlu secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang dihadapi guna menemukan informasi khusus yang dibutuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak- banyaknya sekaligus dan jangkauan pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari.
Skimming menurut Fry dalam Mikulecky (1990:138). Skimming memiliki kesamaan dengan scanning yaitu kecepatan dalam membaca yang tinggi. Perbedaannya sebagai berikut: Scanning membaca cepat dengan tujuan  menemukan informasi khusus. Skimming membaca cepat  guna memperoleh gambaran   kesan umum  mengenai  bentuk dan isi teks. ( organisasi, gaya, dan fokus tulisan) dari hal-hal itu pembaca akan menentukan terus dibaca atau  berhenti pilih bacaan lain.

Berikut petunjuk prabaca (previewing) dari sebuah buku atau artikel:
1.Bacalah judul bab atau artikel
2.Perhatikan seluruh ilustrasi yang ada
3.Apabila bab atau artikel itu terdiri atas sub-subbab lakukan skimming
4.Lakukan skimming  pada paragraf awal dan akhir serta rangkuman bab atau artikel tsb.
Manfaat  melakukan prabaca: (1). Mengetahui  jenis (genre)bahan bacaan yang dihadapi, (2).dengan menyadari topik/tema, pembaca akan mengangtifkan  pengetahuan yang telah dimilikinya agar lebih mudah menangkap makna teks. (3).menumbuhkan kesadaran untuk menangkap makna bacaan (Mikulecky, 1990: 35-38). Langkah berikutnya dilanjut dengan pendugaan (predicting).

Kemampuan lanjut dalam kegiatan membaca
Dalam berpidato, kadang-kadang  seseorang harus menggunakan naskah lengkap karena sesuatu alasan. Membaca naskah pidato seseorang harus mengandalkan kemampuan membaca bersuara dengan intonasi, tekanan, dan tempo yang tepat juga kemampuan menggunakan gerak tubuh dan ekspresi. Kemampuan ini dapat diperoleh melalui latihan- latihan.
Internet salah satu sumber informasi. Kemampuan menelusuri wacana informatif merupakan nilai tambah yang harus dikuasai. Selain teknik penelusuran kecepatan membaca (scanning/ skimming) juga diperlukan membaca wacana di internet.
Kegiatan membaca karya sastra seseorang minimal  menguasai tiga hal yaitu: (1). Kode bahasa. (2). Kode satra, dan (3). Kode budaya yang terkait dengan karya sastra.

PAKAR
(Teeuw, 1991: 12-17) berkesimpulan bahwa, dalam membaca karya sastra  ada tiga jenis kode  yang harus dikuasai yaitu: bahasa, budaya, dan sastra.
(Teeuw, 1991: 17-19), kode sastra tidak terlepas dari kode bahasa, karena  lewat bahasa bisa  menyampaikan pesan dan keindahan selanjutnya diterima masyarakat sesuai konvensi sastra. Ada juga penyair yang merasa terkungkung oleh kode bahasa dan berusaha  memberi makna baru diluar makna yang sudah ada. Contoh  sajak Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul “Amuk”.



KB 1




















KB 2
MODUL 5
KETERAMPILAN MENULIS
 Kemampuan dasar  dalam kegiatan menulis
Menulis  harus melakukan pemilihan kata  yang memiliki berbagai karakteristik antara lain: (a) kata- kata yang bersinonim dan berantonim, (b) kata-kata umum dan khusus, (c) kata-kata kajian dan populer, (d) kata-kata konkret dan abstrak, (e) kata-kata asli dan serapan. Kemudian kata-kata tersebut dibantu  oleh unsur gramatikal tertentu disusun menjadi  kalimat-kalimat yang efektif, kemudian kalimat-kalimat dirangkai secara serasi dan padu tersusun menjadi paragraf-paragraf.

PAKAR
Celce –Murcia dan Olshtain (2000: 141), bagi penulis terampilpun  aktivitas menulis bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Artinya  kita diperlukan belajar dan berlatih.
Setiap jenis tulisan yang dihassilkan memerlukan strategi penulisan yang berbeda.
Celce –Murcia dan Olshtain (2000: 144),keterampilan menulis dengan pendekatan  bottom-up processing proses dari bawah ke atas. Memulai kajian dan latihan dari aspek menulis kebahasaan.
Adams (1987: 4-5), diagram menunis dari perencanaan, menulis, revisi, dan tulisan akhir. Namun ada kalanya yang prosesnya bolak- balik sampai tulisan akhir selesai.
Akhadiah, dkk (1992: 86), kata abstrakmempunyai referent berupa konsep, sedangkan  kata konkret mempunyai referent berupa objek yang dapat diamati. Kata abstrak sulit dipahami dari pada kata konkret.

Kemampuan lanjut dalam kegiatan menulis
Karangan  fiktif meruapakan hasil kreatif dan imajinatif, sedangkan karangan nonfiksi  bersifat logis dan empiris. Proses  penulisan fiksi  direncanakan dengan cara menulis sinopsis , kemudian baru dikembangkan dalam bentuk cerita pendek, novel,  atau naskah drama.
Proses karangan nonfiksi  melalui langkah: pemilihan topik, perumusan tujuan penulisan, penulisan kerangka karangan, pengumpulan bahan tulisan, dan pengembangan kerangka karangan menjadi karangan utuh.


KB 1










KB 2






KB 3
MODUL 6
Keterampilan berbahasa terpadu dengan fokus menyimak
Keterpaduan keterampilan berbicara dengan fokus menyimak
Menyimak dan berbicara  merupakan keterampilan bahasa yang punya hubungan erat , keduanya merupakan keterampilan berbahasa lisan. Pada umumnya kedua keterampilan ini berlangsung secara tatap muka. Namun seiring kemajuan teknologi dapat berlangsung tanpa tatap muka, misalnya melalui telepon.
Bukti menyimak memiliki hubungan erat dengan berbicara adalah: (a) anak belajar bebrbicara melalui menyimak terlebih dahulu ujaran-ujaran oarng di sekitarnya dan menirunya, (b) orang lebih mudah mengingat isi pembicaraan dibandingkan dengan isi tulisan, (c) kualitas keterampilan sesorang pembicara sangat mempengaruhi hasil simakan seseorang.

Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus menyimak
Menyimak dan membaca memiliki kesamaan sifat yaitu reseptif. Menyimak  berusaha menangkap pesan yang disampaikan lewat bahasa  lisan, sedangkan membaca lewat bahasa tulis. Persiapannya  sama sama  harus memiliki  penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan berkaitan dengan materi simakan/ bacaan, pengetahuan tentang diksi, gaya bahasa, serta kemampuan menangkap makna yang tersurat maupun tersirat.

Keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus menyimak
Empat keterampilan berbahasa ,menyimak, berbicara, membaca, dan menulis  satu dengan yang lain saling terkait/mendukung. Satu keterampilan akan membantu meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya,  terampil menyimak akan banyak memperoleh pengetahuan, baik bahasa, pengetahuan bidang ilmu lain seperti biologi, filsafat dll. Pengetahuan ini  bermanfaat ketika menulis, membaca, dan berbicara, dan sebaliknya.
Menulis dengan fokus menyimak artinya  berlatih menuliskan kembali bahan-bahan yang telah disimak ke dalam tulisan dengan menggunakan bahasa sendiri. Kemampuan menyimak untuk berlatih menulis, membaca, dan berbicara adalah kemampuan tingkat lanjut.

PAKAR
Dawson dalam  Tarigan (1986: 5), kemampuan menyimak merupakan salah satu faktor  pendukung bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif, menuliskan hasil penelitian para pakar tentang hubungan antara menyimak dengan membaca.


KB 1
















KB 2






















KB 3
MODUL 7
Keterampilan berbahasa dengan fokus berbicara
Keterpaduan keterampilan menyimak dengan fokus berbicara
Menyimak dan berbicara kedua keterampilan yang yang saling  melengkapi, dan keduanya saling bergantung. Menyimak dan berbicara keterampilan berbahasa lisan, keduanya  memerlukan penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan. Bahasa yang dipergunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak lalu menirukan.
Kegiatan menyimak, membaca, dan menulis dapat dipadukan dengan keterampilan berbicara. Contoh, menyimak dan bercerita, menyimak dan bercakap-cakap, serta menyimak dan diskusi.

PAKAR
Ross dan Rose dalam Zuchdi (1990: 11), anak-anak tidak hanya  menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba  menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Menganjurkan orang tua dan guru berbahasa yang baik.
Nasution (1999) dalam penelitiannya  membuktikan orang yang memiliki nilai matematika tinggi, maka pelajaran bahasanya juga baik bernilai rata-rata delapan. Ketika ditanya bagaimana meningkatkan imajinasinya, salah satu jawabnya mendengarkan cerita.

Keterpaduan keterampilan menulis dengn fokus berbicara
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif/produktif. Keduanya untuk menyampaikan informasi. Berbicara dan menulis  dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara, simbol tertulis dalam menulis.
Kegiatan berbicara didukung kegiatan menulis terutama  berkaitan dengan persiapan tertulis baik referensi yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Pokok pembicaraan ada baiknya dipersiapkan secara tertulis baik berupa naskah lengkap atau garis besar.

PAKAR
Suhendar (1997: 102), bahwa, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan  suatu kejadian atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca melihat atau mengalami  sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu unsur  yang penting  pada sebuah narasi adalah unsur  perbuatan dan tindakan.
Gorys Keraf , 1983, bahwa narasi berusaha menjawab pertanyaan “apa yang telah terjadi?”
Gorys Keraf (1983: 136), karangan narasi terbagi menjadi dua jenis yaitu ekspositoris, dan sugestif.
Gorys Keraf (1994: 138), ada perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
Kenny (1996: 95), plot atau alur  adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh.
Tarigan (1985: 126),  mengemukakan alur cerita saat pengembangan plot klimaks/mencapai tingkat intensitas  tertinggi yaitu eksposisi, komplikasi, dan resolusi.

Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus berbicara
Keterampilan berbicara akan diperoleh secara maksimal apabila pembicara banyak membaca, karena informasi dalam teks dapat dikemukakan kembali secara lisan ketika berbicara. Dalam berbicara orang suka menggunakan kata-kata  yang dikenal, dipahami dalam bacaan. Kegiatan secara terpadu antara membaca dengan berbicara banyak ragamnya seperti: membaca puisi,  dan diskusi  masalah tema, perasaan, nada, suasana, dan amanat puisi serta membaca dongeng dan mendiskusikannya.


Kb 1











KB 2






KB 3
MODUL 8
Keterpaduan keterampilan berbahasa dengan fokus menulis
Keterpaduan keterampilan berbahasa dengan fokus menulis
Dalam komunikasi, tidak jarang aktivitas menulis dilakukan setelah didahului oleh aktivitas mendengarkan. Banyak hal didengar  dapat mendorong seseorang untuk menulis.
Misalnya penulis teregerak untuk menulis setelah mendengarkan  lantunan lagu, cerita, mendengar dialog, diskusi, atau kuliah. Kita perlu mengintegrasikan latihan-latihan menulis dengan aktivitas berbahasa lainnya, seperti menyimak.

PAKAR
Celce-Murcia dan Olshtain ( 2000: 180), dalam berkomunikasi kita hampir selalu mengunakan berbagai jenis keterampilan berbahasa secara tumpang tindih atau secara terintegrasi.

Keterpaduan keterampilan berbicara dengan fokus menulis
Dalam komunikasi, keterampilan menulis sering  digunakan secara terintegrasi dengan keterampilan lainnya. Maka  dalam latihan menulis  beruapaya mengaitkan dengan jenis keterampilan yang lain, yaitu berbicara, menyimak, dan membaca. Maka keterampilan menulis  dapat dilakukan secara terpadu dengan keterampilan yang lain dengan aktivitas diskusi, wawancara, bercerita mengenai pengalaman pribadi, dan berpidato.

Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus menulis
Dalam komunikasi sering melakukan  aktivitas membaca dan menulis secara  bersamaan atau bergantian. Aktivitas membaca memberi kontribusi positif terhadap kemampuan menulis.
Kontribusi tsb adalah: (a) penguasaan kosa kata, istilah, kalimat, dan juga ejaan (b)organisasi bahan bacaan bisa sebagai contoh dalam melakukan tulisan (c) dalam menulis tingkat lanjut, informasi/ data diperoleh dalam bacaan dapat menjadi sumber ide/ sumber data. Oleh karena itu , laatihan menulis secara terpadu dengan aktivitas membaca memberi nilai tambah untuk keterampilan menulis.
Aktivitas tersebut dapat berupa: 1. Membaca dongeng/cerita diikuti aktivitas menulis sinopsis atau resensi. 2. Membaca puisi dan mengubahnya menjadi prosa atau menulis resensi. 3. Membaca dan menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat. 4. Menulis rangkuman bacaan.


KB 1













































KB 2
MODUL 9
KETERPADUAN KETERAMPILAN BERBAHASA DENGAN FOKUS MEMBACA
Keterpaduan keterampilan menyimak dan berbicara dengan fokus membaca
Dalam komunikasi beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara simultan atau bergatian. Maka pelajaran membaca hendaknya  tidak disajikan secara terisolasi dari jenis  keterampilan yang lain. Karena proses membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, yang memerlukan berbagai strategi dalam pemrosesan informasi secara top-down dan bottom-up.  Keterampilan  menyimak mempunyai korelasi positif dengan kemampuan membaca. Peningkatan penguasaan kosa kata melalui menyimak akan berperan positif terhadap penguasaan kosa kata dalam membaca.

PAKAR
Johnston dalam Mikulecky (1990: 2), mengemukakan bahwa membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, secara sadar maupun tidak sadar melibatkan penggunaan berbagai strategi dalam upaya membangun suatu model makna yang diduga dimaksudkan oleh penulis.
Mikulecky  (1990: 2),  dalam upaya membangun model pembaca menggunakan salah satu metode dari dua metode pemrosesan informasi.  Apabila  pembaca fokus  ditujukan pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam upaya memahami makna keseluruhan teks,pembaca menggunakan motode  top-down.  Sebaliknya apabila  dalam upaya pemahaman terhadap keseluruhan makna teks terutama mengandalkan informasi yang bersifat tekstual, pembaca menggunakan motode  bootom-up.
Mikulecky  (1990: 3),lewat diagram menjelaskan bahwa, membaca berupaya  memperoleh makna dari teks, pembaca mengindrai  sampel dari materi, ilustrasi, dan genre, kemudian secara instan  mengubungkan dengan apa  yang sudah diketahui, dicoba menemukan kecocokan  antara informasi terttulis dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Collins dan Smith  serta  Schank dan Abelson dalam Mikulecky (1990: 6),  menyatakan bahwa kita dapat membagi-bagi proses membaca menjadi sub-subproses. Maka keterampilan membacapun dapat dipecah-pecah menjadi sub-sub pula.
Mikulecky  (1990: 25-26),membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis keterampilan yang kecil. Ada  24 sub keterampilan menurutnya.
Harjasujana  dan Damaianti(2003: 83-88), menyatakan bahwa  kemampuan mendengarkan memiliki korelasi positif  dengan kemampuan membaca tingkat pemula walaupun menurut mereka korelasi yang ditemukan tidak semuanya kuat.
Tarigan (1993: 3), mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara penguasaan kosakata simak (listening vocabulary) dengan kosa kata (reading vocabulary).  Oleh karena itu, menurutnya peningkatan penguasaan kosakata melalui menyimak akan berpengaruh positif terhadap penguasaan kosakata dalam membaca.
Downing dalam Wray (1994: 20), membaca seseorang dituntut  mampu menghubungkan informasi yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa kejernihan kognitif memegang peranan penting dalam keberhasilan membaca.
Mahon  dalam Mikulecky (1990: 31), menyatakan bahwa guru adalah  unsur penting dalam pelajaran membaca. Melalui sikapnya , guru dapat mempengaruhi murid-murid.
Nuttall (1982: 192), menyatakan bahwa pembaca dihasilkan oleh pembaca pula. Untuk itu harus menjadi contoh bagi muridnya sebagai pembaca.
Mikulecky  (1990: 149),ada beberapa alasan perlunya guru memberi contoh dalam membaca bersuara di depan kelas. Ada empat alasan yang ia paparkan.

Keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus membaca
Dalam belajar melakukan aktivitas membaca yang sesungguhnya, sering kali disertai aktivitas menulis. Ketika belajar membacapun aktivitas menulis tidak bisa diabaikan.
Dalam aktivitas PreP, pengisian formulir tanggapan terhadap buku, menulis sinonim/hiponim, menulis bagian-bagian teks yang tidak lengkap, menulis ringkasan buku, yang semuanya merupakan contoh-contoh rancangan pelajaran membaca. Tampak jelas bahwa keterampilan menulis merupakan bagian yang padu dari pelajaran membaca.

PAKAR
Langer dalam Mikulecky (1990: 41),  PreP ( Pre-reading Preparratory Instruction) dapat disiapkan/ dilaakukan untuk membantu murid-murid mengaktifkan konsep-konsep dan latar belakang pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelum mulai membaca.
Schulz (Mikulecky, 1990: 11), menyatakan PreP  merupakan bagian prabaca yang direncanakan dengan maksud  untuk menjadikan pembaca sadar apa yang sudah diketahuinya mengenai topik yang akan dibaca guna mengaktifkan memori dan harapan-harapan(expectations)  mereka terhadap bacaan dapat mempelajari langkah-langkah PreP  sebelum membaca secara individual, dan  PreP  dapat dijadikan sebagai bagian aktivitas prabaca.
Mikulecky (1990: 41-42), pelaksanaan ketiga tahap PreP  hampir tidak mmerlukan persiapan dan dapat diterapkan pada semua jenisbahan bacaan.
 Mikulecky (1990: 22),  kegiatan tanggapan terhadap buku selain bermanfaat  dalam latihan membaca pemahaman dan belajar memberi penilaian terhadap sebuah buku yang telah dibaca secara singkat, juga bermanfaat sebagai latihan pendahuluan bagi pelajaran menulis resensi buku.


ARKA, 17 NOVEMBER 13





Template by:

Free Blog Templates