Rabu, 20 November 2013



KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian dan Manfaat Keterampilan Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang   telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk. Berikut ini Anda diajak mempelajari pengertian keterampilan berbahasa serta manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
A. KETERAMPILAN BERBAHASA
Mari kita perhatikan kehidupan dalam masyarakat. Anggota-anggota suatu masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Secara sederhana komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Seperti digambarkan melalui diagram di atas, si pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyihulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyiltulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut proses decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan, dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain, dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, Selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si penerima melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah mendengarkan (menyimak). (n) Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivita.s tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktifitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca. Dalam kenyataan, aktivitas komunika.si dalam wujud berbicara, mendengarkan, menulis, dan membaca tidaldah sesederhana gambaran pada Gambar 1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terj adi sering pula bersifat 2 arah, seperti tergambar dalam Gambar 1.2 berikut ini.





Bahkan, komunikasi sering pula terjadi dalam wujud multiarah, seperti • digambarkan dalam diagram berikut ini.

Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis, dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya, ketika melakukan proses encoding si pengirim berada dalam suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menj adi latar belakang pengirim dan penerima Keberhasilan suatu komunikasi sangat bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi. Kemudian, ia dapat dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai penerima pesan, dalam proses decoding ia mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu k-onteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang sama dengan yang dimalcsudkan oleh si pengirim. Dengans icata lain, seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformula.sikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, faicta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian, seseorang dikatalcan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk baha.sa tertulis (berupa kata, kalimat, paragrat) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gaga.san, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangk-utan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya.
B. MANFAAT KETERAMP1LAN BERBARASA
Dapat dibayangkan apabila Idta tidak memilild kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapican pildran, tidak dapat mengekspresikan pera.saan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan falcta yang disampailcan oleh orang kepada kita. Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kita pun akan mengalami kesulitan-kesulitan apabila keterampilan berbaha.sa yang kita miliki tergolong rendah.
Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara ritg kita miliki tidak memadai atau di pihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang kita sampailcan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahican tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikumya apabila kita tidak memiliki keterampilan menulis. Demikian juga sebaliknya, Idta tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila Idta tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai. Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang manajer misalnya, keterampilan berbicara memegang peran penting. la hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau organi.sasi yang dipimpinnya apabila ia memiliki keterampilan berbicara. Kepemimpinannya pun baru akan berha.sil bila didukung pula oleh keterampilan mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak dapat meyaldnkan otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaranipenjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa, baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca Masih banyak lagi contoh lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang menunjukkan betapa pentingmya keterampilan berbahasa harus dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan 0.3 da.sar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Tabel berikut ini menyajikan keempat jenis keterampilan tersebut.

A. MENDENGARBAN
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, mendengarkan di sini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita dengarkan dalam bahasa kedua. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percalcapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninterak-tif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus: 1. menyimpanhnengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memoty); 2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti da1am bahasa target; 3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata; 4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar; 5. mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typti word-order patterns); 6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan; 7. menebak makna dari konteks; 8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes) 9. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis; 10. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices); 11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya (http:/lwww.siLorg/lingualinks).
B. BERBICARA
Kemudian, sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interalcdf, sendinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percalcapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar da.ri ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, di mana pembicara harus dapat:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbecia secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;
2. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehinaca pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
 5. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
 6. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
 7. berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan (htipilwww.sitorg/lingualinks).

C. MEMBACA
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang hanis dimiliki pembicara adalah:
1. mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2. mengenal kosakata;
3. menentukan kata-kata kunci yang mengidentitikasikan topik dan gagasan utama;
4. menentukan makna kata-kata, tennasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
5. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
6. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi;
7. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
9. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan; 10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)

D. MENULIS

Menulis adalah keterampilan produlctif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
 Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk:
1. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
2. memilih kata yang tepat;
3. menggunakan bentuk kata dengan benar;
4. mengurutkan kata-kata dengan benar;
5. menggunakan strulctur kalimat yang tepat dan jela.s bagi pembaca;
6. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
7. mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informa.si tambahan;
8. mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
9. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis (http://www.siLorRAimudinks).
10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)




                                                                                  


KEGIATAN BELAJAR 3

Keterkaitan Antaraspek Keterampilan Berbahasa

Secara sederhana kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Mungkinkah kita melakukan aktivita.s mendengarkan tanpa ada yang berbicara? Mungkinkah kita melakukan aktivitas membaca tanpa ada yang menulis? Apakah pengalaman kita dalam menyimak dapat membantu kita dalam melakukan aktivitas berbicara dan pengalaman membaca dapat membantu kita dalam menulis? Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, perlu kita perhatikan hubungan antara jenis-jenis keterampilan berbahasa berikut ini.

A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN IVIENDENGARKAN
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan Kegiatan Komunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, peniyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikASIi dalam situasi interaktif, seperti diagram berikut ini.





Misalnya, komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu disku.si kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Agar lebih jelas, situasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram berikut





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates