Jumat, 06 Desember 2013

BAHASA



KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian dan Manfaat Keterampilan Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang   telah kita miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk. Berikut ini Anda diajak mempelajari pengertian keterampilan berbahasa serta manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
A. KETERAMPILAN BERBAHASA
Mari kita perhatikan kehidupan dalam masyarakat. Anggota-anggota suatu masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Secara sederhana komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Seperti digambarkan melalui diagram di atas, si pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut proses decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan, dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain, dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, Selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si penerima melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah mendengarkan (menyimak). (n) Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivita.s tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktifitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca. Dalam kenyataan, aktivitas komunika.si dalam wujud berbicara, mendengarkan, menulis, dan membaca tidaldah sesederhana gambaran pada Gambar 1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terj adi sering pula bersifat 2 arah, seperti tergambar dalam Gambar 1.2 berikut ini.
Untitled-1.jpg




Bahkan, komunikasi sering pula terjadi dalam wujud multiarah, seperti • digambarkan dalam diagram berikut ini.
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis, dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya, ketika melakukan proses encoding si pengirim berada dalam suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menj adi latar belakang pengirim dan penerima Keberhasilan suatu komunikasi sangat bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi. Kemudian, ia dapat dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai penerima pesan, dalam proses decoding ia mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu k-onteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang sama dengan yang dimalcsudkan oleh si pengirim. Dengans icata lain, seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformula.sikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, faicta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian, seseorang dikatalcara terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk baha.sa tertulis (berupa kata, kalimat, paragrat) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gaga.san, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangk-utan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacaraya.
B. MANFAAT KETERAMPILAN BERBARASA
Dapat dibayangkan apabila Idta tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapicara pildran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan falcta yang disampailcara oleh orang kepada kita. Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kita pun akan mengalami kesulitan-kesulitan apabila keterampilan berbaha.sa yang kita miliki tergolong rendah.
Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara ritg kita miliki tidak memadai atau di pihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang kita sampailcara secara lisan karena keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahicara tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikumya apabila kita tidak memiliki keterampilan menulis. Demikian juga sebaliknya, Idta tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila Idta tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai. Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang manajer misalnya, keterampilan berbicara memegang peran penting. la hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau organi.sasi yang dipimpinnya apabila ia memiliki keterampilan berbicara. Kepemimpinannya pun baru akan berha.sil bila didukung pula oleh keterampilan mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak dapat meyaldnkan otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaranipenjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa, baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca Masih banyak lagi contoh lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang menunjukkan betapa pentingmya keterampilan berbahasa harus dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan 0.3 da.sar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Tabel berikut ini menyajikan keempat jenis keterampilan tersebut.
A. MENDENGARBAN
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, mendengarkan di sini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita dengarkan dalam bahasa kedua. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percalcapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninterak-tif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus: 1. menyimpanhnengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memoty); 2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti da1am bahasa target; 3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata; 4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar; 5. mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typti word-order patterns); 6. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan; 7. menebak makna dari konteks; 8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes) 9. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis; 10. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices); 11. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya (http:/lwww.siLorg/lingualinks).
B. BERBICARA
Kemudian, sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interalcdf, sendinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percalcapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar da.ri ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, di mana pembicara harus dapat:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbecia secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;
2. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehinaca pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
 5. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
 6. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
 7. berupaya agar wacaraa berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan (htipilwww.sitorg/lingualinks).

C. MEMBACA
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang hanis dimiliki pembicara adalah:
1. mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2. mengenal kosakata;
3. menentukan kata-kata kunci yang mengidentitikasikan topik dan gagasan utama;
4. menentukan makna kata-kata, tennasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
5. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
6. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi;
7. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
9. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan; 10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)

D. MENULIS

Menulis adalah keterampilan produlctif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
 Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk:
1. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
2. memilih kata yang tepat;
3. menggunakan bentuk kata dengan benar;
4. mengurutkan kata-kata dengan benar;
5. menggunakan strulctur kalimat yang tepat dan jela.s bagi pembaca;
6. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
7. mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informa.si tambahan;
8. mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
9. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis (http://www.siLorRAimudinks).
10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)




                                                                                  


KEGIATAN BELAJAR 3

Keterkaitan Antaraspek Keterampilan Berbahasa

Secara sederhana kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Mungkinkah kita melakukan aktivita.s mendengarkan tanpa ada yang berbicara? Mungkinkah kita melakukan aktivitas membaca tanpa ada yang menulis? Apakah pengalaman kita dalam menyimak dapat membantu kita dalam melakukan aktivitas berbicara dan pengalaman membaca dapat membantu kita dalam menulis? Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, perlu kita perhatikan hubungan antara jenis-jenis keterampilan berbahasa berikut ini.

A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN IVIENDENGARKAN
hhhyyy.jpgMenurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan Kegiatan Komunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, peniyataan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikASIi dalam situasi interaktif, seperti diagram berikut ini.





Misalnya, komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu disku.si kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Agar lebih jelas, situasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram berikut


Komunikas,i seperti dalam Gambar 1.5, misalnya berupa kotbah di masjid, pidato dalam suatu acara perayaan atau berbicara dalam suatu acara siaran berita televisi. Di sini, hanya satu pihak yang berbicara. Pihak lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan, seperti berikut.

1. Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorae
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat.
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak). Oleh karena itu, suara dan materi yang berkualitas baik yang didengar dari seorang guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang bernilai tinggi sangat membantu anak atau seseorang yang sedang belajar berbicara.

Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan, berikut ini dipaparkan diagram hubungan tersebut menurut Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi.
opop.jpg











B. HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA

Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Ini sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui diagram berikut ini.
ytr.jpg







Gambar 1.7 Diagram Hubungan Mendengarkan dan Membaca

Dalam Gambar 1.7, bukan hanya menggambarkan hubungan antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyi mak dan berbicara serta membaca dan menulis. Sehubungan dengan kaitan antara mendengarkan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaslcaranya dalam diagram sebagai berikut.
jki.jpg








 Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau informasi.
 Apabila ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui pro.ses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut (hnp://www.siLorgAingualimks).
Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa, Tarigan (1994:4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan falctor penting dalam belajar membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan murid dalam mendengarkan dengan pemahaman sangat penting.

Dari uraian di atas, Idta dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan mendengarkan dan membaca pada kelas-kelas yang relatif tinggi. Apabila terdapat peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pada kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).

C. HUBUNGAN MEMBACA DENGAN MENULIS

Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa baik membaca maupun menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencaraaan, penulisan, dan revisi.
Dalam melakukan perencaraaan sering kali penulis melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering melakukan revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis (Wray, 1994:96-97).
 Sebaliknya pula, dalam kegiatan membaca pemahaman sering kali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan, bahkan kadang-kadang kita merasa perlu untuk menulis laporan mengenai isi bacaan guna berbagi informasi kepada pembaca lain atau justru sekadar memperkuat pemahaman kita mengenai isi bacaan. Selain itu, mungkin pula kita terdorong untuk menulis resensi atau kritik terhadap suatu tulisan yang telah kita baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan antara aktifitas membaca dan menulis dalam kegiatan berbaha.












D. HUBUNGAN MENULIS DENGAN BERBICARA

Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu forum. Selanjulnya, peserta seminar akan menanggapi isi pembicaraan si pemalcalah. Dalam berpidato pun (salah satu jenis aktivitas berbicara) seseorang dituntut membuat perencaraaan dalam bentuk tulisan. Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup menulis secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan sebagai persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap. Dalam kedua jenis aktivitas berbicara yang dikemukakan di atas tampak jelas keterkaitan menulis dan berbicara. Kegiatan menulis harus dilakukan guna mendukung aktivitas berbicara, bahkan dalam suatu seminar, keempat keterampilan dilibatkan secara bergantian. Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produlctif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan intemet (chatting). Sebaliknya, ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan (1993:153) berupaya menjelaskan kaitan antara menulis dan berbicara dengan menggunakan gambar diagram berikut ini.

 


















KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Menyimak Tingkat Dasar
menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan, dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kegiatan berbaha.sa yang sangat penting karena melalui menyimak kita dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan. Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu, untuk memperoleh kemampuan menyimak diperlukan latihan-latihan yang intensif.
Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran pokok sebagai berikut (Soedjiatno, 1983:18).
1. Tataran identifikasi.
 2. Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi.
3. Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek.
4. Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang.

Tataran identifikasi tidak lain adalah tahap pengenalan. Tahap ini akan melibatkan kita untuk mulai terampil mengenal berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam hubungan timbal balik antarstuktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika. Tahap ini banyak melibatkan penyimak untuk segera mengenal elemen-elemen kebahasaan dan maknanya yang mungkin dipengaruhi oleh adanya elemen-elemen bunyi suprasegmental, yaitu intonasi, jeda, nada, dan tekanan. Menyimak pada tataran ini disebut juga dengan istilah menyimak bahasa. Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi adalah tataran menyimak di mana penyimak diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum bunyi/ujaran, tetapi belum dituntut adanya kemampuan retensi (kemampuan mencamkan, menyimpan, dan memproduksikan) hasil pemahaman tersebut. Pada tataran ini penyimak hanya dituntut mampu mengenal, memahami maksud tuturan, belum dituntut adanya kemampuan mengingat-ingat. Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek adalah tataran menyimak yang menuntut penyimak untuk mengenal bunyi – bunyi dan kemampuan memahami, tetapi masih dalam taraf terpimpin. Misalnya, dengan memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu kepada penyimak supaya dapat dipelajari sebelum bahan simakan diberikan. Kemampuan mengingat-ingatnya pun masih dalam jangka waktu yang begitu pendek, misalnya bahan simakan masih dapat diulang sampai maksimal 3 kali agar penyimak selain mampu mengidentifikasi bunyi, memahami pesan, juga mendapat kesempatan mengingat-ingat mencocokkan dalam waktu yang cepat mana-mana jawaban yang tepat dan mana yang tidak. Tataran identifikasi„seleksi, dan retensi janggka panjang adalah taraf menyimak yang menuntut penyimak untuk mampu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinum bunyi yang panjang, mampu memahami makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang relatif lama. Tuntutan pada penyimak pada fase ini ialah penyimak mampu menyimak kontinum wacaraa yang panjang; baik ragam bacaan, cerita-cerita menarik, berita surat kabar, percakapan-percakapan panjang, ujaran-ujaran ekspresif, percakaapan lewat telepon, puisi, drama rekaman, dan sebagainya.

A. MENYIMAK BAHASA
Menyimak merupakan proses berbahasa yang paling misterius (Lundsteen dalam Tompkins dan Hosskinson, 1991). Proses menyimak merupakan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar mendengarkan. Mendengar merupakan komponen inta1 dalam menyimak. Kegiatan berpikir atau menangkap makna dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak. Faris (1993:154) meng,uraikan proses menyimak atas 3 tahapan. Pertama, menerima masukan auditori (auditory input). Penyimak menerima pesan lisan. Mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori. Penyimak berkonsentrasi (secara fisik dan mental) pada apa yang disajikan penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masulcara auditori. Penyimak tidak sekadar mengumpulkan dan menyimpan pesan, tetapi juga mengkla.sifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previous knowledge). Penyimak juga menggunakan strategi prediksi-konfirmasi secara cepat.

Urutan dalam proses menyimak secara sederhana dapat diikhtisarkan sebagai berikut. Kita mulai dengan menyerap renteran bunyi bahasa melalui telinga. Rentetan bunyi bahasa tersebut (melalui syaraf sentrifugal) diteruskan menuju otak pada bagian yang disebut "perangkat ingatan pendek" untuk diproses dan dianalisis. Alat itu ialah pengetahuan bahasa dan pengetahuan budayanya. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa (bunyi, kosakata, struktur) berhasil, berarti penyimak "mengerti" atau "paham" akan makna pesan atau isi informasi yang terkandung dalam rentetan bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya "isi informasi" atau "pesan" tadi "disimpan" dalam bagian otak yang lain yang disebut perangkat ingatan jangka panjang.
Oleh karena itu, yang disimpan itu bukan lagi rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi konsep (Clark dan Clark, 1977:133-179). Seseorang yang sedang belajar bahasa akan memperlihatkan berbagai taraf perkembangan pemahaman berbahasa. Pada kontak pertama dengan ujaran bahasa, yang masuk ke telinga mereka adalah suatu aliran bunyi gemuruh yang tidak berbeda. Lama-kelamaan, secara berangsur-angsur dia akan merasakan adanya berbagai urutan bunyi, ada keteraturan naik turunnya bunyi, dan ada pula kelompok-kelompok bunyi atas dasar hembusan napas. Kemudian, seseorang itu dapat menyadari adanya beberargabungan fakta bahasa yang dikenal secara arbitrer, misalnya kosakata, kelompok kata kerja, dan pernyataan-pernyataan yang sederhana. Seseorang, kemudian dapat membedakan adanya fonem-fonem, dan pola-pola kalimat. Kalimat-kalimat tersebut berulang-ulang dan akhirnya memberikan bentuk-bentuk penggalan bicara. Sampai di sini belum tergolong sebagai pemahaman yang memerlukan seleksi. Selanjutnya, dia akan memperlihatkan terus adanya taraf pengenalan elemen-elemen penting dari sejumlah tuturan, tetapi ia belum sanggup mengenal adanya hubungan keseluruhan aliran bunyi tersebut. Ini juga bukan taraf pemahaman sepenuhnya. Hanya dengan banyak latihan sajalah seseorang akhirnya dapat menundukkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Apabila seseorang mendengarkan banyak tuturan, akhirnya akan diperoleh kemudahan-kemudahan dalam mengenal elemen-elemen penting dalam menentukan pemahaman suatu pesan. Keterampilan mengidentifikasi dan menyeleksi rentetan bunyi bahasa dalam proses menyimak bahasa itu dapat diperinci atas beberapa kemampuan sebagai berikut.

I. Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejala fonetik, baik yang berupa nada, tekanan, persendian, maupun intonasi pada umumnya. Demikian juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-bunyi segmental suatu bahasa yang dipelajari.
2. Kemampuan mengenal, membedakan, menerapkan kosakata sesuai dengan makna dan konteksnya yang tepat.
3. Kemampuan mengenal, membedakan, dan menerapkan struktur tata bahasa sesuai dengan maknanya yang tepat termasuk juga struktur frase dan idiom-idiom yang ada. (Soedjiatno, 1983:6).

B. STRATEGI MENTIMAK BABASA
Untuk menyimak bahasa, kita dapat menggunakan dua strategi, yaitu memusatkan perhatian dan membuat catatan.
1. Memusatkan Perhatian Agar kita dapat menyimak bahasa dengan baik, kita harus memusatkan perhatian kita pada tuturan pembicara. Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka iRkrmasi penting, dan perubahan ekspresi wajah (mimik). Isyarat verbal Miputi perhentian, naik-turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan pengulangan informasi penting. Banyak di antara kita yang tidak menyadari isyarat-isyarat tersebut sebagai perilaku pengatur perhatian. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan isyarat penutur itu untuk mempertajam perhatian kita.
2. Membuat Catatan Membuat catatan dapat membantu aktivitas menyimalc karena mendorong berkonsentrasi, menyediakan bahan-bahan untuk mereviu, dan dapat membantu mengingat-ingat. Akan tetapi, membuat catatan sudah memerlukan konsentrasi. Hal ini berarti mengganggu proses menyimak sendiri. Agar membuat catatan sewaktu menyimak tidak mengganggu konsentrasi, sebaiknya saran-saran berikut ini dipertimbangkan.

a. Catatan bersifat sederhana Catatan yang kecil-kecil dan panjang tidaklah praktis karena yang dapat kita tangkap dari informasi lisan bukanlah Icalimat utuh, tetapi ide-ide pokok yang berupa frase-frase atau kalimat pendek. Oleh karena itu, da1am membuat catatan sebaiknya kita gunakan bentuk kerangka (oudine). Yang kita catat adalah ide-ide pokok atau informasi yang kita anggap penting, ide-ide yang menonjol, materi-materi yang falctual.
b. Catatan menggunakan singkatan-singkatan dan simbol-simbol Steno dan tulisan cepat sangat membantu penyimak dalam membuat catatan. Jika kita tidak memahami sistem ini pilihlah singkatan-singkatan atau simbol-simbol yang Anda pahami dengan baik.
c. Catatan harus jelas Meskipun catatan kita tulis secara cepat, namun faktor kejelasan harus dinomorsatukan agar kita tidak kesulitan jika membaca ulang tulisan tersebut. Kejelasan itu minimal untuk diri kita sendiri.

C. LATIHAN MEMBEDAKAN FONEM DALAM KONTEKS
Sebagai seorang (calon) guru, kita harus memiliki keterampilan menyimak yang memadai sebelum kita mangajarkan keterampilan menyimak. Agar kita menjadi penyimak yang baik, tentu kita harus banyak berlatih. Berikut ini adalah model-model latihan menyimak bahasa. Anda sudah siap untuk berlatih menyimak? Bila sudah putarlah kaset rekaman yang berisi kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung kata-kata yang berbeda arti karena perbedaan fonem.


E. MENYMAK INTEROGATIF
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah kegiatan menyimak intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi. Dalam kegiatan menyimak interogatif, penyimak mengarahkan perhatianya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai pembicara, dalam hal ini dapat disebut sebagai narasumber. Melalui pertanyaan-pertanyaannya, penyimak mengharapkan dapat memperoleh informasi atau pengetahuan sebanyak mungkin dari segala aspek pembicaraan. Informasi yang diharapkan penyimak dapat mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.

6. membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan dari tuturan yang disimaknya; 7. menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya, dan lain-lain.
A. MENYTMAK KRITTS
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahan simakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat tidaknya ujaran pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa menyimak", dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak? Dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? Dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak" (Kamijan, 2001: 22).

RANGKUMAN 
Terdapat 6 kiat yang dapat digunakan untuk menangkap gagasan inti simakan, yaitu:
1. membentuk gambar dalam pikiran atau berimajinasi berda.sarkan materi simakan;
2. mengelompokkan informasi;
3. mengajukan atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan berda.sarkan materi simakan;
4. menemukan pola organisasi informasi; 5. mencatat informasi-informasi penting;
6. memusatkan perhatian.

Priyatmi mengemukakan tujuh kemampuan yang dimiliki penyimak yang baik, yaitu mampu:
1. mengantisipasi topik;
2. menemukan topik;
3. membedakan ide pokok dengan ide-ide penjelas;
4. merumuskan hal-hal penting dari bahan simakan;
 5. memberikan komentar atau respons terhadap bahan/materi simakan;
 6. membedakan antara fakta, pendapat, dan shnpulan yang terdapat dalam bahan simakan;
7. menunjukkan nilai estetis yang terdapat dalam bahan shnakan.
Menyimak Kritis, menyimak kreatif, dan menyimak eksploratif tergolong ke dalam kemampuan menyimak tingkat lanjut. Di dalam kegiatan menyimak kritis, penyimak dituntut dapat menilai informasi yang diperoleh melalui bahan simakan.
 Seorang penyimak kritis dikatakan berhasil jika dia mampu membedakan antn fakta dan opini dan akan mampu membuat simpulan sebagai hasil simakan, mampu
menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas yang terdapat dalam bahan simakan. Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas. Penyimak kreatif dituntut mampu menirukan bunyi-bunyi atau lafal yang disimaknya, mampu mengemukakan kembali gagasan atau informasi yang disimaknya, dan juga mampu mengungkapkan makna tersirat dari bahan simakan. Menyimak eksplorafif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan menemukan gagasan/informa.si bidang-bidang tertentu, kemudian dikembangkan menjadi topik-topik baru.

KEGIATAN BELAJAR 1

Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Berbicara

Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa pokok permasalahan, yaitu berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita. Dengan demikian, setelah mempelajari Kegiatan Belajar I ini, Anda diharapkan dapat melakukan kegiatan berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita.

A. BERDIALOG
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bertelepon, bercakap-cakap, tanya-jawab, wawancara, diskusi, musyawarah, debat, dan simposium. Dialog dapat terjadi kapan, di mana, dan tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja, misalnya tema "Pemilu". Ketika musim kampanye tiba, orang-orang neasa tertarik apabila diajak bercerita tentang calon presiden dan calon walcil presiden yang alcara dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa kelebihan jagoannya, baik dari pendidikan, agama, perhatiannya terhadap ekonomi, kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan amanah, bahkan sampai pada wawasannya tentang bangsa ini. Dialog dapat dilakulcara sepanjang walau. Apalagi bagi orang yang sedang menyukai tema-tema hangat. Walctu yang digunakan untuk berdialog bisa pagi, siang, sore, maupun malam. Dialog pagi, misalnya dilakukan di rumah, antara ayah, ibu, dan anak atau dengan siapa saja, terutama orang-orang yang dekat di hati. Kemudian, dialog dapat digunakan di siang hari, sebagai contoh ketika melakulcara kegiatan resmi dengan teman kuliah, teman kerja atau siapa saja yang dapat menunjang karier peserta dialog. Nah, sore hari kembali dialog santai, biasanya dilalcukan dengan orang-orang yang
mempunyai hubungan yang amat bersahabat. Kegiatan ini dapat dilakukan di kantor, di rumah atau di beranda tetangga. Dialog dapat dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog, misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kantor, di sekolah, di rumah sakit, dan di tempat-tempat umum lainnya. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian ketika berdialog adalah (I) bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan. Bahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek.
Namun demikian, pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejesnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog. Dalam pengajaran bahasa di sekolah, dialog perlu diberikan agar anak-anak terampil berbahasa dan dapat bergaul di tengah masyarakat. Anggota masyarakat sering melakukan kegiatan berdialog di luar sekolah, seperti bertelepon, bercakap-cakap, diskusi, dan musyawarah.

B. MENYAMPAIKAN PENGUNIUMAN

Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat disvujudkan dalam bentuk pidato. Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya, yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menaik.

C. MENYAMPAIKAN ARGUMENTASI

Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan arg,umentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20). Sebelum berdebat, peserta debat harus mempersiapkan penyusunan materi dan argumentasi dengan referensi yang memadai. Dalam debat, pemimpin berhak menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat bertanya kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu, pemimpin debat harus menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian, panitia menyiapkan dua kelompok yang bersedia memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan. Kelompok A adalah kelompok yang menyetujui masalah, sedangkan kelompok B adalah kelompok yang tidak menyetujui masalah itu.
Kisyani Laksono (2003:21-22) menjelaskan bahwa tata cara debat adalah berikut ini.

1. Pembicara I dari kelompok A diberi kesempatan  4 menit untuk mengajukan pendapat dan alasannya menyetujui hal itu.
2. Pembicara 1 dari kelompok B diberi kesempatan selama ± 4 menit untuk mengutarakan pendiriannya yang menolak masalah yang diperdebatkan.
3. Pembicara 2 dari kelompok A diberi kesempatan ± 4 menit untuk menambah alasan-alasan mengenai pendirian kelompoknya.
4. Pembicara 2 dari kelompok B diberi kesempatan selama ± 4 menit untuk memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah yang diperdebatkan.
5. Pembicara l dari kelompok B diberi kesempatan untuk menanggapi pendapat kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang diutarakan kelompok A. Kesempatan-kelemahan dan alasan kelompok A diserang, sementara itu pembicara akan lebih menunjukkan alasan-alasan yang menolak masalah yang diperdebatkan. Kelompok penyanggah (B) yang diwakili pembicara 1 ini harus berusaha mempengaruhi khalayak supaya berpihak pada kelompoknya. Kesempatan yang diberikan kepada pembicara l dari kelompok B ini ± 4 menit.
 6. Pembicara l dari kelompok A diberi kesempatan untuk menangkis alasan-alasan yang diutarakan kelompok B dengan alasan-alasan dan bukti yang kuat. Walctu yang diberikan kepada pembicara I dari kelompok A ini ± 4 menit.
7. Kesempatan ± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dari kelompok B digunakan untuk membuat simpulan dan selcaligus menolak serta menandaskan alasan-alasan kelompoknya.
8. Kesempatan ± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dad kelompok A digunalcara untuk menangkis, menambah alasan, menunjukkan kelemahan lawan, membuat simpulan dan menunjukkan bahwa pendirian kelompolcnya adalah benar.

D. BERCERITA

Sejak zaman dahulu seorang ibu mempunyai kebiasaan bercerita ketika meninabobokan anaknya di tempat tidur. Nab, ibu atau orang tua yang mahir bercerita akan disenangi anak-analmya. Melalui bercerita dapat dijalin hubungan yang alaab. Selain itu, manfaat berceritasgi antaranya, yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, sivin (3) memberikan keteladanan.
 Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya pendongeng mempersiapkan did dengan cara (1) memahami pendengar (audiens), (2) menguasai mated cerita, (3) mengua.sai olah suara, (4) menguasai berbagai macam karakter, (5) luwes dalam berolah tubuh, dan (6) menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, terdapat enam jurus mendongeng, yaitu (1) mencipmkan suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki kemampuan teknik membuka cerita, mencipmkan suasana dramatik, menutup yang membuat penasaran, (3) lcreatif, (4) tanggap dengan situasi dan kondisi, (5) konsentra.si total, dan (6) ikhlas. cerita, (6) pemilihan pokok cerita yang tepat, (7) menyelaraskan dan menyarikan cerita, (8) menyelaraskan dan memperluas,
(9) menyederhanakancerita, (10) menceritakan cerita secara langsung, (II) bercerita dengan tubuh yang alamiah, (12) menentukan tujuan, (13) mengenali tujuan dan klimaks, (14) memfungsikan kata dan percakapan dalam cerita, (15) melukiskan kejadian, (16) menetapkan sudut pandang, (17) menciptakan suasana dan gerak, (IK) merangkai adegan.

Berikut ini merupakan contoh dongeng, cobalah bercerita kisah ini dengan kata-kata sendiri kepada teman-teman!

PUTRI KENCANA DAN PANGERAN KATAK
Dahulu kala ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai seorang putri yang amat caraik yang bernama putri Kencaraa. la sangat disayang karena merupakan anak tunggal. Oleh karenanya, ia dilarang bermain jauh. Pada suatu malam, tuan putri bermimpi bertemu dengan seorang pangeran yang tampan rupawan. Sejak saat itu sang putri selalu gelisah ingin bertemu dengan pangeran yang dijumpai dalam mimpinya. Pada suatu hail, tuan putri bermohon kepada ayahandanya agar diperkenankan berjalan-jalan ke luar istana. Permohonan itu dikabulkan asalkan selalu diiringkan oleh para dayang dan pegawai istana. Dalam perjalanan, sampailah tuan putri di suatu tempat yang sangat indah pemandangannya dan sejuk udaranya. Di sana pun terdapat kolam yang jernih airnya. Di tempat itu tuan putri bercengkerama dengan amat gembiranya, seolah tidak ingin kembali ke istana. Ketika bermain-main itu, setendang putri diterbangkan angin dan jatuh ke dalam kolam. Meskipun para dayang dan pengawat telah berusaha untuk mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga. Tuan putri amat sedih, tidak henti-hentinya menangis. Para dayang dan pengawal bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak amat besar dari dalam kolam itu. Binatang itu menghadap tuan putri dan bercakap-cakap layaknya manusia. "Mengapa tuan putri menangis?" tanyanya Jawab tuan putri, "Selendangku jatuh ke dalam dan tidak ditemukan kembali", 'Tolong carikan", pintanya. "Baiklah tuan putri, tetapi apa upahnya jika aku dapat menemukan kembalir kata katak itu "Akan kuberi engkau makanan yang lezat dan emas berlian", jawab tuan putri. Tawaran tuan putri ditolaknya, katanya, "Tuanku, bukan intan permata atau makanan yang lezat yang kuminta, tetapi aku ingin selatu bersamamu".

Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan. Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya (1) penguasaan dan penghayatan cerita, (2) penyelarasan dengan situasi dan kondisi, (3) pemilihan dan penyusunan kalimat, (4) pengekspresian yang alami, dan (5) keberanian.
 Selain itu, Nadeak (1987) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita, yaitu (1) memilih cerita yang tepat, (2) mengetahui cerita, (3) merasakan cerita, (4) menguasai kerangka cerita, (5) menyelaraskan

-- =-- -71 RANGKUMAN  =4
Kemampuan dasar dalam berbicara sudah dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat ditelusuri dal= kebiasaan berinteraksi antarindividu dan anggota masyarakat. Ketika suasana santai, kemampuan dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan orang adalah dialog. Ketika berbicara di hadapan umum tentang kegiatan perlombaan atau pemberitahuan adalah menyampaikan pengumuman. Lain halnya ketika terjadi pertentangan pendapat maka kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan argumentasi. Terakhir, kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara adalah bercerita.

KEGIATAN BELAJAR 2

Kemampuan Lanjutan dalam Kegiatan Berbicara

Saudara, Kegiatan Belajar 2 ini merupakan kelanjutan dari Kegiatan Belajar I. Dalam Kegiatan Belajar I telah dibahas tentang keterampilan dasar berbicara yang meliputi kegiatan berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita. Dalam Kegiatan Belajar 2 ini akan dibahas tentang kemampuan berbicara lanjutan yang meliputi kegiatan musyawarah, dislcusi, dan pidato Anda telah slap mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini? Marilah kita babas satu per satu kemampuan berbicara lanjut berikut ini.

A. MUSYAWARAH

Musyawarah mengandung anti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan tg banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum. Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut pimpinan sidang. Pimpinan sidang berhalc membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib pelalasanaan. Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan. Anda dapat menerapkan kegiatan musyawarah di dalam kelas, misalnya ketika memilih ketua kelas. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang calon ketua kelas yang dipilihnya.
B. DISKUSI
Nio (dalam Haryadi, 1981:68) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tulcar-menukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah bentulc tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk diskusi ialah proses pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Dengan demikian, dalam sebuah diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicaralcara, moderator yang memimpin diskusi, dan ada peserta diskusi yang dapat mengemukakan pendapat secara teratur. Dad kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah:
 I. partisipan lebih dari seorang;
2. dilaksanalcara dengan bertatap mulca;
3. menggunakan bahasa lisan;
4. bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama;
5. dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69), yaitu sikap kooperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai that berkomunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Selain itu, ketika proses diskusi berlangsung hendaknya peserta dislzusi mendengarkan inian dengan penuh perhatian, menghilangkan sikap emosional dan prasangka, menangkap gagasan utama, dan gagasan penjelas, serta mempertimbangkannya. Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara:
1. pertanyaan dan sanggahan diajulcara dengan jelas dan tidak berbelit-belit,
2. pertanyaan dan sanggahan diajulcara secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung,
3. diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.

Sementara itu, dalam memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal, yaitu sebagai berikut.
 1. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan.
2. Jawaban harus objektif dan memuaskan berbagai pihak.
3. Prasangka dan emosi harus dihindarkan.
4. Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.

Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan yang mencemoohkan, kiranya patut dihindari. Selain itu, basil diskusi hams didasarkan pada objektivitas dan kemaslahatan bersama. Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator segera mengambil keputusan. Diskusi akan berlarut-larut apabila moderator terlambat menyimpulkan basil diskusi.

C. PIDATO

Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu (serta merta), menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut. I. Pengumpulan bahan.
2. Garis besar pidato.
3. Uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak hams dilaksanakan terutama untuk mirpc, nada bicara, intonasi, dan waktu.
Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato berruivan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan. Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis sebagai berikut.
I. Jumlah pendengar.
2. Tujuan mereka berkumpul.
3. Adat kebiasaan mereka.
4. Acara lain. 5. Tempat berpidato.
6. Usia pendengar.
7. Tingkat pendidikan pendengar.
 8. Keterikatan hubungan batin dengan pendengar.
9. Bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyajian pesan dengan jelas akan mempennudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun. Organisasi pesan dapat mengikuti 6 macam urutan, yaitu dedukatif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.

Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawalcara suatu pidato, yaitu
 (I) garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup,
(2) lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan,
(3) penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas hams dibedakan.
 Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata hams jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda sehingga pendengar merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena itu, susunan kata-kata hams dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan se,cara cermat. Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut, haruslah diperhafikan hal-hal berikut.
1. Gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam menggunakan kata-kata, malcsudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan Icalimat efektif.
5. Gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kembali.

Terakhir, hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya, yaitu dengan cara sebagai berikut.


1. Langsung menyebutkan pokok persoalan.
2. Melukiskan latar belakang masalah.
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
6. Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu.
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
9. Memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka.
10. Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan.
11. Mengajulcara pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan.
 12. Menyatakan kutipan. 13. Menceritakan pengalaman pribadi.
14. Mengisahkan cerita falctual, fiktif atau situasi hipotesis.
15. Menyatakan teed atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
16. Membuat humor.
 Dalam membulca pidato, kita tinggal memilih satu di antara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu sendiri. Adapun cara menutup pidato adalah sebagai berikut.
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan;
2. Menyatalcara kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda;
3. Mendorong khalayalc untuk bertindak;
4. Mengatchiri dengan klimaks;
5. Menyatakan kutipan Alquran, sajalc, peribahasa atau ucapan para ahli;
6. Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicara;
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara;
8. Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
 Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilalcsanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas

Cobalah Anda simak contoh teks pidato berikut mi. Kemudian, Anda analisis apakah sudah tennasuk kriteria pidato atau belum?

Pidato Sambutan Wakit Caton Pengantin Pria (Menyerahkan Caton Pengantin Ma)
Assalamualaikum wr. wb. Alhamdulillah
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kasih yang berlimpah. Semoga salawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Ibu-ibu, Bapak-bapak, hadirin rohimakumulloh, Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk sedikit memberi sambutan atas nama mempelai pengantin pria. Kepada Bapak selaku ayah mempelai wanita, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas sambutan yang diberikan kepada kami. Semoga Tuhan membalanya sebagai amal yang baik yang tak ternilai harganya. Atas nan-U wakil mempelai pria, kami menyampaikan amanat kepada keluarga pengantin wanita di sini, mudah-mudahan keluarga di sini dapat menerima pengantin pria bukan saja sebagai anak menantu, namun sekaligus mudah-mudahan dapat diterima di tengah-tengah keluarga besar Bapak sebagai anggota keluarga sendiri. Kepada mempelai berdua, kami berpesan, tempuhlah bahtera hidup baru ini dengan penuh pengertian, sating menghormati, dan sating menghargai sehingga terbinalah mahligai impian kalian berdua dan terciptalah sebuah keluarga yang sejahtera penuh dengan berkah dan rejeki dad Tuhan yang Mahapemurah. Akhirnya, sekali lagi kami menyampaikan terima kasih atas segala keramahan yang dengan rasa tutus ikhlas sudi menerima mempelai berdua sebagai bagian dad keluarga besar yang sejahtera akhir dan batin. Akhirul kalam, kami serombongan mohon maaf yang sebesar-besarnya, sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum warokhmatullahi wabarakatuh.

3) Aspirasi masyarakat, dapat diarahkan dengan bermusyawarah. Hal ini dilakukan sesuai dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Adapun ciri lainnya, yaitu karena bersifat kekeluargaan. Cobalah kaji kembali dari berbagai buku tenting musyawarah dan diskusi!
4) Anda dapat membaca materi langkah-langkah bezpidato. Semoga Anda dapat memperkaya bahan ini dari berbagai sumber lainnya.

RANG KU MAN
Kemampuan lanjut dalam berbicara banyak manfaatnya, terutama berkaitan dengan kemampuan bermusyawarah, berdiskusi, dan berpidato. Hal ini dapat diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut memerlukan latihan. Berlatih bermusyawarah dan berdiskusi dapat meningkatkan kemahiran seseorang dalam pengua.saan keterampilan berbicara.
 Bermusyawarah amat baik dilakukan terutama Agar setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan kekerasan. Namun, apa pun ala.sannya penguasaan keterampilan berbicara akan menjadikan Anda lebih unggul dari yang lainnya. Ketika ada masalah yang memerlukan mufakat maka bermusyawarah adalah jalan terbaik. Hal ini sejalan dengan diskusi, yang lebih mengutamalcan hasil yang lebih dipadukan dengan beberapa pendapat. Adapun perbedaan di antara keduanya, yaitu jika dalam musyawarah ada istilah voting maka dalam diskusi tidak ada. Pidato itu sendiri lebih mengutamakan kemampuan seseorang berbicara untuk mempengaruhi pendengar atau khalayak ramai.

Editor by : www.denmasmahesa.blogspot.com

KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Dasar datam Kegiatan Membaca
Dalam Kegiatan Belajar 1 ini kita akan mempelajari dua jenis kegiatan membaca, yaitu tnembaca dalam hati dan meaca bersuara. Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa membaca dalam hail, yaitu kegiatan membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir. Kemudian, membaca bersuara merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapi. Berikut ini, secara berturut-turut akari kita pelajari kedua jenis keterampilan membaca tersebut.
A. MEMBACA DALAM HATI
Dalam kehidupan era tentu banyak melakukan aktivitas membaca, antara lain membaca koran, majalah, petunjuk perjalanan, buku-buku referensi atau mungkin sekadar membaca teks terjemahan sebuah film. Bayangkan bila Anda sedang berada di ruang tunggu pelabuhan udara, lalu guna mengisi waktu Anda membaca koran dan majalah dengan suara nyaring. Pasti semua orang di ruangan itu akari menoleh ke arah Anda dan menyangka Anda sedang melucu atau justru menganggap Anda gila.
Bayangkan pula Anda sedang berada di rumah sendiri sedang membaca sebuah buku referensi dengan suara nyaring, sedangkan anggota keluarga lainnya sedang mendengar musik. Mungkin Anda akan dianggap tidak( bersahabat karena mengganggu telinga orang lain yang sedang mendengar alunan merdu musik kesukaan. Tampaknya, kita memang perlu jauh lebih banyak membaca dalam hati di bandingkan membaca nyaring dalam kehidupan ini. Di samping dengan membaca dalam hati kita tidak akan mengganggu pendengaran orang lain, kecepatan membaca dalam hati pun jauh lebih cepat dibandingkan dengan membaca bersuara. Sehubungan dengan membaca dalam hati, menurut Tarigan (1993:30-31) secara gads besar kita dapat membedakannya atas dua jenis kegiatan membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Masih menurutnya, yang tergolong jenis membaca ekstensif adalah membaca survei (survey reading), membaca sekilas (scaning), dan membaca dangkal (supetfKial reading).
Kemudian, yang tergolong jenis membaca intensif, yaitu membaca telaah isi dan mernbaca telaah balzasa. Selanjutnya, membaca telaah isi tersebut terdiri atas jenis membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Berikutnya, membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra. Bagi kita, yang penting bukanlah menghafal sistematika jenis membaca itu, melainkan memperoleh keterampilan membaca yang kita butuhkan. Oleh karena itu, dalam modul ini urutan pembKaraan mengenai jenis-jenis keterampilan membaca dalam had tidaklah secara kkitat mengikuti sistematika yang dikemukakan oleh Tarigan (1993) tersebut, tetapi berdasarkan tingkat kepentingannya untuk dikuasai.
1.       Membaca Wacaria Informatif
Kita sering mendengar komentar orang-orang di sekitar kita atau di koran-koran bahwa kita telah memasuki abad informasi. Pernyataan ini tentu saja terutama berlaku bagi masyarakat modern yang tinggal di kota-kota yang telah dilengkapi dengan berbagai sarana komunikasi, srrti koran, majalah, buku-buku, jurnal, radio, tv, dan internet. Setiap hari di hadapan kita, sebagai bagian dari masyarakat modern, tersedia berlimpah infonnasi yang bagaikan tak terbatas. Sebagian dari informasi yang berlimpah tersebut tersedia dalam wujud bahan bacaan berupa koran, majalah, jurnal, buku, sena surat elektronik (email), artikel, dan berita/artikel yang disampaikan melalui internet. Dalam situasi kita menghadapi sumber informasi yang melimpah itu, kita dituntut meiniliki kemampuan memilihbahan bacaan dengan cepat serta berkemampuan membaca cepat pula. Untuk itu, diperlukari strategi-strategi membaca yang efektif. Berikut ini, akan kita bKarakari beberapa strategi membaca tersebut.
a. Membacamemindai
Ketika mengunjungi perpustakaan, sering kali kita perlu membaca dengan cepat judul-judul buku dalam kartu-kartu katalog serta kode-kode buku yang terpajang di rak sebelum memutuskan mengambil salah satu di antaranya. Demikian juga ketika kita akan makan di restoran, kita Kadang-kadang merasa perlu membaca menu makanan dan ininuman dengan cepat sebelum memutuskan memesan makanan dan ininuman yang kita inginkan. Dengan kata lain, kita perlumemindaijudul-judul buku dalam kartu katalog dan kode-kode buku di rak sebelum memutuskari mengambil satu atau dua buah buku dari suatu rak, Dan kita perlumemindaidaftar makanan dan ininuman di sebuah restoran sebelum memutuskan memesan makanan dan ininuman. Jenis kegiatan membaca seperti ini disebut membaca meinindai, yang sering pula disebut membaca scaning (Inikulecky, 1990:138).
Setelah menemukan judul buku yang kita cari di sebuah rak perpustakaan, misalnya kita bertanya-tanya apakah buku tersebut memang sesuai dengan kebutuhan kita. Lalu, kita pun berupaya melakukan survei terhadap buku tersebut. Dengan cepat kita baca identitas buku pada halaman-halaman depan, daftar isi, daftar indeks, dan beberapa halaman bagian dalam buku tersebut. Setelah itu, ban kita mengambil kesimpulan bahwa buku tersebut sesuai dengan kebutuhan kita atau tidak. Jenis kegiatan membaca tersebut dapat disebut juga membaca meinindai, yaitu membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk menemukan sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya.
Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca demikian dengan istilah membaca scaning (Inikulecky, 1990:138). Berdasarkan uraian tersebut, kita dapat mengatakan bahwa terdapat dua jenis membaca meinindai, yaitu scaning dan scaning.
 Kedua jenis kegiatan membaca ini sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, di samping kita perlu berlatih agar menguasai kedua jenis keterampilan membaca tersebut, pan murid pun perlu kita latih agar dapat memanfaatkan kedua jenis keterampilan membaca tersebut.
1)      SCANING
Inikulecky (1990:49-51) memberi penjelasan mengenai jenis kegiatan membaca yang disebut scaning, seperti berikut. Scaning adalah keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca jenis ini kita tidak perlu membaca kata demi kata dan tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang kita hadapi guna menemukan informasi khusus yang kita butuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan kemampuan berpindah dari satu jangkauan pandangan ke jangkauan pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari.
Keterampilan membaca scaning hanya dapat diperoleh dengan melakukan latihan-latihan. Kita harus berlatih memperluas jangkauan pandangan mata kita terhadap kelompok-kelompok kata dan berpindah dengan cepat. Misalnya, dengan berlatih menemukan suatu kata dalam Kamus, menemukan informasi mengenai harga emas dalam sebuah koran. Dalam melakakan scaning, Kita hanya perlu menangkap kata kunci yang menandai informasi yang kita cari. Misalnya. Kita ingin menemukan berita mengenai masalah pendidikan dalam suatu surat kabar, kita tinggalmemindaijudul-judul berita pada halaman-halaman surat kabar tersebut dengan berbekal kata kunci pendidikan. Bahkan, dalam mencari kata tertentu dalam kamus atau ensiklopedia, kita hanya perlu memindai huruf pertama, kemudian huruf kedua, dan huruf berikutnya data kata yang kita cari data daftar kata yang ada dalam kamus atau ensiklopedia. Kita akan melewati dengan sangat cepat kata yang meiniliki huruf pertama yang berbeda dengan huruf awal kata yang Kita cari, sampai menemukan kata yang kita cari tersebut. Tentu saja latar belakang pengetahuan pembaca turut menentukan kecepatan seseorang dalam membaca scaning. Misalnya, seseorang yang ingin menemukan iklan bans mengenai penjualan rumah, sebelumnya ia telah mengetahui bahwa iklanknirsebut terlkitak pada halaman 11 surat kabar yang dibacariya, kemudian iklan jenis tersebut terlkitak setelah iklan mengenai komputer maka orang tersebut berkemungkinan akan dapat manbaca scaning dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak meiniliki pengetahuan mengenai lkitak iklan yang dimaksud itu sebelumnya bila luas jangkauan pandangan mata dan kecepatan berpindah pandangan mereka relatif sama.
Untuk tingkat permulaan, kita dapat melatih murid kita membaca scaning melalui perlombaan antarkelompok murid atau antarmurid dalam menemukan informasi khusus yang kita tentukan dalam sebuah bacaan. Misalnya, kita sediakan daftar acara televisi yang biasa dimuat di koran-koran. Lalu, kita ininta murid menemukan acara tertentu dan Kita hitung kecepatan membacanya. Kemudian, berdasarkan kecepatan mereka menemukan yang dKari, kita tentukan pemenang 1 sampai 3 di antara para murid.
Untuk tingkat selanjutnya, latihan membaca scaning dapat ditingkatkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak dan bervariasi kepada para murid. Kegiatan ini pun dapat diperlombakan. Misalnya, kita sediakan daftar iklan bans yang berisi lowongan kerja yang kita ambil dari sebuah koran. Kemudian, kita ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk diperebutkan.
a) Ildan lowongan kerja jenis apa yang mensyaratkan pelamamya meiniliki kemampuan menggunakan program auto cacti
b) Jenis lowongan kerja apa yang mensyarean pelamarnya jujur dan mau bekerja keras? c) Jenis-jenis lowongan kerja apa saja yang mensyaratkan pelamarnya berijazah ininimal SMA? d) Jenis pekerjaan apa yang mensyaratkan pelamarnya meiniliki SIM C? Untuk setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 25. Kemudian, yang meiniliki skor tertinggi merupakan pemenang lomba.
 Kita pun masih perlu terus berlatih membaca scaning guna meningkatkan kecepatan kita dalam membaca. Dalam berlatih, kita dapat meininta bantuan teman untuk mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan suatu bacaan dan mengukur kecepatan kita dalam membaca dengan menggunakan stopwatch.
2)      Scaning
Menurut Fry dalam Inikulecky (1990:138), scaning meiniliki kesamaan dengan scaning, yaitu memerlukan kecepatan membaca yang tinggi. Namun scaning meiniliki perbedaan dengan scaning dalam hal berikut.
Seperti telah kita bKarakan sebelumnya, scaning merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks. Berbeda dengan itu, scaning menuntut pembaca meiniliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran umum mengenai telas tersebut. Dalam hal ini, melalui scaning pembaca memperoleh kesan umum mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai organisasi, gaya, dan fokus tulisan, gagasan-gagasan utama yang disampaikan dan sudut pandang penulis, terma.suk mengenai kaitan teks dengan kebutuhan dan ininat pembaca. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui scaning, pembaca dapat mengambil keputusan apakah akan terus membaca bahan bacaan tersebut secara keseluruhan ataukah cukup membaca bagian tertentu saja yang sesuai dengan kebutuhan dan ininatnya. Selain itu, scaning juga bermanfaat sebagai reviuw terhadap teks yang sudah dibaca sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa scaning menuntut pembaca sekurang-kurangnya meiniliki pengetahuan mengenai organisasi teks, pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang menyatakan suatu petunjuk (lexKal kues), dan kemampuan menemukan ide pokok dari suatu bacaan. Dengan demikian, pembaca diharapkan meiniliki kemampuan membaca dengan sangat cepat dengan berbekal kemampuan jangkauan mata yang luas dan beralih dengan cepat dari bagian demi bagian teks yang penting dibaca, berdasarkan pengetahuan mengenai organisasi teks dan pengetahuan mengenai kata-kata petunjuk teks.
 Seseorang  dapat dikatakan sebagai pembaca scaning yang baik bila dapat memproses teks yang berisi sekitar 800 kata dalam satu menit. Scaning sangat bermanfaat bagi kita dalam kehidupan, misalnya dalam mengambil keputusan berkenaan dengan hal berikut ini.
a) Kita akan membeli sebuah buku  mengenai cari mengajar membaca permulaan. Di toko buku terdapat empat  buku yang ditulis oleh pengarang yang berbeda mengenai subjek itu. Kita harus memilih satu di antara keempat buku tersebut.
b) Kita ingin mengetahui sedikit mengenai suatu peristiwa. Dan i judul berita pada sebuah surat kabar, kita mengetahui bahwa peristiwa tersebut disajikan secara panjang lebar. tetapi, kita tidak meiniliki banyak waktu.
c) Kita membaca sebuah buku beberapa tahun yang lalu. Kita diundang untuk menceritakan isi buku tersebut pada acara bedah buku  besok pagi. Kita tidak mempunyai banyak waktu.
d) Kita mempunyai beberapa buah buku mengenai suatu subjek yang ditulis oleh pengarang yang berbeda. Kita ingin mengetahui gagasan-gagasan mereka, tapi kita tidak meiniliki banyak waktu.

b. Membaca pemahaman
 Dalam modul ini kita menggunakan istilah membaca pemahaman guna merujuk kepada jenis kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca.
Tarigan  (1993) menyebut jenis kegiatan membaca ini dengan istilah membaca Namun, kita tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan bahwa memhaca teliti selalu dilakukan dengan lambat. Padahal, dalam membaca pemahaman kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin bervariasi, tergantung pada bahan bacaan yang kita baca.
Bila bahan yang dibaca itu berisi penjelasan mengenai ciri-ciri negara demokrasi, misalnya kita akan membaca bagian itu dengan kecepatan maksimal, sedangkan apabila bahan bacaan itu berisi ditail data berupa angka-angka (misalnya) mungkin kecepatan kita dalam membaca agak berkurang. Selain itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan cakupan konsep membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Tarigan (1993).
1)      Prabaca (previewing)
Guna mendapatkan gambaran umum mengenai bahan bacaan yang akan kita baca, kita hendaknya melakukan kegiatan prabaca (previewing). Kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal kepada kita mengenai bahan bacaan yang dihadapi. Selain itu, menurut Inikulecky (1990:33), kegiatan prabaca dapat mengaktifkan pengetahuan yang telah kita iniliki sebelumnya berkenaan dengan bahan bacaan yang akan kita baca. Kegiatan prabaca (previewing) yang perlu kita lakukan ketika akan membaca sebuah buku, antara lain berikut ini.
a) Bacalah halaman judul buku dan halaman copyright. Temukan nama pengarang buku dan tahun terbitnya. Mengetahui tahun terbit buku sangat penting guna mengetahui seberapa baru (how up-to-date) buku  tersebut di antara buku-buku sejenis.
 b) Bacalah daftar isi. Amati organisasi buku , meliputi bab dan subbabnya.
c) Lakukan scaning terhadap bagian (bab) pendahuluannya. Kemudian, perhatikan ilustrasi-ilustrasi, diagram-diagram, tabel-tabel. Bacalah judul-judul dan amati apakah setiap akhir bab terdapat rangkuman atau pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan.
d) Perhatikan halaman pertama pada setiap bab.
e) Lakukan scaning terhadap bab terakhir karena biasanya bab terakhir merupakan kesimpulan atau rangkuman dari isi buku.  Perhatikan pula bagian akhir buku , apakah terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan hal lain yang dapat membantu memahaini isi buku.

Selanjutnya, berikut ini adalah petunjuk melakukan prabaca (previewing) terhadap sebuah bab dari suatu buku atau sebuah artikel.
a) Bacalah judul bab atau artikel.
b) Perhatikan seluruh ilustrasi yang ada.
c) Apabila bab atau artikel tersebut terdiri atas sub-subbab atau sub-subtopik, lakukan scaning terhadap judul sub-subbab atau sub-subtopik tersebut.
d) Lakukan pula scaning terhadap paragraf awal dan akhir serta rangkuman bab atau artikel tersebut. Apabila terdapat pertanyaan-pertanyaan pada akhir bab, lakukan pula scaning terhadapnya.
Beberapa manfaat melakukan prabaca (previewing), antara lain sebagai berikut. Pertama, prabaca (previewing) memungkinkan pembaca mengetahui jenis (genre) bahan bacaan yang dihadapi, konteks pembahasan/penceritaan, topik/tema bahan bacaan, tingkat kesulitan, dan organisasi bahan bacaan. Kedua, ini paling penting, dengan menyadari topik/tema bahan bacaan yang dihadapi, pembaca dengan segera akan mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang telah dimilikinya. Hal-hal yang demikian, memungkinkan pembaca lebih mudah menangkap makna dari teks yang dibaca meskipun banyak kata yang digunakan dalam bacaan itu masih asing baginya. Ketiga, kegiatan prabaca dapat menumbuhkan kesadaran bagi pembaca bahwa guna menangkap makna dari suatu bacaan pembaca tidak harus membaca kata demi kata dari bahan bacaan itu, melainkan berupaya menangkap makna dari keseluruhan kalimat, paragraf, dan dari keseluruhan wacaria (Inikulecky, 1990: 35-38).

2)      Pendugaan (predikting)

Setelah selesai atau selama melakukan prabaca (previewing), sebaiknya kita menduga-duga isi bacaan yang akan kita baca. Misalnya, ketika membaca judul buku Sejarah Pendidikan Indonesia kita menduga-duga bahwa buku tersebut memuat informasi mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia sejak merdeka dari penjajahan, bahkan mungkin juga sebelum penjajahan, sampai tahun terbit buku tersebut.
Dugaan-dugaan mengenai isi bacaan teks kita lakukan ketika atau setelah mengamati ilustrasi berupa gambar, diagram, dan informasi lain yang diperoleh ketika melakukan prabaca (previewing).

Ketika melakukan dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi.
a) jenis bahan bacaan yang akan kita baca, apakah berupa laporan penelitian buku pelajaran, artikel, cerita, iklan atau lainnya;
b) apa yang sudah kita ketahui dan apa yang belum mengenai isi bacaan;
c) seberapa teliti kita harus membaca suatu bahan bacaan. Apakah kita perlu mengingat bagian-bagian tertentu dari bahan bacaan, bagian-bagian mana saja kita perlu melakukan scaning untuk mendapatkan informasi tertentu? Apakah kita hanya perlu membaca untuk tujuan bersenang-senang saja tanpa perlu mengingat-ingat sesuatu dari bahan bacaan tersebut?

2.       Membaca dengan Kecepatan Bervariasi dan Menandai Saban Samara Setelah kita melakukan kegiatan prabaca dan menduga-duga isi bacaan yang kita hadapi, kitapun mulailah melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya.
Berdasarkan hasil kegiatan prabaca dan juga dugaan kita terhadap teks yang kita hadapi, mungkin kita akan menggunakan beberapa keterampilan dalam membaca. Untuk memperoleh pemahaman  yang utuh mengenai bahan bacaan yang benar-benar baru bagi kita, kita perlu menggunakan keterampilan membaca scaning terhadap seluruh bacaan, kemudian membaca ulang dengan tempo yang lebih lambat bagian-bagian yang memerlukan ketelitian. Misalnya, membaca ulang bab-bab atau bagian-bagian bab yang masih belum kita pahami, membaca kembali tabel-tabel yang berisi data statistik, formula-formula atau rumus-rumus penting. Apabila bahan bacaan dalam buku atau artikel yang kita hadapi tidak seluruhnya baru, berdasarkan hasil prabaca dan dugaan yang sudah kita lakukan, mungkin untuk bagian-bagian yang sudah kita pahami, kita baca dengan sangat cepat (melakukan scaning) judul-judul bab atau subbabnya saja, sedangkan bab-bab atau subbab yang belum kita pahami, kita baca dengan cepat (scaning) guna memperoleh kesan umum dan dibaca ulang dengan teliti bagian-bagian yang kita anggap perlu untuk itu. Selama membaca ulang bagian-bagian yang kita anggap perlu dibaca dengan teliti, berilah tanda pada bagian-bagian yang Anda anggap penting. Jangan segan pula membuat catatan-catatan, baik pada halaman bacaan maupun pada kartu-kartu yang Anda siapkan untuk itu. Misalnya, bubuhilah garis bawah pada kalimat atau garis tegak pada pingir paragraf yang Anda anggap memuat informasi penting. Tulis tanda tanya pada bagian yang masih belum Anda pahami atau Anda ragukan kebenarannya atau Anda tidak setuju terhadapnya. Untuk membantu Anda mengingat organisasi bahan bacaan, gunakan halaman kosong pada bagian akhir buku untuk membuat diagram pohon mengenai organisasi/isi buku. Cukup Anda tuliskan kata-kata kunci pada diagram tersebut. Sedangkan yang menyedihkan adalah masih ada orang ma dan guru yang berpesan pada anak agar jangan mencoret atau menulis pada halaman buku bacaan/pelajaran. Perlu kita ingat baik-baik bahwa sangatlah keliru bila kita menginginkan halaman-halaman buku atau margin dari artikel yang dibaca selalu bersih dari tanda-tanda atau tulisan. Lebih baik buku-buku menjadi buruk rupa atau rusak karena dibaca secara sungguh-sungguh daripada dibiarkan bersih mengkilat, namun tidak dimengerti, kecuali buku-buku yang dibiarkan bersih mengkilat itu adalah buku-buku atau majalah yang dibaca untuk tujuan mendapatkan hiburan.

3.       Membuat Rangkuman Pemahaman dan daya ingat kita terhadap isi buku atau artikel akan semakin mantap apabila setelah selesai membacanyakita tuliskan sebuah rangkuman mengenai isinya. Panjang rangkuman tentu saja bergantung pada panjang bahan bacaan yang telah kita baca. Sebuah artikel mungkin dapat dirangkum dalam sebuah paragraf. Sebuah buku dapat kita rangkum menjadi beberapa paragraf. Satu paragraf berisi rangkuman terhadap sebuah bab dari buku tersebut. Pada bagian akhir dari sebuah rangkuman akan lebih baik kita tuliskan pula pendapat (komentar)kita mengenai subjek yang dibahas dalam buku atau artikel yang sudah kita baca. Mungkin saja pendapat tersebut berupa pemyataan setuju, tidak setuju atau sebagai pelengkap terhadap bahan bacaan yang sudah dibaca. Yang penting, pendapat/komentar yang kita kemukakan haruslah disertai argumen-argumen yang kuat.

B. MEMBACA BERSUARA

Kegiatan membaca bersuara yang paling sederhana yang pernah kita lakukan adalah ketika kita mulai belajar membaca di kelas 1 Sekolah Dasar.

Kita belajar melafalkan kalimat-kalimat sederhana dari suatu wacaria sederhana pula. Kini, sebagai guru, kita pun mengajarkan murid-murid kita membaca mulai dari jenis membaca bersuara. Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbKara.
Melalui membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya dengan benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan bahkan mengucapkan suatu wacaria utuh dengan benar melalui membaca bersuara. Selain membaca bersuara merupakan aktivitas yang dilakukan ketika murid ban belajar membaca, tampaknya membaca bersuara pun tKITAp penting dilakukan oleh orang-orang yang menggeluti profesi tertentu. Seorang Presiden, Menteri, Direktur suatu institusi, penyiar televisi (misalnya) dituntut meiniliki keterampilan membaca bersuara yang memadai. Pada pertemuan-pertemuan yang resini tidak jarang seorang Presiden, menteri atau direktur suatu institusi harus berpidato dengan menggunakan suatu naskah. Kemudian, seorang penyiar televisi ketika menyajikan siaran berita acap kali dilakukan dengan membaca naskah berita. Hal ini menuntut mereka menguasai keterampilan membaca bersuara yang memadai. Anda mungkin pernah piña terlibat dalam kegiatan pementasan-pementasan baca puisi, baca cerpen, dan drama. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat memerlukan penguasaan keterampilan membaca bersuara. Paling tidak, kegiatan membaca bersuara selalu dilakukan pada saat-saat latihan pementasan tersebut. Jadi, sangat jelas bahwa membaca bersuara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca bersama-sama dengan pendengar untuk menangkap informasi dari suatu bacaan atau untuk menikmati bacaan. Dalam hal ini, menurut Tarigan (1993:22), pembaca pertama-tama dituntut untuk dapat memahaini makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Untuk itu, ia harus terampil memahaini lambang-lambang tertulis yang digunakan dalam tulisan yang akan dibacariya. Selain itu, seorang pembaca nyaring yang efektif harus meiniliki kemampuan menggerakkan mata dengan cepat karena selain harus dapat membaca per kelompok kata dan bahkan per kalimat, ia juga harus dapat memelihara kontak mata dengan pendengar.
Pada Kegiatan Belajar 2 nanti akan kita telaah lebih lanjut jenis membaca bersuara berupa membaca naskah pidato.


KEGIATAN BELAJAR 2

Kemampuan Lanjut datam Kegiatan Membaca

A. MEMBACA NASKAH PIDATO
Dalam berpidato, kita dapat menggunakan 2 metode persiapan tertulis. Cara pertama, kita dapat melakukan persiapan dengan hanya mencatat garis besar materi yang akan kita sampaikan dalam sebuah pidato.
Dalam hal ini, kita hanya mencatat topik dan sub-sub topik yang akan kita sajikan dalam sebuah pidato. Cara kedua, kita melakukan persiapan pidato dengan menyiapkan naskah pidato secara lengkap. Suatu pidato yang sangat resini, misalnya pidato kenegaraan, memerlukan persiapan dengan menggunakan cari kedua, yaitu dengan menyiapkan naskah pidato secara lengkap. Kemudian, pidato resini tersebut disampaikan dengan cari membacakan naskah pidato tersebut secara nyaring.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membacakan naskah pidato. Pertama, sebelum membaca suatu naskah pidato secara nyaring, hendaklah naskah tersebut dipahami terlebih dulu, dengan cara membacanya dalam hati. Dengan pemahaman terlebih dulu maka pembacaan naskah pidato secara bersuara nantinya tidak hanya akan lancar, tetapi juga dapat dilakukan dengan baik. Kedua, berupaya menggunakan bahasa tubuh yang tepat, terutama memelihara kontak mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato secara nyaring.
Memahand Isi Naskah dan Berlatih Membaca Bersuara Melalui aktivitas membaca dalam hati, kita hendaknya berupaya memahaini dengan sebaik-baiknya suatu naskah pidato. Bila naskah pidato itu ditulis oleh orang lain maka kita harus memahaini sebaik-baiknya tujuan pidato yang tercerinin dalam isi naskah, apakah bersifat memberi informa.si, berupaya mempengaruhi ataukah sekadar suatu tindakan pendahuluan dari suatu rangkaian kegiatan (misalnya membuka suatu acara pameran, perlombaan, seininar). Pemahaman terhadap suatu naskah pidato sangat diperlukan agar ketika membacakannya secara nyaring dapat dipilih intonasi, tekanan, dan suara yang tepat. Dengan kata lain, pembaca naskah pidato harus tahu di mana harus memberikan penekanan-penekanan tertentu, menggunakan nada tinggi atau datar-datar saja, sena di mana harus menggunakan tempo suara agak lambat atau cepat. Jadi, dalam membacakan suatu naskah pidato ataupun naskah berita, kita harus memanfaatkan kemampuan kita dalam mengolah suara, yang meliputi intonasi, tekanan, tempo, volume, dan bila memungkinkan juga "warna" suara. Hal penting lain yang harus diperhatikan ketika membacakan naskah pidato di depan publik atau televisi adalah bahasa tubuh, terutama kontak mata dengan pendengar. Jangan sampai terjadi isi naskah pidato berupaya membangkitkan semangat pendengar, tetapi ekspresi wajah pembaca biasa-biasa saja atau tampak tidak bersemangat. Jangan sampai isi pidato berkenaan dengan hal-hal yang menyekihkan, tetapi ekspresi pembaca tampak gembira dengan senyum di bibir. Pernahkah Anda menonton pembacaan berita di televisi yang isinya mengenai suatu musibah, namun disampaikan oleh pembaca dengan senyum tKITAp menghiasi wajahnya? Bagaimanakah perasaan Anda ketika menyaksikan hal itu? Kemudian, seperti telah disinggung di atas, kontak mata dengan pendengar harus dijaga ketika membacakan suatu naskah Slaw di depan publik atau di televisi. Upayakan agar mata kita sekali pandang dan dengan cepat dapat menjangkau seluruh kalimat dalam naskah, kemudian kita mengucapkannya sambil memandang ke arah pendengar. Jangan sebaliknya, kita hanya melihat sekilas (sedetik) ke arah pendengar, kemudian mata kita berlama-lama pada naskah. Kemampuan untuk dapat menjangkau dengan cepat keseluruhan kalimat dalam naskah pidato atau berita, kemudian mengucapkannya sambil melihat ke arah pendengar hanya dapat diperoleh dengan banyak latihan. Latihan tersebut tentu dimulai dengan membaca dalam hati, kemudian dilanjutkan dengan latihan membaca bersuara. Ketika melakukan latihan membaca bersuara tersebut, hendaknya dilatih menggunakan intonasi, tekanan, dan tempo suara, serta ekspresi wajah dan gerak tubuh. Jangan lupa pula melatih din memelihara kontak mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato atau berita. Sebaiknya, latihan menggunakan eKspresi wajah dan gerak tubuh dan memelihara kontak mata dengan pendengar dilakukan di muka cerinin dan di depan orang lain (teman atau anggota keluarga).


B. MEMBACA WACARIA INFORMATIF DI INTERNET

Strategi membaca wacaria informatif telah dibahas di Kegiatan Belajar I. Kemudian, telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa salah satu media informasi dalam masyarakat modern adalah Internet. Melalui Internet, setiap hari disebarkan informa.si yang melimpah ruah, mulai dari informa.si ringan, seperti cara merawat binatang peliharaan, sampai kepada infonsi yang kompleks, seperti cara kerja komputer cariggih. Beragam informasi tersedia melalui Internet. Kita harus dapat memanfaatkan infomtasi yang tersedia di Internet sesuai dengan keperluan kita. Untuk itu, sebelum kita bahas beberapa teknik Khusus mencari dan membaca wacaria informatif di Internet, sekali lagi saya ingatkan bahwa kecepatan membaca sangat diperluKan. Semakin tinggi kecepatan membaca Anda, maka semaKin hemat Anda dalam pengeluaran biaya untuk menjelajahi Internet. Apabila kita bermaksud menggunakan komputer ndiri chlam menjelajah informasi di Internet, maka komputer kita harus dilengkapi modem (internal atau eksternal) dan program untuk menjelajahi Internet, misalnya Internet eaplorer yang diproduksi oleh MKrosoft. Kemudian, komputer kita harus terhubung dengan saluran telepon (bila belum tersedia alternatif lain, misalnya pemanfaatan saluran tv kabel). Setelah itu, Anda tinggal men-set up komputer Anda agar dapat terhubung dengan Internet dengan memanfaatkan program tertentu, misalnya dengan menggunakan program Internet explorer tersebut di atas. lkuti semua petunjuk yang tersedia dalam Internet explorer tersebut. Tetapi, apabila Anda tidak ingin dipusingkan oleh semua hal teknis itu, Anda cukup datang ke warung Internet (warnet) terdekat dan menggunakan fasilitas yang ada padanya.

Penjelajahan di Internet Setelah semua persyaratan telinis terpenuhi (Anda sudah di depan komputer yang slap digunakan di warnet), Anda tinggal meng-klik logo internet explorer yang terdapat pada Windows Desktop.

Gambar 4.1. The Windows Desktop
Apabila sebelumnya pada interne: properties telah ditulis www.yahoo.com (misalnya) sebagai default address home page maka akan muncul halaman yahoo (yahoo home page). Tetapi, apabila belum diset demikian, misalnya default-nya adalah blank, Anda tidak perlu bingung. Tulis saja pada kotak address www.yahothcom, lalu klik go. Setelah itu, akan muncul halaman lebih kurang, seperti berikut.
Setelah itu, Anda perlu melakuKan scaning guna menemuKan topik yang Anda cari. Setelah menemukannya, misalnya topik Health (rubrik kesehatan) maka Anda tinggal mengklilmya. Selanjutnya aKan muncul halaman (berisi teks dan gambar) berkenaan dengan kesehatan. Kemudian, Anda tinggal memilihtopik yang ingin Anda baca atau untuk disimpan di disket. Apabila Anda tidak menemukan topik yang Anda cari pada halaman tersebut di atm, ketiklah pada kotak Search the Web topik yang Anda cari tersebut. Misalnya, Anda mencari tulisan yang membahas topik keterampilan membaca, ketiklah frase tersebut pada kotak Search the web, lalu gunakan tnouse untuk mengklik Yahoo/ Search. Halaman seperti beriKut aKan muncul beberapa saat kemudian.

tulisan itu sesuai dengan keperluan kita maka tulisan itu harus kita simpan untuk dibaca Wang secara off line. Carae)a,kitaklik menu file yang terdapat di sudut kin i atas halaman tersebut, kemudian kita pilih save as kan diklik. Setelah itu,kitapilih tempat menyimpan ,file tersebut dengan memanfaatkan anak panah di sebelah kanan kotak yang bertuliskan save in, misalnya kita pilih floppy (A:) sebagai tempat menyimpan. Tentu saja kita harus memasuldCara disket terlebih dub ke floppy (A:) tersebut. Setelah itu, kita beri nama file yang akan kita simpan tersebut dengan menuliskannya pada kotakfite name. Terakhir, klik save. Setelah semuanya selesai,kitapun sebailmya secepatnya keluar dari saluran Internet gunamenghemat biaya, yaitu dengan mengklik tanda silang di sudut kanan atas sampai seluruh halaman ditutup. Apabila komputer yang kita gmakan adalah komputer di wamet, secara otomatis tidak terhubungkan lag,i dengan Internet. Tetapi, apabila komputer yang kita gunakan adalah komputer pribadi, selain Cara di atas kita lakukan untuk ke luar dari saluran


Anda harus melaKukan scaning terhadap daftar web pada halaman seperti di aTAs untuk menemuKan web yang memuat topik yang Anda cari. Setelah Anda menemukannya maka Anda hanya perlu mengkliKnya untuk membuKa web tersebut. Tetapi, bila Anda belum menemuKan web yang memuat wacaria yang Anda cari, Anda perlu mengldik next untuk membuka halaman beriKutnya. Demikian seterusnya sampai Anda menemukan web yang paling sesuai, yang memuat wacaria yang berisi informasi yang sesuai dengan tujuan Anda. KataKanlah Anda sudah menemuKan web yang memuat informasi yang Anda inginkan pada halaman pertama, misalnya web no. 5, yaitu Harlan Onion Suara MerdeKa. Ini karena web tersebut memuat teks yang Anda cari, yaitu yang berisi informal mengenai kemampuan membaca murid SD di Indonesia. Anda tinggal mengldiKnya dan menunggu beberapa saat. Setelah itu, akan muncul hlaman sebagai beriKut.
internet, mungkin kita perlu me-restart komputer kita, dan mengikuti petunjuk untuk ke bar (disconnect) dari saluran internet tersebut. Kemudian, untuk kenyamanan kita dalam membaca, tulisan yang telah kita simpan tadi dapat kita cKITAk (print). Setelah itu, kita pun slap membaCaraya dengan menggunakan strategi yang telah kita bKarakan pada Kegiatan Belajar 1.

C. MEMBACA KARYA SASTRA
Anda mungkin pernah membaca cerpen atau novel yang bergaya cerita aku. Contohnya, novel-novel .Nah Dini bergaya cerita seperti itu, yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama dalam bercerita. Dengan gaya cerita seperti itu seolah-olah peristiwa demi peristiwa dalam novel itu dialaini oleh penulisnya sendiri. Mungkin pernah terbersit dalam hati pembacanaya bahwa kejadian demi kejadian dalam novel Pada sebuah kapal (misalnya) benar-benar dialaini oleh Nh. Dini sebagai pengarangnya. Padahal, segala kejadian yang dituangkan dalam novel itu hanyalah hasil imajinasi Nh. Dini, sebuah rekaan belaka. Rekaan, hasil imajinasi pengarang, merupakan bagian dari kode sastra. Bagaimana kalau saya ajak Anda terbang ke utara Indonesia, tepatnya ke sebuah desa nelayan di Kepulauan Natuna. Seorang pemuda Natuna melantunkan pantun berikut ini karena ia merasa tidak dipedulikan oleh seorang remaja putri yang disukainya.
nyuk muduk jotuh bedepung hanyot sampai tepi serasan anak muduk jongonlah sumbung ciom pipi bou beloCara
Pahamkah Anda isi pantun di gas? Kalau tidak, itu karena Anda tidak menguasai bahasa Melayu Natuna, kode bahasa yang dipakai dalam pantun tersebut. Pantun tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira sebagai berikut.
kelapa muda jatuh "berdepung" hanyut sampai ke tepi pulau Serasan anak dara janganlah sombong cium pipinya bau belaCara


Nah, apabila Anda agak mengerti isi pantun tersebut setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, itu karena Anda menguasai kode bahasa yang digunakan dalam pantun tersebut, yaitu bahasa Indonesia. Tetapi, apakah Anda benar-benar sudah paham akan seluruh isi pantun itu? Mengapa kelapa muda jatuhnya "berdepung"? Mengapa pipi si dara berbau belaCara dan apa pula maknanya? Komunitas nelayan Natuna pada umumnya hidup di pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan. Di sepanjang pantai banyak tumbuh pohon kelapa. Bila bua.hnya jatuh ke laut maka akan berbunyi "pung". Kemudian, anak-anak gadis nelayan yang pendidikan formalnya rendah dan iniskin biasanya membantu orang tuanya mencari nafkah dengan membuat belaCara (terasi). Dari pengetahuan mengenai kehidupan keluarga nelayan Natuna yang demikian, kita dapat memahaini bahwa pantun tersebut berisi nasihat dan sekaligus ejekan, yaitu berisi nasihat agar si gadis janganlah sombong karena yang bersangkutan berpendidikan rendah dan iniskin. Jadi, untuk memahaini pantun Melayu Natuna tersebut, Anda perlu memahaini koke budaya Melayu Natuna. Dan i uraian tersebut, kita dapat berkesimpulan bahwa untuk dapat memahaini bacaan berupa karya sastra ada 3 jenis kode yang harus kita kuasai. Ketiga kode yang dimaksud adalah kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra (Teeuw, 1991:12-17). Dalam hal ininita harus meng,uasai bahasa yang dipakai sebagai media suatu karya sastra, memahaini budaya masyarakat tempat karya sastra tersebut dihadirkan, dan memahaini kode sastra yang menjadi konvensi masyarakatnya. Menurut Teeuw (1991:17-19), kode sastra tidak terlepas dari kode bahasa. Sastrawan memanfaatkan kode bahasa sekeinikian rupa untuk menyampaikan pesan dan keindahan yang selanjutnya diterima masyarakatnya sebagai suatu konvensi sastra. Konvensi itulah selanjutnya dikenal sebagai kode sastra. Ada juga beberapa penyair yang merasa terkungkung oleh kode bahasa dan berupaya memberi makna dan di luar makna yang sudah ada. Sebagai contoh untuk itu adalah sajak Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Amuk" berikut ini.
ngiaul Kucing dalam darah dia menderas tewat dia mengalir ngitu nglau dia bergegas tewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bukan singa bukan hiena bukan teopar dia maCara kucing bukan kucing tapi kucing 
ngiau dia lapar dia merambah rimba afrikaku dengan cakamya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan bed daging dia tak mau daging Jesus jangan bed roti dia tak mau roti ngiau

Sajak tersebut betul-betul berupaya ke luar dari konvensi bahasa yang berlaku. Coba saja Anda maknai salah satu lank berbunyi, "dia maCara laining bukan kucing, tapi kucing". Anda pasti bing,ung membaca lank tersebut bila Anda hanya berbekal kode bahasa yang sudah Anda kuasai. Tetapi, apabila Anda membekalkan diri dengan pemahaman terhadap kode sastra, bahwa karya sastra adalah hasil berkesenian dengan menggunakan bahasa, imajinatif dan ekspresif, sarat makna maka Anda sama sekali tidak akan bingung. Anda hanya perlu menikmati sajak itu dan berimajinasi dengan pengalaman-pengalaman hidup Anda dalam memberi makna terhadap sajak itu. Bagaimana apabila makna yang Anda berikan terhadap suatu karya berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penciptanya? Mu bukanlah ma.salah bila Anda sudah merasa terhibur oleh suatu karya sastra dan karya sastra tersebut telah membangkitkan kesadaran-kesadalt dan menumbuhkan kesadaran-kesadaran ban dalam diri Anda, sebagai pembaca, tentang realitas kehidupan, dan kehidupan yang didambakan. Selanjutnya, dengan mengenal kode sastra dan budaya yang berlaku dalam suatu ma.syarakat, kita sebagai pembaca dapat memberi penilaian-penilaian terhadap karya sutra yang kita baca. Sebagai guru, dengan berbekal pengalaman membaca dan kemampuan menilai karya sastra, kita dapat meinilah dan memilihkarya-karya yang bermanfaat bagi pendidikan anal: didik kita. Bahkan, berbekal dad pengenalan terhadap kode sa.stra dan budaya serta pengalaman membaca itu, seseorang dapat memilihsuatu bacaan sastra dari hanya membaca judul buku atau judul suatu tulisan dan dengan mempertimbangkan nama penulis dan penerbitnya.



RANGKUMAN 
Dalam berpidato, kadang-kadang seseorang harus menggunakan naskah lengkap karena sesuatu alasan. Dalam membaca naskah pidato, seseorang  mengandalkan kemampuan membaca bersuara dengan intonasi, tekanan, dan tempo yang tepat serta kemampuan menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah yang sesuai. Kemampuan itu hanya dapat diperoleh melalui latihan. Internet merupakan salah satu sumber informasi. Kemampuan menelusuri waCaraa informatif di Internet merupakan nilai tambah yang harus dikuasai. Selain menguasai teknik penelusuran, kecepatan membaca (scaning dan scaning) sangat diperlukan dalam membaca waCaraa informatif di Internet. Kemudian, dalam membaca karya sastra, seseorang paling tidak harus memahaini tiga hal, yaitu (1) kode bahasa, (2) kode sastra dan  (3) kode budaya yang berkaitan dengan karya sastra itu. Tanpa pemahaman terhadap ketiga hal tersebut, pembaca tidak akan dapat memahaini dan menikmati karya sastra yang dibaca.

 KEGIATAN BELAJAR 1

Kemampuan Dasar datam Kegiatan Menulis
saudara mahasiswa, kata menulis bukanlah hal yang asing bagi Anda. Anda juga pasti sudah memahaini pengertian menulis. Tepat sekali. Tepat sekali menulis adalah suatu proses beinikir dan menuangkan peinikiran itu dalam bentuk waCaraa (karangan). Untuk dapat memaha roses menulis perhatikan tahapan proses menulis berikut ini.
PerenCaraaan
Menulis
Revisi
tulisan Akhir

Gambar 5.1. Diagram Tahapan Menulis

Seorang penulis merenCaraakan tulisannya, kemudian menulis, melakukan revisi, kemudian tulisan selesai. Tetapi observasi-observasi yang telah dilakukan terhadap penulis menunjukkan bahwa proses menulis tidaklah bersifat linear dan sesederhana itu. Temyata hasil observasi menunjukkan bahwa sering kali proses menulis terjadi, seperti diagram berikut ini.
Dalam menulis, seseorang mulai dengan membuat perenCaraaan. Kemudian, mungkin yang bersangkutan langsung menulis, kemudian merevisinya, kemudian menulis lagi, merevisi lagi, dan menulis lagi. Tahapan itu dilakukannya bemlang-ulang sampai diperoleh sebuah tulisan akhir. Tetapi, ada pula °rang yang menulis dimulai dengan membuat perenCaraaan, kemudian renCaraa tulisan itu direvisi, lalu menulis, kemudian merevisi renCaraa tulisan, kemudian menulis lagi, melakukan revisi. Proses menulis tampak bolak-balik dari membuat renCaraa tulisan, merevisi renCaraa tersebut, menulis, kemudian melakukan revisi terhadap renCaraa atau terhadap tulisan sampai akhirnya tulisan selesai (Adams, 1987:4-5). Berikut ini akan kita pelajari lebih lanjut proses menulis tersebut secara bertahap. Kajian dan latihan yang akan kita lakukan guna memperoleh keterampilan menulis menggunakan pendekatan bottom-up processing "proses dari bawah ke atas" (Ceke-Murcia dan Olshtain, 2000:144). Dalam hal ini kita mulai kajian dan latihan kita dari aspek menulis kebahasaan.

A.      MENULIS KEBAHASAAN

Dalam menulis sebuah karangan, apapun bentuk organisasi karangan itu, tentu saja kita harus memilihkata dan bentukannya yang tepat dan menyusun kalimat. Kemudian, kalimat-kalimat itu KITA rangkai sehingga terbentuldah paragraf-paragraf, dan selanjutnya terwujudlah sebuah karangan utuh dengan menggunakan organisasi karangan terrtu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita perlu pula memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya. Ini berarti dalam menulis, kita dituntut untuk dapat memilihkata yang tepat, menggunakan bentuk kata yang benar, menyusun kalimat yang efektif, dan memperhatikan aspek ejaan serta organisasi karangan. Berikut ini akan kita bKarakan aspek peinilihan kan penulisan kata, kalimat, dan penggunaan ejaan.
1. Pemakaian Kata Coba Anda perhatikan pemakaian kata (yang dKeTAk iniring) dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipersoalkan. RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipermosalahkan.
Kalimat (I) dan (2) di atas dari segi bentuk hanya dibedakan oleh sebuah kata. Kalimat (1) menggunakan kata dipersoalkan, sedangkan kalimat (2) menggunakan kata dipermasalahkan. Kemudian, dapat dikatakan bahwa kedua kalimat tersebut meinilild makna yang sama. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kata dipersoalkan dan dipennasalahkan merupakan kata-kata yang bersinonim. Sedangkan yang menjadi masalah bagi penulis adalah menyangkut peinilihan kata di antara kedua kata yang bersinonim tersebut dalam menulis kalimat. Kapankah sebailmya seorang penulis menggunakan kata dipersoalkan dan kapan piña hendaknya menggunakan kata dipennasalahkan? Sekilas tampak kedua kata tersebut meiniliki makna yang sama dan dapat dipertukarkan pemakaiannya. Namun, bila kita cermati temyata kata dipersoalkan bermuatan rasa agak ka.sar dan kurang profesional dibandingkan dengan kata dipennasalahkan. Kata dipersoalkan dalam kalimat
 (1) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam pembKaraan adalah orang-orang yang meiniliki berbagai latar belakang ditinjau dari sudut pendidikan atau keahlian, sedangkan pemakaian kata dipennasalahkan dalam kalimat
(2) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam peinKaraan adalah orang-orang yang meiniliki pendidikan atau keahlian yang memadai. Selanjutnya, perhatikan pula kalimat berikut ini.
(3) RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali digugat.
Pemakaian kata digugat pada kalimat (3) memberi makna yang jauh berbeda dengan kalimat (1) dan (2) Pada kalimat (1) dan (2) terkandung makna kemungkinan untuk dilakukan suatu diskusi (beradu argumentasi), sedangkan pada kalimat (3) sarat dengan ma.kna ketidaksetujuan. Selanjutnya, bandingkan kalimat (3) dengan kalimat (4) berikut
(4) RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara digugat.
Kalimat (3) menggunakan kata kemhali, sedangkan kalimat (4) tidak menggunakan kata kembali. Dengan demikian, kalimat (3) mengandung makna bahwa gugatan yang sama sudah pemah dikemukakan sebelum ini. Makna itu tidak terkandung dalam Kalimat (4). Dad contoh-contoh pemakaian kata tersebut, jelaslah bahwa sebagian masalah yang dihadapi oleh penulis adalah sehubungan dengan peinilihan kata. Agar terampil dalam memilihkata-kata yang tepat yang akan dipakai dalam suatu tulisan maka kita harus memahaini terlebih dahulu seluk-beluk kata dan maknanya serta berlatih, menggunakannya untuk berbagai tujuan. Anda tenth sudah mengenal bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia ada yang maknanya berhubungan dalam wujud sinonim dan antonim, dan ada pula yang merupakan kata umum, kata khusus, dan banyak lagi seluk-beluknya Berikut ini kita bKarakan seluk-beluk kata tersebut dan berlatih memilihkata yang tepat sesuai dengan tujuan kita.
a.      Sinonim dan antonim
Telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa dalam, berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa kata yang meiniliki makna sama atau inirip. Contohnya, sebagai berikut.
cara, metode besar, agung, raya sukar, sulit, pelik periksa, selidik, teliti lihat, pantau, observasi hati, kalbu
Kata-kata yang bersinonim itu ada yang dapat sating menggantikan dalam kalimat dan ada pula yang tidak. Perhatikan contoh kata sulit, sukar, pelik. Kata tersebut merupakan kata sinonim dan dapat saling mengganti penggunaarmya, dalam kalimat.
mengarahkan Anda dalam peinilihan terhadap satu di antara kata yang bersinonim tersebut. Bagaimana pula dengan kalimat (7). Kalimat itu diberi tanda bintang (*) karena penggunaan kata pelik dalam kalimat itu terasa janggal. Mungkin kalimat (7) itu akan lebih berterima bila kata dipecahkan dihilangkan sehingga menjadi sebagai berikut.
(8) Bangsa ini menghadapi masalah yang pelik.
Kesan apa yang Anda tangkap dari kalimat (8) tersebut mbandingkan dengan kalimat (5) dan (6)? Apakah ada kesan magis dan klenik? Ataukah muncul kesan bahwa masalah yang dihadapi begitu kompleks dan bersifat nontisik. Mail kita ambil contoh lain.
Sinonim: mengobservasi, melihat (9) Kita harus mengobservasi aktivitas yang mereka lakukan secara berulang Luang. (10) Kita harus melihat aktivitas yang mereka lakukan secara berulang-Luang.
Perbedaan apa yang Anda tangkap dari pemakaian kata mengobservasi pada kalimat (9) dan kata melilzat pada kalimat (JO)? Apakah Anda dapat merasakan perbedaan tingkat ketelitian dan perbedaan durasi waktu antara pemakaian kata yang bersinonim tersebut dalam kalimat (9) dan (10)? Kata/kalimat yang mana yang lebih tepat digunakan dalam sebuah tulisan iliniah? Tentu saja kata obsensi meiniliki makna Iebih teliti dan menggunakan durasi waktu yang lebih lama daripada kata tnelihat dalam kalimat (10) tersebut. Sehubungan dengan itu, tentu saja kata obsetvasi dalam kalimat (9) lebih tepat digunakan dalam suatu tulisan iliniah dibandingkan dengan kata tnelihat dalam kalimat (10). Dan i uraian dan contoh-contoh tersebut, jelaslah bahwa kita perlu melakukan peinilihan terhadap kata-kata yang akan kita gunakan dalam suatu tulisan dan harus berhati-hati memilihkata-kata yang bersinonim. Kemudian, bagaimana pula dengan peinilihan kata- kata yang berantonim? Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
 (11) Besar kecit, tua muda, kaya iniskin berbondong-bondong datang ke Balai Desa. (12) Semua orang berbondong-bondong datang ke Balai Desa.
Kesan apa yang Anda tangkap dari penggunaan kata-kata yang berantonim pada kalimat (11) dibandingkan dengan penggunaan kelompok kata sentua °rang pada kalimat (12)? Apakah Anda dapat menangkap kesan hidup dan keberagaman dalam kalimat (11) melalui pemakaian kata-kata yang berantonim dibandingkan dengan kalimat (12) yang berkesan netral? Perhatikan contoh lain berikut ini.
(13) Susah dan senang akan kita hadapi bersama. (14) Apa pun keadaannya akan kita hadapi bersama.
Kalimat yang mana memberi kesan lebih jelas, hidup, dan dinainis? Tentu saja Kalimat (13) memberi kesan demikian dibandingkan dengan kalimat (14). Kalimat mana yang akan Andnakai dalam tulisan Anda? Itu tergantung tujuan tulisan Anda yang akan kita bKarakan nanti.
b. Denotari dan konotasi Ketika kita mendiskusikan pemakaian kata-kata yang bersinonim, kita mendapati bahwa terdapat dua atau lebih kata yang meiniliki makna leksikal yang sama, namun pemakaian kata-kata itu, dalam kalimat memberi kesan atau nilai rasa yang berbeda. Oleh karena itu, kita dapat mengetahui bahwa sebuah kata selain meiniliki makna denotatif, juga meiniliki makna konotatif tertentu. Mari kita perhatikan contoh berikut
(15) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam keiniskinan. (16) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam kemelaratan.
Kata keiniskinan dan kemelaratan meiniliki makna leksikal yang sama, yaitu keadaan tidak meiniliki harta benda yang cukup untuk keperluan hidup ininimum sehari-hari. Namun, kedua kata tersebut meiniliki pula perbedaan. Kata keiniskinatt dalam Kalimat (15) dapat dikatakan hanya meiniliki makna leksikal yang tidak menonjolkan nilai rasa tertentu (bersifat denotatif), sedangkan kata ketnelaratan dalam kalimat (16) di samping meiniliki makna leksikal juga menonjolkan kesan menyedihkan. Dengan kata lain, kata kemelaratan dalam kalimat (16) mempunyai pula makna konotatif menyedihkan. Meskipun dalam kata keiniskinan terdapat kesan menyedihkan, tetapi tidak sekuat kesan yang ditimbulkan oleh kata kemelaratan. Untuk itu, kita dapat mengatakan bahwa pada kata keiniskinatz makna denotatil yang ditonjolkan, sedangkan pada kata ketnelaratatz makna konotatifnya yang ditonjolkan. Mari kita perhatikan contoh lain
(17) Mereka tinggal dalam pondok-pondok di sepanjang tepian sungai itu. (18) Mereka tinggal dalam gubuk-gubuk di sepanjang tepian sungai itu.
Apakah Anda dapat membedakan perbedaan makna konotatif kata pottdok-potzdok dan gubuk-gtthuk dalam kalimat (17) dan (18) tersebut. Kata pottdok-potzdok dalam kalimat (17) lebih menonjolkan makna denotatif, yaitu tempat tinggal berukuran kecil. Kalau pun ada makna konotatitnya, kesan keindahan, tetapi tidak ditonjolkan. Agak berbeda dengan itu, kata gubuk-gubuk dalam kalimat (18) lebih menonjolkan makna konotatifnya, yaitu kesan iniskin dan kumuh. Dalam menulis, makna apa yang hendak ditonjolkan akan menggiring kita dalam peinilihan kata. Karangan iliniah cenderung memakai kata-kata dalam makna denotatif, yang sedapat mungkinAtral dari makna konotatif, sedangkan karangan kesastraan justru banyEnemakai kata-kata yang meiniliki makna konotatif yang kuat.
c. Kata uttuun dan khusus Apabila kita perhatikan, ada kata yang meiniliki makna yang luas, di dalamnya tercakup kata-kata lain. Misalnya, kata suktt, di dalamnya termasuk Melayu, Sunda, Bugis, Dayak, Komering. Kita dapat mengatakan bahwa kata suku merupakan kata umum, sedangkan kata Busts termasuk kata khusus karena kata suku meiniliki lingkup nutkna yang luas, sedangkan kata Bugis meiniliki makna yang spesifik. Mari kita coba menggunakan kata umum dan kata khusus berikut ke dalam kali mat.
(19) Dalam memilihpasangan hidup, mereka tidak membedakan suku. (20) Dalam memilihpasangan hidup, mereka tidak membedakan Melayu atau Bugis.

Perbedaan apa yang dapat Anda tangkap dari pemakaian kata umum dan kata khusus tersebut. Apakah pemakaian kata khusus memberi makna lebih jelas dibandingkan dengan kata umum? Apakah perlu upaya lebih keras untuk memahaini makna kata umum dibandingkan dengan kata-kata khusus? Mari kita perhatikan contoh lain. Kata (majemuk) media massa meiniliki makna yang berkaitan dengan berbagai media yaitu radio, televisi, surat kahar, majalah. Jadi, media massa merupakan kata umum, sedangkan radio, televisi, sum` kabar, majalah adalah kata-kata khusus. Perhatikan pemakaiannya dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(21) Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam media mosso. (22) Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam surat kabar.
Tampak bahwa makna kata media massa dalam kalimat (21) lebih sulit dipahami dibandingkan dengan makna kata surat kabar dalam kalimat (22). Kata media tnassa meiniliki makna yang abstrak, sedangkan makna kata surat kabar dapat dikatakan cukup konkret. Kata- kata umum ataukah kata-kata khusus yang sebaiknya digunakan dalam tulisan-tulisan kita? Penggunaan jenis kata tereut tergantung pada tujuan tulisan kita, dan siapa yang akan membaCaraya, Tentu saja kata-kata umum cenderung dipakai untuk menyampaikan generalisasi-generalisasi. Kemudian, tentu saja tulisan-tulisan yang ditujukan bagi anak-anak sebaiknya lebih banyak menggunakan kata-kata khusus yang lebih mudah mereka pahami daripada kata-kata umum.
d. Kata konkret dan kata abstrak Telah kita singgung bahwa ada kata-kata yang bermakna abstrak dan ada pula yang bermakna konkret. Kata abstrak mempunyai referent berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referent berupa objek yang dapat diamati. Oleh karena itu, kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret (Akhadiah, dKk., 1992, 86). Masjid, patung, perch's, air, pisang, herds, hitam, merah adalah kata-kata konkret. Kemudian, ibadah, musyrik, transportasi, kebendaan, keperluan, keindahan, dan kejujuran adalah kata-kata abstrak. Kata-kata abstrak ataukah kata-kata konkret yang sebaiknya digunakan dalam tulisan kita? tergantung pada tujuan dan siapa pembaca tulisan yang kita susun. Guna menyampaikan generalisasi tentu kita  
memerlukan kata-kata abstrak, sedangkan untuk menyampaikan contoh-contoh mungkin lebih banyak memerlukan kata-kata konkret. Kemudian, apabila tulisan kita ditujukan bagi anak-anak berusia sebelas tahun ke bawah (misalnya) maka tentu saja dianjurkan penggunaan kata-kata konkret. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget bahwa anak-anak yang berusia sebelas tahun ke bawah sangat sulit memahaini hal-hal yang abstrak. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(23) Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian barang. (24) Mobil, kereta api, kapal, dan pesawat dipakai untuk mengantar barang.
Kalimat (23) akan sulit dipahami oleh anak yang berusia sebelas tahun ke bawah karena menagunakan kata abstrak transportasi, peranatt, dan petzdistribusian. Sebagai gantinya dapat digunakan kalimat (24) yang menggunakan kata-kata konkret. Sebaliknya, bagi anak yang berusia dua belas tahun ke atas tentu saja kita dapat menggunakan kalimat (23), dengan catatan bahwa masih perlu penjelasan-penjelasan dengan menggunakan kata-kata konkret. Contohnya, kalimat (23) harus diikuti dengan kalimat-kalimat lain yang menggunakan kata-kata konkret yang merupakan penjelasan dari kata-kata abstrak yang dipakai pada kalimat (23) sehingga menja buah paragraf berikut.
Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian barang. Kapal digunakan untuk mengantor beras, gula, ininyak goreng dan barang-barang lainnya ke pulau-pulau. Kereta api dipakai untuk mengangkut barang-barang ke kota-kota yang sudah meiniliki rel dan stasiun. Kemudian, mobil dapat dipakai untuk membawa barang-barang ke berbagai kota dan desa yang sudah meiniliki jalan yang cukup lebar. Terakhir, pesawat terbang digunakan untuk mengantor barang-barang yang tidak terlalu berat dan memerlukan waktu yang cepat ke kota-kota yang sudah mempunyai pelabuhan udara.
e. Kata populer dan kata kajian Istilah kata populer dipakai untuk merujuk kepada kata-kata yang biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian menljuk kepada kata-kata yang dipakai dalam komunikasi iliniah atau komunikasi profesi tertentu (Akhadiah, dkk.,1992:88). Berikut, ini contoh kedua jenis kata tersebut.
Kata Populer Rata Kalan contoh sampel Cara metode arang karbon kecil inikro berarti signifikan
Ada pula kata-kata yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari sekaligus dipakai pula dalam bidang akademis atau profesi tertentu, contohnya laba, (that, penduduk, handl, barang tahap, bunyi, sinar. Sedangkan yang penting bagi kita sebagai penulis adalah kita dapat menggunakan jenis kata yang tepat dalam menulis. Apabila kita menulis karangan iliniah yang ditujukan bagi kalangan akademis maka tentulah lebih tepat kita menggunakan kata-kata kajian. Tetapi, apabila tulisan itu ditujukan bagi pembaca dari kalangan nonakademis maka tenth saja pemakaian kata-kata dalam tulisan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan komunikasi mereka. Mungkin kata-kata kajian perlu didamtsi oleh kata-kata populer agar mudah ditangkap oleh pembaca nonakademis. Perhatikan contoh pemakaian kata dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(25) Eksperimen yang dilakukan terhadap masyarakat itu tidak etis.
Kalimat (25) menggunakan kata kajian eksperimen dan etis. Kepada kalangan pembaca yang bagaimana kalimat itu dapat ditujukan? Tentu saja kalimat itu hanya sesuai ditujukan bagi kalangan pembaca yang berpendidikan tinggi. Bagi pembaca yang beipendidikan rendah, penulis harus berupaya mencari kata-kata populer yang mudah mereka pahami. Paling tidak( kalimat itu diubah menjadi sebagai berikut.
(26) Percobaan yang ditakukan terhadap masyarakat itu tidak terpuji,
Meskipun kata Percobaan dalam kalimat (26) itu dapat dipandang sebagai kata kajian, namun kata tersebut sudah banyak dikenal oleh pembaca pada umumnya sehingga dapat dipandang pula sebagai kata populer.


Kota asing dan serapan Kata asing adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang bentuk dan pengucapannya dipertahankan seperti dalam bahasa asalnya. Kemudian, yang dimaksud dengan kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing, namun bentuk dan pengucapannya sudah disesuaikan dengan struktur dan pengucapan, dalam bahasa Indonesia (Akhadiah dkk.,.1992.:90). Banyak kata serapan yang tidak dirasakan lagi bahwa berasal dari bahasa acing, misalnya kata buku, fatal), koran, ilmu, hakim, dan mobil. Tetapi masih banyak piña kata serapan yang masih terasa bahwa berasal dari bahasa asing, misalnya teknologi, transinisi, psikologi, demografi, dan kontribusi. Mungkin pembaca acara tidak akan mengalaini banyak kesulitan dalam membaca tulisan yang berisi kata-kata serapan jenis pertama, tetapi mungkin masih akan mengalaini kesulitan dalam membaca tulisan yang meiniliki kata-kata serapan jenis kedua. Sebagai penulis, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan kata-kata serapan agar tidak menyulitkan pembaca. Kemudian, kalau masih ada padanan dalam baha.sa Indonesia sebaiknya tidak wrggunakan kata-kata asing. Paling tidak kita harus berhati-hati dalam meA,Akai kata acing dalam tulisan kita. Mari kita perhatikan kalimat berikut ini.
(27) *Even itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.
(28) 'Wen itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.
(29) *Event itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.

Ketiga kalimat tersebut tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Kalimat (27) tidak berterima karena penggunaan kata even sama sekali tidak sesuai dengan konteks kalimat tersebut bila ditinjau dari sudut makna kata tersebut dalam bahasa Inggis. Kemudian, penggunaan kata Even dalam kalimat (28) menjadikan kalimat itu bukan hanya tidak berterima, melainkan juga lucu karena kata Even tidak terdapat dalam bahasa lnggris. Selanjutnya, kalimat (29) tidak berterima dalam bahasa Indonesia karena kata event adalah unsur bahasa acing (bahasa Inggris) yang terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu acara. Oleh karena itu, tidal( perlu diserap ke dalam bahasa Indonesia lath, kalimat (29) sebaiknya diubah menjadi sebagai berikut.
(30) Acara itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.


2. Penulisan Kalimat Sebelumnya telah kita bicarakan aspek peinilihan kata dalam menulis.
Berikut ini akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan kalimat dalam karangan. Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia untuk sekolah menengah atas dan perguruan tinggi sering terdapat penjelasan bahwa seorang penulis hendaknya menggunakan kalimat efektif dalam karangannya. Ini dimaksudkan agar tulisan-tulisan tersebut mudah dibaca. Namun, perlu dicatat di sini bahwa kalimat efektif memang mutlak perlu digunakan untuk karangan-karangan yang bersifat ekspositoris dan argumentatif. Namun, untuk tulisan-tulisan yang bersifat naratif dan puitis, syarat pemakaian kalimat efektif, seperti yang akan kita bicarakan berikut ini seluruhnya tidaklah dapat dijadikan pegangan.
a. Unsur suhjek dan predikat Dalam sebuah kalimat yang efektif sekuranUcurang,nya terdapat unsur subjek dan predikat. Harus jelas bagi pembaca ygig mana unsur subjek dan yang mana predikamya. Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
(31) Penyajian mated petajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. (32) Datam menitai ketutusan siswa, pemerintah harus konsisten dengan inisi Kurbutum Berbasis Kompetensi. (33) Pencapaian target pendidikan tidak mudah diraih secara signifikan datam waktu satu tahun. (34) Datam UU Sistem Pendidikan Nasionat menetapkan cara mengevatuasi keberhasilan belajar siswa.
Dalam kalimat (31) terdapat unsur subjek penyajian materi pelajaran dan predikat harms disesuaikan. Kemudian, subjek kalimat (32) adalah pemerintah dan predikatnya adalah harus konsisten. Selanjufiya, subjek kalimat (33), yaitu pencapaian target pendidikan dan predikatnya adalah tidak mudah diraih. Terakhir, dalam kalimat (34) yang mana unsur subjek dan predikatnya? Tampaknya tidak jelas unsur subjek kalimat (34) tersebut. Ini disebabkan oleh pemakaian kata dalam yang tidak perlu. Bib kata dalant dihilangkan barulah jelas unsur subjek dan predikatnya, yaitu UU Sistem Pendidikan Nasional merupakan subjek, dan menetapkan adalah predikat.

4
h. Kehematan Selain hubungan subjek kan predikat dalam kalimat harus jelas, pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris dan argumentatif hendaknya tidak perlu berlebihan. Dengan kata lain, sebuah kalimat yang efektif harus memenuhi syarat kehematan dalam pemakaian kata. Agar jelas, perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(35) Iffi sangat retevan dengan kurikutum KBK yang sedang digalakan. (36) Target yang ditetapkan terlatu tinggi sekati. (37) Para guru-guru mengataini kesutitan, datam mendesain sitabus.
Ketiga kalimat tersebut tidak memenuhi syarat kehematan. Kalimat (35) menggunakan kata kurikalum yang tidak perlu karena sudah terkandung dalam singkatan KBK. Demikian juga kalimat (36), agar memenuhi syarat kehematan seharusnya ditulis sebagai berikut.
(38a) Target yang ditetapkan tertatu tinggi. (38b) Target yang ditetapkan tinggi sekati.
Adapun kalimat (37) akan memenuhi syarat kehematan bila ditulis kembali, seperti berikut.
(39a) Para guru mengalaini kesutitan dalam mendesain sitabus. (39b) Guru-guru mengataini kesutitan datam mendesain sitabus.
c. Kesejajaran Syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat yang efektif adalah kesejajaran bentuk Mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(40a) Mated pelajaran dikembangkannya dengan baik dan menyajikannya dengan penuh kepercayaan (40b) Mated pelajaran dikembangkannya dengan baik dan disctjikannya dengan penuh kepercayaan
Kalimat (40a) meiniliki subjek materi pelajaratt dan dua buah predikat, yaitu dikenthangkannya dan metzjanjikannya. Perhatikanlah kedua kata kerja yang menduduki. fungsi predikat tersebut, yang satu berawalan di- dan yang satunya. lagi berawalan me-. Jadi, keduanya tida: meiniliki kesejajaran bentuk sehingga kalimat tersebut bukanlah kalimat yang efektif. Bagaimana

tt
.5ar 
0
Ile I
i 39 1.
pula kalimat (40b)? Kalimat ini meiniliki subjek materi pelajaran kan dua buah predikat dikembangkannya kan disafikannya. Keduanya berawalan di-. Jadi, kalimat tersebut memenuhi syarat kesejajaran bentuk sehingga dapat disebut kalimat yang efektif
d. Kevariasian Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila kalimat-kalimat yang digunakan dalam sebuah karangan seragam. Mungkin Anda tidak akan tahan membaCaraya walau hanya sepuluh menit. Coba Anda baca paragraf berikut ini.
Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilihmasuk Universitas Pendidikan Indonesia setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita menjadi guru. Kusno dan Ifni memilihjurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kusno dan Tini memilihjurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena Kusno dan Tini menyukai karya sastra dan-menyadari pentingnya, peranan. komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Bandingkan paragraf di atas dengan paragraf berikut ini.
Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Mereka berdua memilihmasuk Universitas Pendidikan Indonesia setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita itu. Jurusan Pendiaan Bahasa dan Sastra Indonesia mereka piiih karena keduanya menyukai sastra dan sama-sama menyadari pentingnya peranan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Kedua paragsaf tersebut berisi informasi yang sama. Perbedaan keduanya hanya terletak pada kevariasian dalam peinilihan kata dan struktur kalimat. Tentu Anda sependapat bahwa paragraf kedua lebih enak dibaca karena kata-kata kan struktur yang digunakan lebih bervariasi. Jadi, Anda perlu memperhatikan aspek kevariasian pemakaian kata dan struktur kalimat dalam menul is.

e. Penekanan Dalam menulis, sering kali ada unsur-unsur yang ingin kita beni penekanan dibandingkan unsur lainnya. Penekanan itu biasanya diwujudkan dengan cara meletakkan bagian yang mendapat penekanan itu pada awal kalimat. Contohnya, berikut ini.

0 4
(41a) Anak-anak berbakat diberi bea siswa mulai semester ini. (41b) Mulai semester ini anak-anak berbakat diberi bea siswa. (41c) Diberi bea siswa anak-anak berbakat mulai semester ini.
Pada kalimat (41a) yang mendapat penekanan adalah unsur subjek (anak-atzak berbakat), sedangkan, pada kalimat (4 lb) penekanan itu diberikan pada unsur keterangan waktu (Inalai semester ii). Kemudian, unsur predikat (diberi bea siswa) mendapat penekanan pada kalimat (41c).
3. Penggunaan Ejaan Telah disinggung pada Modul I bahwa seorang penulis, harus memperhatikan aspek ejaan dalam menulis. Seorang penulis harus mematuhi konvensi di bidang ejaan suatu bahasa apabila menginginkan tulisannya mudah dibaca dan berterima. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang berlaku disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dapat dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang banyak dijual di toko-toko buku. Berikut ml akan kita bicarakan aspek-aspek yang sangat penting saja yang biasanya bila pemakaiannya keliru aka angat mengganggu
a. Penzenggalan kata Pemenggalan kata tampaknya sederhana saja, tetapi justru kesalahan sering terjadi di sini. Kesalahan yang sederhana itu memberi kesan penulisnya tidak tertib. Kesan seperti itu, dapat menurunkan citra din i penulis dihadapan pembaca. Berikut ml beberapa pedoman dalam pemenggalan kata, 1) Jika di tengah kata terdapat dint vokal berurutan maka pemenggalannya di antara kedua vokal tersebut. Contoh:  ma-af saat sa at buah bu-ah Namun, hurut'-huruf yang menandai diftong au, ai, kan oi tidak boleh dipisahkan penulisannya. Misalnya sebagai berikut. Kata sutzgai mengandung diftong ai, bila dipenggal menjadi szt-ttgai, bukan su-tzga-i. Kemudian, kata harimau mengandung diftong au, apabila dipenaaal menjadi ha-ri-man, bukan ha-ri-ma-u. Selanjumya kata anzboi yang mengandung diftong oi bila dipenggal menjadi am-Si, bukan am-ho-i.
2) Jika di tengah kata terdapat vokal dan konsonan maka pemenggalan kata dapat dilakukan sebelum konsonan. Contohnya sebagai berikut. media —0 me-di-a peraga pe-ra-ga guru gu-ru metode —0 me-to-de 3) Jika di tengah kata terdapat dua konsonan, pemeng,galan dilakukan di antara konsonan tersebut. Contohnya sebagai berikut. Ahli ah-li keluarga ke-lu-ar-ga teknik —0 tek-nik angket ang-ket Pada kata angket huruf ng melambangkan sebuah konsonan /n/ sehingga pemenggalannya bukan setelah huruf ii melainkan setelah ng. 4) Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih maka pemenggalan suku katanya, antara lain di antara konsonan pertama dan kedua. Contohnya, berikut instrumen —0 in-stru-men instruksional —0 in-struk-si-o-nal konstruktif —0 kon-struk-tif ekstrakurikuler —0 ek-stra-ku-ri-ku-ler 5) Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya diperlakukan sebagai satu suku kata bila dipenggal. Misalnya, seperti berikut. makanan ma-kan-an (bukan ma-ka-nan) permainan —0 per-ma-in-an berganti ber-gan-ti Namun, apabila pembubuhan awalan menyebabkan terjadi na.salisasi dan konsonan maka huruf yang terletak pada awal kata dasar akan luluh sehingga dalam pemenggalan bunyi nasal menjadi bagian dari suku kata awal dari kata dasamya. Contohnya, seperti berikut ini. sayang + me —0 menyayangi me-nya-yang-i (bukan meny-a-yang-i) pukul + me —0 memukul me-mu-kul (bukan mem-u-kul)
b. Penulisan kata depan Penulisan kata depan dalam frase atau kalimat sebetulnya culzup sederhana, yaitu selalu dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Misalnya, berikut ini. ke sawah dari sekolah kepada orang tua siswa tergantung pada kemauan siswa di perguruan tinggi
Kesalahan yang kadang-kadang terjadi adalah penulisan imbuhan di-seperti penulisan kata depan, misalnya di lakukan, di tulis, di perhatikan (seharusnya dilakukan, ditulis, diperhatikan). Untuk membedakan kata depan di dengan imbuhan di- sebetulnya tidak sulit, yaitu kata depan di selalu diikuti oleh kata atau frase benda saja, sedangkan imbuhan di- tidak demikian. Kemudian, ciri lain dari imbuhan di- adalah bila imbuhan tersebut diikuti oleh kata benda maka pasti diikuti oleh akhiran atau misalnya dihuahi, dirumahkan, disekolahkan.
c. Pemakaian tattda baca Menurut pengamatan saya selama menjadi pengajar bahasa Indonesia, kesulitan yang sering dihadapi pan sisn/mahasiswa sehubungan dengan pemakaian tanda baca adalah berkenaan dengan penulisan tanda koma (,), titik dua (:), dan tanda petik (" ...") dalam kasus-kasus berikut ini.
1) Pemakaian tanda koma dalam penulisan gelar akademik Tanda koma dipakai untuk meinisahkan nama seseorang dengan gelar akademik yang ditulis di belakang nama orang tersebut. Contohnya, seperti berikut. Mangasi, S.P. Muhammad Yusuf, S.H. Oktatya Anggareni, M. A. Siti Zakiah, B. A. Tetapi, tanda koma tidak digunakan untuk meinisahkan nama dan singkatan nama seseorang. Misalnya, apabila S.P. merupakan singkatan dari Sapararuddin Panji, S.H. merupakan singkatan dari Salahuddin Hasyim, M.A, merupakan singkatan dari Muhammad All dan B.A 
merupakan singkatan dari Bujang Abdullah (semuanya bukan gelar akademik) maka penulisannya tidak perlu dipisahkan oleh tanda koma, yaitu, sebagai berikut. Mangasi S. P. Muhammad Yusuf S.H. Oktatya Anggareni M.A. Siti Zakiah B.A. 2) Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat majemuk Kesulitan pemakaian tanda koma sering ditemukan sehubungan dengan penulisan kalimat majemuk. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk pemakaian tanda koma sehubungan dengan penulisan kalimat majemuk tersebut. Apabila anak kalimat mendahului induk kalimat dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat, tanda koma digunakan untuk meinisahkan anak kalimat dengan induk kalimat. Contohnya, sebagai berikut.
(42a) Karena nasib rakyat tidak diperhatikan, terjadilah krisis kepercayaan terhadap pemerintah. (43a) Setiap musim kemarau tiba, kabut asap tebal menyelimuti kota Jambi dan Pekanbaru.
Tetapi, apabila induk kalimat mendahulunnak kalimat, tanda koma tidak digunakan. Contohnya, berikut ini.
(42b) Terjadilah krisis kepercayaan terhadap pemerintah karena nasib rakyat tidak diperhatikan, (43b) Kabut asap tebal menyelimuti kota Jambi dan Pekanbaru setiap musim kemarau tiba.
Tanda koma juga dipakai untuk meinisahkan klausa-klausa pada kalimat majemuk setara. Contohnya, seperti berikut.
(44) Ahmad bertugas menyusun renCaraa penelitian, Aisah mengumpulkan data, dan Ali menulis laporan. (45) Aininah membaca puisi, Husein meniup seruling, dan Hasan berpantoinim.
3) Pemakaian tanda titik dua (:) Berikut ini hanya akan dikemukakan rambu-rambu pemakaian titik dua yang sering ditemukan salah dalam pemakaiannya.



Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti dengan suatu perincian. Contohnya sebagai berikut.
(46) Yang menentukan mutu penyelenggaraan pendidikan, antara lain adalah komponen-komponen berikut ini: kurikulum guru, bahan pelajaran, dan media pembelajaran. (47) Kita harus membawa perlengkapan yang cukup ketika memasuki lapangan penelitian, yaitu alat tulis, kamera, alat perekam, dan komputer.
Kemudian, tanda titik 2 juga dipakai antara tempat terbit dengan penerbit dalam penulisan daftar pustaka. Contohnya, sebagai berikut.
Adams, Peter Dow. 1987. Connections, A Guide to The Basics of Writing. New York: Harper Collins Publishers Akhadiah, Sabarti. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tanda titik 2 dipakai pula di antara tahun terbit dan halaman pada penulisan sumber kutipan. Contohnya, seperti berikut.
(Akhadiah, 1992:34) (Adams, 1987:89).
4) Penulisan Tanda Petik (K..,") Berikut ini rambu-rambu pemakaian tanda petik dalam tulisan. a) Tanda petik mengapit kalimat langsung atau petikan langsung, yang dipetik dari percakapan atau suatu bahan tulisan. Contohnya sebagai berikut.
(48) "Kita harus tampil dengan penuh percaya diri dan simpatik di depan kelas," kata kepala sekolah. (49) Mengenai pentingnya pemahaman mengenai proses menulis bagi siswa, Adam (1987:v) dengan lugas mengatakan sebagai berikut. Students should be taught the process of writing. The emphasis should be on how to write, rather than on what good writing locks like.
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, artikel, bah dari suatu buku yang dipetik dalam kalimat.
 (50) Sajak "Aku" karangan Chain!. Anwar sarat dengan peCara kebebasan individu. (51) Untuk mengetahui pengaruh obat terhadap tubuh dalam jangka panjang, silakan baca tulisan dr. Samsuridjal Djaubari berjudul Pengaruh Obat &has di Kompas, terbitan 4 Juli 2004.
4. Months paragraf Anda tentu pernah mendengar bahwa bentuk karangan terkecil adalah sebuah paragraf. Ini dapat dimakluini karena sebuah paragraf meiniliki sebuah gagasan utama, disebut juga topik utama atau pikiran utama, yang disampaikan kepada pembaca melalui serangkaian kalimat. Dalam sebuah paragral, gagasan utama atau disebut juga pikiran utama atau topik utama dapat dikemukakan dalam sebuah kalimat topik atau disebut juga dengan kalimat utama. Kemudian, kalimat topik tersebut diikuti oleh serangkaian kalimat lain yang disebut kalimat penjelas yang berisi pikiran penjelas, contoh-contoh, atau fakta-fakta. Contohnya, seperti berikut.
lnvestasi di bidang pendidikan berpengaruh besar terhadap kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa. Invesepi yang besar di bidang pendidikan akan menghasilkan pendidikan yang berrnutu tinggi. Kemudian, pendidikan yang bermutu tinggi tentu akan menghasilkan sumber daya manusia yang andal, profesional, terampil dalam berbagai bidang pekerjaan dan kreatif. Di pihak lain, semua sektor pembangunan hanya akan berlangsung secara efektif dan efisien bila melibatkan tenaga-tenaga kerja yang profesional dan berketerampilan tinggi. Kemudian, penggunaan tenaga kerja lokal bukan hanya dapat menghemat biaya produksi melainkan juga secara langsung membuka lapangan kerja bagi penduduk. Selain itu, tenaga-tenaga kerja yang profesional dan berketerampilan tinggi serta kreatif tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga kerja bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor usaha, tetapi juga dengan bekal kemampuan intelektual, kreativitas, dan keterampilan yang mereka iniliki mereka dapat membuka lapangan-lapangan kerja baru.
Gagasan utama paragraf tersebut dituangkan dalam kalimat topik atau kalimat utama yang terletak pada awal paragraf. Kemudian, kalimat utama yang berisi gagasan utama tersebut diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas yang berisi pikiran-pikiran, penjelas. Semua kalimat penjelas berisi uraian yang memberikan penjelasan terhadap gagasan atau pikiran utama. Pengembangan paragral dengan cara tersebut dapat disebut pengembangan paragraf secara deduktil.
penelitian sederhana di laboratorium dan di lapangan, proses penulisan laporan, dan proses belajar lainnya, yang juga penting untuk dinilai. Penilaian dalam bentuk tes yang cenderung mengukur produk dan tidak termasuk proses belajar cenderung mendorong siswa berbuat curang dalam mengikuti tes, misalnya dengan cara meniru pekerjaan teman di sebelahnya. Paling tidak, bentuk penilaian dengan menggunakan prosedur tes yang hanya dua kali itu mendorong siswa untuk belajar ketika ada tes saja. Apabila hat-hal tersebut di atas dipertimbangkan dalam melakukan penilaian terhadap siswa maka sangat jelas bahwa penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tengah dan akhir semester tidaklah memadai.
Pada paragral tersebut pokok pikiran utama yang dikemukikan pada awal paragraf dikemukakan kembali pada akhir paragraf. Kemudian, rangkaian kalimat penjelasnya yang berisi pikiran-pikiran penjelas dikemukakan setelah kalimat utama pada awal paragraf dan sebelum kalimat utama yang menutup paragraf. Pengembangan paragraf seperti itu dapat disebut pengembangan paragraf secara deduktif-induktif Penulisan paragraf dengan tiga Cara tersebut biasanya digunakan dalam penulisan karangan yang bersifat ekspositoris dan argumentatif. Dalam menulis karangan yang bersifat deskriptif dan naratil, hampir tidak mungkin menacunakan jenis pengembangan paragraf sepeni itu. Dalam penulisan paragral deskriptif dan naratif biasanya topik paraef dikemukakan secara tersirat, yaitu tersirat dalam keseluruhan kalimat yang dig,unakan untuk membangun paragraf. Paragraf yang bersifat deskriptif biasanya dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan terhadap suatu objek. Objek yang dideskripsikan dapat saja berupa benda atau perasaan seseorang. Berikut ini contoh paragraf deskriptil.
Pondok itu berdiri di atas bukit. Di bawahnya, di sisi barat, terhampar sawah menghijau. Sedang di bagian timur tampak taut biru luas membentang. Di tangga pondok duduk seorang gadis belia berkulit kuning langsat dengan rambut hitam terurai, melepaskan pandangannya nun jauh ke perahu layar yang semakin mengecil.
Sebagai penutup pembicaraan kita mengenai penulisan paragraf, berikut ini dikemukakan contoh paragraf naratif.
Suara keras ketokan di pintu membangunkan Bu Inah sekeluarga. Baru saja kelambu dibuka, terdengar suara "gedubrak" pintu didobrak. Belum dapat berkata apa-apa, di hadapan Bu Inah telah berdiri lima tentara berbaju loreng dengan senjata bedil teracung. Salah seorang ialu menghardik, "Jangan bergerakl” Sambil gemetaran Bu inah pun mengangkat tangannya yang kurus ke atas. Suara tangis yang lemah penuh ketakutan terdengar dad mulut cucunya yang baru berumur tujuh tahun. Tubuh kurus tak berbaju itu merunduk bersembunyi di belakang neneknya.
Tampak bahwa paragraf tersebut terdiri atas rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa itu disajikan menurut urutan waktu. Memang demikianlah ciri sebuah paragraf naratif, berisi rangkaian peristiwa yang disajikan menurut urutan waktu. Contoh-contoh penulisan paragraf yang dikemukakan tersebut tidak akan banyak mengubah keterampilan Anda dalam menulis. Keterampilan Anda dalam menulis paragraf (termasuk menulis kebahasaan) baru akan betul-betul diasah melalui latihan-latihan.
-_ 4 RANGKUMAN 
Dalam menulis, kita harus melakukan peinilihan kata dari sejumlah besar kata dalam bahasa Indonesia yang meiniliki berbagai karakteristik, antara lain (a) berupa kata-kata yang bersinonim dan berantonim, (b) berupa kata-kata umum dan khusus, (c) kata-kata kajian dan populer, (d) kata-kata konkret dan kata abstrak, dan berum(e) kata-kata ash dan serapan. Kemudian, kata-kata tersebut dengata dibantu oleh unsur gramatikal tertentu harus disusun menjadi kalimat-kalimat efektif Selanjutnya, sebua.h tulisan yang baik bukanlah hanya terdiri dari deretan kalimat lepas, melainkan kalimat-kalimat harus dirangkaikan secara serasi dan padu dengan cara tertentu menjadi paragraf-para,gaf

Kemampuan Lanjut datam Kegiatan Menulis
Secaradikotoinis, kita dapat membedakan tulisan atas din jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama, sedangkan contoh nonfiksi, yaitu makalah, artikel dalam jurnal, artikel dan berita dalam surat kabar, kan laporan penelitian. Dad contoh tersebut kita dapat mengatakan bahwa fiksi merupakan hasil kegiatan kreatif-imajinatif penulisnya yang berupa karya tails yang biasanya digolongkan ke dalam tulisan ke.sastraan. Nonfiksi merupakan hasil kegiatan pnlisan yang mengandalkan logika dan pengamatan penulisnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan nonfiksi cenderung bersifat logis dan empiris. Berikut ini kita bicarakan proses penulisan kedua jenis tulisan tersebut. Dalam hal ini, uraian mengenai proses penulisan karangan nonfiksi agak lebih mendalam daripada proses penulisan fiksi mengingat faktor relevansinya dengan profesi yang sedang Anda tekuni saat INI.

A. MERENCAnAKAN TULISAN FIKSI
Telah dikemukakan bahwa tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan dalam suatu tulisan fiksi, fakta-fakta itu hanyalah hasil imajinasi penulisnya. Mungkin juga tulisan itu diciptakan berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta yang bersifat empiris, namun fakta-fakta itu hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi. Setelah diramu menjadi suatu tulisan fiksi, apakah berbentuk cerpen, novel, atau naskah drama, fakta- fakta empiris itu berubah menjadi fakta imajinatif. Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang dilakukan setiap pengarang tidaklah sama. Ada yang mengatakan bahwa kadang-kadang sebuah inspirasi muncul secara tiba-tiba. Ada pula inspira.si itu sengaja dicari dengan cara bepergian ke berbagai sudut desa dan kota, dengan menunini lembah dan ngarai, mengarungi sungai dan lautan, dan ada pula yang mencari inspirasi untuk menulis fiksi dengan cara menekuni, berbagai bahan bacaan di perpustakaan.
Hal yang sama yang ditempuh oleh penulis fiksi adalah mereka membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-peristiwa dan kesan-kesan imajinatif yang muncul dalam kepalanya. Selanjutnya, peristiwa-peristiwa dan kesan-kesan imajinatif itu dirangkaikan menjadi sebuah sinopsis atau sebuah ringkasan cerita. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa penulisan sebuah fiksi dimulai dengan penulisan sebuah sinopsis cerita. Setelah sebuah sinopsis terwujud, lalu si penulis dapat meramunya menjadi sebuah cerita pendek, sebuah novel ataukah meramunya menjadi babak-babak drama.

B.      MERENCANAKAN TULISAN NONFIKSI

Pada bagian awal Kegiatan Belajar 1 telah dikemukakan bahwa proses menulis secara sederhana terdiri atas tahap perenCaraaan, tahap penulisan, dan tahap revisi sehingga diperoleh tulisan akhir. Pada tahap perenCaraaan, antara lain seorang penulis harus melakukan peinilihan terhadap topik karangan, merumuskan tujuan karangan, dan menulis kerangka karangan.
1. Pernilihan Topik Langkah pertama dalam perenCaraaan sebuah karangan adalah memilihtopik karangan. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai dalam Peinilihan topik karangan. Bening ini dikemukakan satu per satu kriteria tersebut. Kriteria pertama, topik yang dipilih untuk ditulis hendaklah yang menarik hati bagi penulis sendiri dan dikuasai betul oleh penulis. Dapat Anda bayangkara bila topik yang dipilih tidak merverik bagi penulis, pekerjaan menulis pastilah menjadi sangat membosankan. Kemudian, apabila topik yang dipilih tidak begitu dikuasai maka sudah tentu tulisan yang disusun pasti tidak dapat dikembangkan dengan baik atau dangkal isinya. Oleh karena itu, topik yang Eta pilih untuk ditulis haruslah menarik bagi kita dan kita kuasai substansinya. Kriteria kedua, topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkara masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran. Apabila topik yang kita pilih untuk sesuatu yang sudah basi, tenth tidak ada yang akara membaCaraya. Sebaliknya, bila topik yang Eta pilih untuk ditulis adalah sesuatu yang sedang hangat dibicarakan atau menyangkut sesuatu masalah yang sedang dihadapi masyarakat pembaca maka tenth akan banyak yang menyukai tulisan kita
sehingga akan banyak pembacanaya. Apa gunanya sesuatu tulisan apabila tidak ada yang membaCanya? Kriteria ketiga, bahan-bahan yang kita perlu untuk menulis sehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat dijangkau. Misalnya, data atau informasi yang Eta perlukan untuk menulis berkenaan dengan topik tersebut dapat diperoleh dalam batas waktu dan sumber dana yang tersedia. Kita akan mengalaini kesulitan dalam menulis apabila data atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan tulisan kita berada jauh, misalnya di kutub utara, sedangkan veaktu dan dana yang tersedia, tidak mencukupi untuk itu. Jadi, dalam peinilihan topik, pertimbangkan a.spek keterjangkauan terhadap data dan informasi yang kita perlukan. Kriteria keempat, topik yang kita pilih hendalkah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia. Jadi, jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Dalam menentukan ruang lingkup topik,kitadapat menggunakan diagram, misalnya seperti berikut.
kurikulum LPTK dan kompetenst guru
hubungan IQ, ininat. sikap. dan kompetensi guru
manfaat PTK bagi guru

Jadi, melalui diagram tersebut, kita dapat melihat ruang lingkup topik pendidikan. Setelah mencermati diagram tersebut, kita pun harus bertanya-tanya pada diri sendiri, dengan waktu dan dana yang tersedia, sanggupkah kita menulis sebuah artikel atau buku dengan topik pendidikan? Kalau tidak memungkinkan, kita harus mempersempit ruang lingkup tulisan kita dengan memilihsalah satu aspek dari topik pendidikan tersebut yang akhimya kita harus memilihsubtopik, yaitu hubungan konsep din i dengan prestasi belajar siswa.
2. Perumusan Tujuan Setelah topik tulisan dipilih, Idta harus merumuskan tujuan tulisan kita. Dengan tulisan yang akara disusun, kita dapat bermaksud memberi pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca menyangkut topik yang telah kita pilih. Mungkin piña tujuan yang ingin kita capai dalam menulis adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan pembaca melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topik yang kita tulis. trujuan yangkitarumuskan akan berpengaruh terhadap kerangka karangan yang akan kita susun serta terhadap jenis data atau informasi yang kita perlukan dalam menulis. Sebagai contoh, berikut ini dikemukakan topik karangan serta perumusan tujuan penulisan.
Topik : Hubungan antara konsep did fisik dengan prestasi betajar Tujuan : Meath' tutisan yang bersifat argumentatif, penutis bermaksud menjetaskan hubungan antara konsep din i fisik dengan prestasi belajar, serta pertunya bimbingan mengenai konsep diri bagi para siswa yang sedang berada pada masa puber.
4.       Penulisan Kerangka Karangan Kerangka karangan perlu ditulis sebagai bagian dari perenCaraaan karangan. Penulisan kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topik dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, kerangka karangan merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur karangan serta dalam peng,umpulan bahan bagi karangan. Ada 2 Cara penulisan kerangka karangan. Cara pertama adalah dengan mendaftariCara seluruh subtopik dari topik yang telah dipilih, kemudian meinilah-inilah, mengelompokan dan menyusunnya menjadi suatu struktur kerangka tertentu. Cara ini biasanya dipakai oleh pan penulis pemula. Selanjutnya, Cara kedua, penulis langsung menentukan subtopik apa yang perlu ditulis kan langsung mengurutkannya. Kemudian, setiap subtopik tersebut diperinci lagi sesuai dengan keperluan penulisan. Berikut ini disajikan contohnya sebuah kerangka karangan.

Topik : Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Tujuan : Agar pembaca memahaini hubungan konsep did dengan prestasi belajar siswa kelas 2 SMP dan dapat aktif memberi bimbingan terhadap siswa yang meiniliki konsep diri rendah.
Kerangka karangan 1. Konsep diri 1.1 Konsep diri akademik 1.2 Konsep diri fisik 2. Prestasi belajar 2.1 Prestasi belajar secara umum 2.2 Prestasi belajar tiap bidang studi 3. Hubungan konsep diri dengan prestasi belajar 3.1 Hubungan konsep diri akademik dengan prestasi belajar 3.2 Hubungan konsep diri fisik dengan presta belajar 4. Upaya-upaya pembimbingan yang dapat dilakukan 4.1 Bimbingan kelompok 4.2 Bimbingan individual
Setelah sebuah kerangka karangan terwujud, selanjutnya penulis perlu mengumpulkan bahan-bahan, baik berupa teen, data, atau informasi lainnya. Setelah bahan-bahan tulisan terkumpul, langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan yang sudah dibuat menjadi sebuah karangan utuh.

KEG IATAN BELAJAR 1

 A .Keterpaduan Keterampitan Berbicara dengan Fokus Menyimak

Melihat judul modal ini, Anda tentu tahu pelajaran-pelanan atau pengetahuan-pengetahuan apa yang akan Anda peroleh serta kegiatan-kegiatan apa yang harus Anda lakukan. Anda mengerti maksud saya? ya, benar! Pada modul ini Anda tidak akan banyak menghafal konsep-konsep atau teori-teori tentang keterampilan berbahasa lagi, sebab bahasan tersebut sudah Anda pelajari pada Modal 1, 2, 3, 4, dan 5, bahkan latihan/praktik meningkatkan kemampuan atau keterampilan berbahasa secara mandiri/satu per satu sudah Anda lakukan. Pada modul ini Anda akan lebih banyak melakukan latihan untuk lebih meningkatkan kemampuan berbahasa Anda. Latihan-latihan ini akan kita lakukan secara terpadu dengan keterampilan menyimak. Uraian dalam kegiatan belajar ini hanya akan memberikan 1 contoh untuk setiap keterampilan berbahasa yang berfokus pada keterampilan menyimak. Contoh yang diberikan sekaligus menjadi bahan latihan bagi Anda. Tidal( menutup kemungkinan menggunakan bahan yang ada pada modul-modul sebelumnya. Khusus modul ini akara menggunakan bahan-ba.han simakan yang terdapat pada kaset rekaman yang ada di Modul 2, yaitu Keterampilan Menyimak. Pada umumnya, menyimak dan berbicara dilakakan secara tatap muka. Namun, pada zaman modem seperti sekarang ini, menyimak dan berbicara dapat dilakukan tanpa tatap muka. Artinya, 2 orang yang sedang berkomunikasi dalam bahasa lisan dapat melakukannya dengan jarak yang berjauhan, yaitu dengan memanfaatkan karya teknologi, seperti telepon atau melalui satelit. Seorang penyimak dapat melakukan kegiatan menyimak tanpa harus menghadirkan pembicara, seperti mendengarkan hash l rekaman kaset audio. Menyimak dan berbicara meiniliki hubungan yang sangat erat karena keduanya merupakan dua keterampilan yang berada dalam satu ragam bahasa, yaitu bahasa lisan. Hal ini tentu sudah Anda ketahui dalam Modul 3,
namun tidak ada salahnya kita ulang kembali untuk lebih memperdalam pemahaman Anda tentang kedua keterampilan berbahasa ini. Perhatikanlah bukti-bukti lain yang memperlihatkan adanya hubungan yang erat, antara menyimak dan berbicara, seperti berikut ini.
 I. Suatu ujaran dapat dipelajari melalui menyimak dan meniru. Contohnya, seorang anak akan menyimak ujaran-ujaran orang di sekitamya dan menirukannya sampai akhimya dia dapat berbicara. 2. Seseorang (anak atau dewasa) akara lebih mudah mengulang cerita yang disimaknya dibandingkan dengan cerita yang dibacanya.
3. Seorang pembicara yang ucapan atau lafal ujarannya tidak jelas akara mempengaruhi basil yang diperoleh penyimak. Artinya, kelemahan-kelemahan yang ada pada pembicara akan sangat berpengaruh pada penyimak.
Selain penjelasan di atas ada pula ahli mengatakan bahwa proses komunikasi berbicara tidak bisa dilakukan secara terpisah. Proses berbicara secara alaini selalu berpadu dengan proses menyimak. Tidak akan ada orang yang mau berbicara tanpa ada yang man menyimak. Sebelum melakukan latihan berbicara dengan fokus menyimak, marl kita coba mengingat kembali hakikat dari berbicara yang juga sudah Anda ketahui melalui Modul 3. Hal ini kita lakukan untuk menjadi bahan perhatian bagi Anda ketika berlatih berbicara di depan pan hadirin atau bisa juga Anda sampaikan bahan pembicaraan di depan murid-murid Anda. Berbicara adalah sebuah keterampilan menyampaikan gagasan, informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetis atau lebih singkatnya dengan menggunakan media berupa bahasa lisan. Seorang pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimak dapat dengan mudah menangkap gagasan atau pesan yang disampaikannya. Oleh sebab itu, seorang pembicara yang baik tidak merasa cukup jika ia hanya meiniliki keterampilan dalam mengha.silkan simbol-simbol fonetis tersebut, tetapi ia akara berusaha melengkapi keterampilannya itu dengan gestur atau gerak-gerak isyarat untuk membantu penyimak dalam memahaini pembicaraarmya. Jika pembicaraan berlangsung tidak secara tatap muka maka pembicara harus meiniliki keterampilan lain yang tidak kalah sulimya dengan jika ia melakukannya melalui tatap muka, yaitu pembicara harus meiniliki kemampuan memperdengarkan aspek supraseg,mental atau intonasi yang
flexpaper MHO II II MN INI

1-1
jelas. Hal ini harus dilakukan pembicara untuk menghindari kesalahpahaman dengan penyi mak. Baiklah saudara mahasiswa, itulah hal-hal yang harus Anda perhatikan dalam melakukan kegiatan berbicara. Sekarang kita mulai berlatih meningkatkan keterampilan berbicara yang didahului dengan kegiatan menyimak. Putarlah kembali kaset yang berisi materi simakan dengan judul Manfaat Gainin.
Manfaat Garam
Anda tentu sudah sangat paham isi waCaraa (bahan simakan) tersebut karena waCaraa tersebut disusun dengan kosakata-kosakata sederhana kan paragrafnya pun tidak panjang-panjang. Di samping itu, Anda sudah beberapa kali memutar kaset ini dan menyimaknya. Memang ada bunyi-bunyi fonetis yang tidak sesuai dengan bunyi fonetis bahasa Indonesia, tetapi Anda sudah mengetahui lafal atau ucapan yang seharusnya atau yang benar setelah Anda menyimaknya dengan baik. Setelah Anda tahu dan mengerti isi waCaraa tersebut, cobalah Anda berlatih berbicara di depan cerinin dengan materi hasil simakan yang Anda peroleh, yaitu Maniacs: Gainin. Berimajinasilah seakan-akan Anda berbicara di depan orang banyak, misalnya di hadapan ibu-ibu PKK atau di sebuah seininar kecil. Anda tidak perlu menini pembicara di kaset, jadilah Anda sebagai din Anda sendiri dan berusahalah berbicara lebih baik dari pembicara lain. Susunan atau sistematika penyajian materi juga tidak perlu sama persis dengan yang di kaset. Sedangkan yang perlu Anda perhatikan adalah lafal atau ucapan yang baik yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia karena di sini Anda sedang berlatih berbahasa Indonesia. Usahakan tidak ada kosakata daerah yang masuk. Selamat berlatih!
Jika Anda menganggap bahwa materi ini sudah Anda kuasai dan Anda sudah dapat menyampaikan `Manfaat Garam' dengan baik, cobalah dengan mated lain, seperti waCaraa Patting Liberty kan materi-materi simakan yang lain.
1. anak belajar berbicara melalui menyimak terlebih dahulu ujar-ujaran orang di seldtarnya dan menirunya;
2. pada umumnya orang lebih mudah mengingat isi pembicaraan dibandingkan dengan isi tulisan;
3. kualitas keterampilan seorang pembicara sangat mempengaruhi basil menyimak seseorang.
Pembicara yang baik akan menggunakan gesture dan gerak-gerak isyarat untuk membantu penyimak memahaini gagasan yang disampaikannya, sedangkan berbicara di dalam rekaman memerlukara keterampilan menggunakara unsur-unsur suprasegmental secara tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan penyimak. Sama halnya dengan keterampilan berbahasa yang lain, latihan merupakan satu-satunya Cara orang untak dapat meningkatkan kualitas keterampilan menyimak dan berbicaranya.

KEGIATAN BELAJAR 2

Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Menyimak

saudara mahasiswa apabila pada Kegiatan Belajar 1 Anda sudah berlatih meningkatkan kemampuan berbicara melalui menyimak maka pada Kegiatan Belajar 2 ini Anda akan berlatileineningkatkan kemampuan membaca melalui kemampuan menyimak yang telah Anda iniliki. Kedua keterampilan ini (menyimak dan membaca) meiniliki persamaan, yaitu meiniliki sifat reseptif atau menerima. Ketika kita menyimak maka kita berusaha menangkap atau menerima pesan atau informasi yang disampaikan pembicara, sedangkan ketika kita membaca, kita berusaha menangkap pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.
 Dengan kesamaan sifat  ini maka dalam melakukan kegiatan menyimak dan membaca memerlukan kesiapan yang sama, yaitu harus meiniliki penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan materi simakan atau bacaan, pengetahuan tentang diksi dan gaya bahasa, serta kemampuan menangkap makna tersurat kan tersirat.
Kemampuan menyimak merupakan salah satu faktor pendukung bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Dawson dalam Tarigan (1986:5) menuliskan hasil penelitian yang dilakukan para pakar tentang hubungan antara menyimak dengan membaca sebagai berikut ini.
 I. Penguasaan kosakata yang sedikit yang diperoleh melalui menyimak erat kaitannya dengan kesukaran-kesukaran yang dihadapi seseorang dalam membaca.
2. Daya simak yang buruk sangat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.
3. Peningkatan terhadap kemampuan yang satu (menyimak) akan menimbulkan peningkatan pada kemampuan yang lainnya (membaca, menul is, berbicara)
Ahli lain mengatakan sebagai berikut. I. Menyimak maupun membaca menuntut adanya kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup kedewasaan mental, penguasaan kosakata, kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan ininat terhadap bahasa.
flexpaper I nit ft I IL I (31

[53!
0
28
FP
2. Pada umumnya, maksud dan tujuan menyimak, sena membaca bersifat fungsional dan apresiatif. 3. Baik dalam menyimak maupun membaca, kata bukanlah merupakan kesatuan pemahaman, tetapi mempengaruhi pemahaman terhadap frase, kalimat, dan paragraf; 4. Menyimak dan membaca dapat berlangsung dalam situasi-situasi individual atau sosial.
Saudara mahasiswa, dernikian sedikit uraian tentang persamaan antara menyimak dengan membaca. Hal yang penting harus Anda ingat bahwa antarketerampilan berbahasa satu dengan yang lainnya meiniliki hubungan yang sangat erat dan saling mendukung. Artinya, satu kemampuan berbahasa yang Anda iniliki dapat membantu Anda meningkatkan kemampuan berbahasa yang lain. Oleh sebab itu, di dalam pembelajaran bahasa di SD, keterampilan berbahasa Indonesia haws dilatihkan secara terpadu sehingga siswa benar-benar mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulis dalam bahasa Indonesia dengan baik dan knar. Baiklah Saudara, sekarang I&L mulai berlatih dengan memanfaatkan kemampuan menyimak Anda yang telah Anda iniliki. Sebagai tahap awal berlatih, gunakanlah bahan simakan yang Anda iniliki, yaitu kaset rekaman yang telah digunakan pada Modul 2 dengan mated simakan hash l penelitian tentang pengaturan ruang belajar di Amerika.
0 0 11:041.4ii
Materi Latihan
Bagaimana? Sedikitnya suda.h dua kali Anda menyimak waCaraa tersebut, yaitu ketika Anda mempelajari Modul 2 tentang keterampilan menyimak dan sekarang ini sebagai bahan pendukung dalam meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian, tenth Anda lebih memahaini isi waCaraa simakan tersebut. Apa ide pokok waCaraa tersebut? Ya benar! Pengaturan tempat duduk di kelas dapat mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Setelah Anda menyimak bahan simakan tersebut, selain Anda dapat menemukan ide pokok, Anda juga meiniliki pengetahuan tentang makna kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan beserta infonnasi-informasi lain tentang pendidikan formal. Pengetahuan yang Anda iniliki tersebut dapat Anda manfaatkan untuk memahaini waCaraa berikut ini. Bacalah dengan cennat waCaraa yang berjudul Pengelolaan Kelas ini.
- • -
Gambar 6.1.
Pengelolaan kelas menunjuk kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi"yang optimal bagi terlaksananya proses belajar-mengajar yang efektif. Dalam kegiatan pengelolaan kelas termasuk kegiatan mengatur siswa dan tingkah lakunya, serta kegiatan mengatur ruang dan benda-benda atau alat pelajaran untuk menciptakan berbagai kemudahan dalam belajar. Melalui pengelolaan kelas juga diharapkan muncul dampak tujuan pengiring yang bersifat positif. Berbagai pandangan tentang pengelolaan kelas patut untuk diperhatikan dan diterapkan di dalam perenCaraaan pengajaran, yaitu pandangan otoritatif, pandangan perinisif, pandangan tingkah laku, pandangan iklim sosio emosional, dan pandangan sistem sosial. Pandangan otoritatif dalam pengelolaan kelas mengutamakan ketertiban kelas melalui disiplin sehingga pengelolaan kelas disinonimkan dengan disiplin kelas. Pengelolaan ketas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pandangan perinisif, yakni pandangan yang menekankan pada perwujudan kebebasan gerak dan tingkah laku siswa sehingga
pengetolaan '<etas dicietimsiKan sebagai seperangKat Kegiatan guru
untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Pandangan tingkah laku adalah pandangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku. Definisi pandangan tersebut bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru yang bertujuan untuk mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang diinginkan. Pandangan iklim sosio emosional adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang dan iklim sosio emosional yang positif. Pandangan sistem sosial menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Anda memahaini isi waCaraa Pertgelnlaatt Kelas di atas? Rasanya tidak ada kosakata sulit dalam waCaraa tersebut, kecuali beberapa istilah, seperti otoritatif, tentu Anda dapat mengaitkannya dengan mother yang artinya berkuasa. Namun, pada otoritatif lebih merujuk pada tujuan disiplin. Kemudian, perinisil yang berarti kebebasan. Saudara mahasiswa, apabila ada pertanyaan "Apakah waCaraa lisan yang Anda simak, yaitu 'Pengaturan Tempat Duduk' dan waCaraa tails yang Anda baca, yaitu 'Pengelolaan Kelas' meiniliki kaitan, atau hubungan?”. Bagaimana jawaban Anda? ... Di sinilah kemampuan menyimak dan kemampuan membaca Anda diuji. Anda harus mampu menangkap ide atau gagasan pokok materi simakan dan materi bacaan. Seperti telah dijelaskan bahwa kedua keterampilan ini meiniliki kesamaan dalam segi sifat, yaitu sama-sama meiniliki sifat reseptif, yaitu kemampuan menerima atau menangkap gagasan. Kemampuan Anda dalam menyimak akan dapat membantu Anda dalam membaca. Baik kita kembali kepada dint materi tersebut, yaitu materi simakan (Pengamran Tempat Duduk) dan materi bacaan (Pengelolaan Kelas). Kedua waCaraa tersebut memang berbeda, tetapi keduanya meiniliki kaitan, yaitu berupa suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar. Melalui simakan, Anda memperoleh pengetahuan tentang pengaruh pengaturan tempat duduk terhadap hasil belajar mengajar dan melalui bacaan Anda memperoleh tambahan pengetahuan bahwa banyak aspek yang harus diperhatikan untuk memperoleh basil yang baik dalam proses belajar mengajar, yaitu melalui pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian, kedua waCaraa tersebut sama-sama berisi tentang bagaimana cara memperoleh hash l maksimal dalam belajar mengajar.

KEGIATAN BELAJAR 3
Keterpaduan Keterampilan MenuLis dengan Fokus Menyimak

Kemampuan menulis dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan bantuan kemampuan menyimak yang telah diiniliki. Seperti yang telah dikemukakan pada modul-modul awal bahwa keterampilan berbahasa tidak berdiri sendiri, saw dengan yang lainnya selalu sating mendukung. Keterampilan menyimak yang diiniliki seseorang sangat bennanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kemampuan/keterampilan berbahasa yang lain. Untuk meningkatkan kemampuan menulis melalui kegiatan menyimak atau penerapan keterpaduan keterampilan menulis dengan fokus menyimak dapat Anda lakukan dengan menyimak berbagai informasi untuk dapat menangkap unsur-unsur kebahasaan, mulai dari bunyi-bunyi, seperti yang sudah Anda latih pada Modul 2 sampai pada memahaini bahan simakara berupa paragraf, waCaraa pendek, kan waCaraa yang kompleks. WaCaraa yang dapat Anda simak dapat berupa waCaraa berita, iklan, pengumuman, pidato, ceramah, cerita, puisi, drama, dan lain-lain.

MENULIS HASIL SINIAKAN

Pada kegiatan belajar ini, Anda akan berlatih menulis berdasarkan basil simakan yang Anda peroleh melalui kegiatan menyimak. Dari sekian banyak bahan simakan yang telah disebutkan di ants (berita, pengumuman, iklan, pidato, ceramah, cerita, puisi, drama), kita akan menggunakan waCaraa berita atau eksposisi sebagai bahan latihan kita. Pada latihan ini akan kita manfaatkan bahan simakan dari Modul 2, yaitu berupa rekaman yang berisi infommsi tentang Patung Liberty. Sekarang siapkanlah terlebih dahulu kaset rekaman tersebut. Bagaimana, Anda sudah slap? Baik, sebelum Anda memutarnya, perhatikan hal-hal yang harus Anda lakukan ketika mendengarkanimenyimak rekaman tersebut yaitu: I. temukanlah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas yang terdapat dalam informasi tersebut;
2. catatlah gagasan pokok kan gagasan-gagasan penjelas yang Anda temukan itu; 3. susunlah gagasan-gagasan tersebut menjadi sebuah kerangka karangan kecil.
"Nah, sekarang mulailah Anda putar dan simaklah dengan baik kaset rekaman tersebut. Pastikan tidak ada yang mengganggu kegiatan Anda ".
Patung Liberty
Bagaimana? Sudah Anda temukan kan Anda catat gagasan-gagasan itu Baik! Sekarang adakah yang kesamaan gagman yang Anda temukara dengan gagasan berikut ini.
Gagasan pokok : Kemegahan Patung Liberty Gagasan penjetas : 1. Patung Liberty hadiah Prancis kepada Amerika 2. Bartholdi Pendiri Patung Liberty 3. Patung Liberty Lambang k basan
Gagasan-gagasan di atas merupakan alternatif yang dapat Anda temukan dari basil simakan. Anda dapat memunculkan gagasan-gagasan lain sesuai basil simakan Anda, asal tidak menyimpang dari bahan simakan. Setelah Anda menemukan ide atau gagasan tersebut dan mencatatnya, buatlah sebuah tulisan yang serupa dengan waCaraa yang Anda simak (Patung Liberty). Dalam menulis, Anda harus memperhatikan syarat-syarat penulisan yang baik, seperti peinilihan diksi yang tepat, penyusunan kalimat yang elektil, paragraf yang baik, dan menerapkan ejaan dengan benar. Berikut ini contoh tulisan tentang Patung Liberty berdasarkan gagasan-gagasan yang ditemukan di atas.
Patung Liberty
Patung Liberty sebuah monumen kebanggaan Amerika. Tidak satah jika rakyat Amerika membanggakan monumen tersebut karena patung itu memang tertihat anggun dan megah. Namun, pertu Anda tahu bahwa patung Liberty tidak dibangun oteh rakyat atau pemerintah Amerika. Patung Liberty merupakan hadiah rakyat Prancis kepada rakyat Amerika.
………………………..


Ide membangun patung Liberty muncul dari Edward de Labontaya, seorang ahli hukum. Pengajar perguruan tinggi dan bergetar profesor. Ide ini muncul tahun 1865. Ide ini disampaikan kepada rekannya Auguste Barthodi agar dibuat sebuah monumen yang dapat membuat takjub orang yang metihatnya. Pada tahun 1871 Barthodi menyanggupi perinintaan itu. Lima betas tahun kemudian, berdirilah monumen itu dan membuat terpesona orang yang menyaksikannya.
Saudara mahasiswa, tulisan yang didasari basil simakan di atas hanya sekadar contoh. Anda dapat menyusun tulisan, seperti di atas dengan menaounakan bahasa Anda sendiri secara lebih baik lagi. Baiklah saudara, sekalipun kaini tidak membimbing Anda secara langsung, berlatihlah dan tingkatkanlah tents kemampuan menulis Anda melalui kegiatan menyimak. Gunakanlah bahan-bahan simakan yang lain dan ada di sekitar Anda, seperti ceramah, cerita, berita melalui televisi, radio, ataupun kaset rekaman. Artinya, janganlah Anda bosan untuk berlatih karena untuk memperoleh kemampuan menulis yang memadai sangat diperlukan latihan-latihan yang sistematis dan berkesinambungan atau terus-menerus.


Editor by : www.denmasmahesa.blogspot.com


KEGIATAN BELAJAR 1 A
Keterpaduan Keterampilan Menyimak dengan Fokus Berbicara
Menyimak dan Berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tampaknya, seseorang tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Menyimak dan Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan. Keduanya memerlukan penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan. Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak dan menirukan pembicaraan. Biasanya, anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini menganjurkan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Rose dalam Zuchdi, 1990:11).
A. BERBAGAI KEGIATAN KETERPADUAN MENYIMAK DENGAN FOKUS BERBICARA
1. Menyimak dan Bercerita Sebuah cerita ternyata sangat bermanfaat untuk masa depan umat manusia. Dengan mendengarkan cerita, kita akan memiliki kemampuan imajinatif, matematika, dan bahasa. Kemampuan imajinatif, kemampuan matematika, dan kemampuan berbahasa merupakan tulang punggung kemajuan peradaban manusia. Dengan ketiga kemampuan tersebut, manusia dapat mengembangkan teknologi dan kebudayaannya. Imajinasi seseorang berkaitan langsung dengan analisis matematikanya. Mengapa demikian? Oleh Karena orang belajar matematika harus mempunyai imajinasi yang tinggi. Sedang penemuan teknologi tinggi membutuhkan perhitungan matematika yang akurat. Banyak yang mengatakan bahwa kemampuan berpikir yang baik hanya dapat dipakai melalui pelatihan bidang ilmu matematika. Ilmu matematika adalah ilmu yang menggunakan lambang khusus untuk mengelola pengertian tentang dunia. Dengan lambang bilangan misalnya, isi dunia dapat dihitung, teta.i un:: naan lambana tidak hanya dilakukan oleh matematika. Bahasa
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
adalah lambang mengenai apa saja yang dapat dijangkau oleh cipta karsa manusia. Dengan demikian, ilmu yang menggunakan lambang baik matematika maupun bahasa mampu pula untuk meningkatkan daya nalar siswa. Penelitian (Nasution, 1999) membuktikan, tenyata  orang yang memiliki nilai matematika tinggi maka pelajaran bahasanya baik Indonesia maupun Inggris bernilai rata-rata delapan. Ketika ditanya bagaimana cara meningkatkan imajinasi tersebut, salah satunya dengan mendengarkan cerita. Memang sekarang banyak orang dapat menonton TV, tetapi cerita TV tidak sebaik cerita yang didengarkan secara langsung. Hal itu disebabkan kalau TV kita dapat melihat gambamya sehingga imajinasinya kurang bekeda. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat menambah kemampuan berbahasa, selain itu pula dapat menanamkan budi pekerti. Rene Descrates berpendapat bahwa orang yang memiliki daya nalar tinggi dan mampu mengatur pikirannya dengan cara sebaik-baiknya agar jelas dan mudah dimengerti orang lain, selalu paling mampu meyakinkan orang lain dengan cara Berbicara. Dan acuan ini dapat dikatakan bahwa daya nalar yang tinggi terletak pada kemampuan Berbicara (menggunakan bahasa). Apabila menyimak cerita dan isi cerita tersebut berkesan, biasanya ada keinginan kita untuk menceritakannya kembali dengan nuansa dan suasana serta cara yang berbeda tanpa mengurangi makna isi cerita tersebut. Lalu, cerita tersebut dengan kata-kata sendiri disampaikan lagi secara lisan kepada orang lain. Nah, setelah mendengarkan cerita, pendengar pun akan berkomentar tentang cerita tersebut. Sebagai contoh, cobalah Anda meminta teman untuk membaca dongeng berikut ini. Setelah selesai mendengarkan, cobalah Anda bercerita tentang dongeng tersebut.
PENYESALAN SI POHON PISANG
Di pekarangan seorang petani, Popo si pohon pisang tumbuh sangat subur. Tubuhnya besar, kuat, dan tinggi. Mira dan Nini sering memanggilnya Nenek Popo karena memang sudah tua dan saatnya berbuah, tetapi tak dilakukan Popo. "Aku ingin menikmati hidup lebih lama lagi. Aku tak ingin cepat mati"!" Bantah Popo. "Kau tak akan mati, Nek. Bukankah dari bagian tubuh nenek bisa bertunas dan tumbuh, seperti Nenek lagi?". Kata Mira mengingatkan. "Mira benar, Nek! Aku sendiri sudah mempersiapkan diri untuk berbuah," sambung Nini. "Kalau itu telah menjadi kemauan kalian, lakukan saja Namun, aku tetap tak ingin melakukannya," bantah Nenek Popo.
“Begitulah tujuan Pak Tani dalam merawat kita supaya secepatnya kita berbuah dengan baik,” kata Mira. “Justru itu tak kusukal Pak Tani itu tak pernah berpikir bagaimana susahnya aku mencari makan untuk menghidupi tubuhku. Balm nanti katau aku berbuah, tentutah beban hidup kita kian berat dan yang menyakitkan, begitu buah masak, langsung saja mereka memotongku!" Kata Nenek Popo sedikit berontak. "Mengapa Nenek Popo berkata begitu, bukankah sejak nenek moyang kita memang telah begitu adanya?" Tanya Nini. "Itu Terserah kalian. Yang jelas aku tak mau berbuat bodohl" Bak Nenek Popo ketus. Kepada Hoho, Si pohon mangga yang tumbuh di dekatnya, Nenek Popo sering uring-uringan. "Aku tidak heran, Ho. Kau bisa berbuah begitu hebat. Apa yang kau lakukan betuiniah sehebat, seperti yang ditakukan teman-temankul Seru Nenek Popo sengit. "Heh, Hohol Aku baru menaruh hormat, apabila kau rela mati setelah berbuah, seperti yang ditakukan teman-temankul" "Kau benar, Po. Tapi apa yang kulakukan thi sekadar balas jasaku kepada Pak Tani yang dengan tekun merawatku setiap had. Oleh karena itu, aku selatu berusaha untuk berbuah lebat agar Pak Tani senang." Jawab Hoho datar. Tak jauh dari situ tampak Pak Tani dan ininya sedang berjalan-jatan keliling pekarangan. Melihat mereka, peMsaan Nenek Popo semakin cemas. Keringat dirigin mengatir di tubuhnya. Tiba-tiba tanpa diduga, Pak Tani mengayunkan parangnya ke tubuh Nenek Popo, "Cres! Crest". "Auw, auw!" Jerit Nenek Popo kesakitan. Seketika darah segar mengucur dari tebasan pisang itu. "Jangan Pak! Jangan tebas dutu pohon ini!" Cegah istri Pak Tani. "Tidak bisal Pohon pisang ini tidak pernah berbuah. la mandul!" Kata Pak Tani geram. "Biar aku saja yang merawatnya. Mungkin ia mau berbuah," kata istri Pak Tani lagi. Kemudian, Pak Tani itu segera diajak pulang oleh istrinya. Sepeninggat mereka Nenek Papa meringis-ringis menahan sakit. Mira dan Nini yang melihat kejadian itu tak bisa berbuat banyak. Mereka ikut prihatin. "Maafkan kami, Nekl" Lirih Ninik. "Justru Nenektah yang setama iffi tidak tahu diuntung. Jauh-jauh Nenek dibawa dari hutan, !Mu dirawat baik-baik di pekarangan thi. Tapi Nenek tidak mau berbuah sementara tunas-tunas yang tumbuh pada tubuh Nenek sudah siap untuk menggantikan Nenek. Ah, betapa tak tahu dirinya aku thil" Latu, kata Nenek Popo kepada Hoho.
………………………………………..
"Terima kasih, Ho. Setama ini kau tetah memperhatikanku. Kau benar, Ho. Kini aku akan bersiap diri untuk berbuah dan bertunas sebagai batas jasaku terhadap Pak Tani yang tetah merawatku dengan tekun". Mendengar ucapan Nenek Popo, Mira, Nini, dan Hoho pun tersenyum tega.
Sumber: Buku Kumpulan Centel Anok Si Kandi Mabuk Puflan. Karya Simon Sudarman.
Setelah Anda mendengarkan cerita tersebut, berilah komentar tentang cerita tersebut atau Anda menceritakan kembali cerita tersebut dengan kata-kata Anda sendiri.
Berikut ini permainan yang boleh diubah menjadi cerita dapat dilakukan bersama-sama. Permainan ini dapat membantu Anda untuk memperoleh keterampilan menyimak dengan fokus Berbicara. Selamat Mencoba!
Siapa Saya?
Peserta : Minimum 7 orang. Waktu : 20.40 menit, bergantung pada jumtah peserta. Bahan : Kertas kecit sebanyak jumtah peserta. Setiap kertas bertutiskan nama seorang tokoh terkenat (baik yang masih hidup ataupun sudah meninggat). Pita perekatkelto tape atau peniti.
Petunjuk Kertas dengan nama para tokoh ditempetkan pada punggung tiap peserta. Jadi, setiap peserta dapat membaca nama-nama tersebut, kecuati nama yang ada di purepngnya. Para peserta bebas berketiling ruangan, dan harus berusaha untuk menerka nama tokoh yang disandangnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misatnya "Apakah saya masih hidup?", "Apakah saya seorang taki-taki?", "Apakah saya tahir di Indonesia?" Setiap kali hanya 3 pertanyaan yang boteh diajukan kepada satu orang, kemudian berpindah kepada peserta lain. Dapat juga sebelumnya disepakati bahwa pertanyaan yang boteh diajukan, hanyatah pertanyaan dengan jawaban "ya" atau "tidak". Supaya tebih mudah menerka, sebaiknya kumpulkan dutu sebanyak mungkin informasi karena hanya ada 3 kesempatan untuk menanyakan tangsung nama yang dimaksud. Mereka yang sudah berhasit mendapatkan namanya, menempetkan kertas namanya di dada dan membantu peserta lain yang betum berhasit menemukan namanya. Dalam permainan ini setiap peserta tampit dengan nama tokoh yang disandangnya, dan mereka yang betum sating kenat dapat sating bertanya. Oteh karena itu, permainan ini tepat sekali
dilakukan pada saat-saat awal terbentuknya sebuah kelompok. Selain itu, para peserta dapat bergerak bebas. Nama yang dipilih dapat juga nama tokoh yang ada hubungan dengan lembaga atau profesi para peserta. Perlu diperhatikan: tokoh tersebut haruslah tokoh terkenal.
Variasi Cara lain dari permainan tersebut adalah dengan menerka nama tokoh, kita dapat juga menerka profesi/pekerjaan seseorang. Untuk itu, pada setiap kertas dituliskan sebuah profesi, misalnya Tukang Becak, Petani, Ratu, Ibu Rumah Tangga, Pembantu, dan Tukang Kayu. Tentunya pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan, misalnya "Apakah sep bekerja di luar ruangan?", "Apakah saya harus berpindah-pindahrl "Apakah saya harus berhubungan dengan orang banyak?", dan sebagainya.
2. Menyimak dan Bercakap-cakap
Secara langsung komunikasi akan lebih efektif apabila ada pihak pertama dan kedua. Apabila pihak pertama Berbicara maka pihak kedua menjadi penyimak atau sebaliknya. Keterikatan pembkara dalam percakapan biasanya berhubungan erat dengan topik pembicaraan yang aktual. Selain itu, adanya hubungan sosial yang baik atau merasa ada kedekatan di antara mereka. Berikut ini akan disajikan contoh bentuk percakapan.
Fina : "Kak, kamu tahu tentang proses pemanasan global?". Ami : "Maksudnya apa?". Fina : "Itu, cara-cara radiasi matahari ke bumi". Ami : "0 itu, pertama, radiasi matahari memasuki atmosfer bumi. Kemudian, sebagian pancaran yang masuk diserap pancaran yang masuk diserap bumi dan menghangatkannya". Fina : "Lalu, kenapa jadi panas?". Ami : "Saat menerobos, sebagian cahaya dipantulkan baik oleh atmosfer maupun permukaan bumi". Fina : "Ada lagi ...?". Ami : "0, ya ketika kandungan infra merah memasuki atmosfer. Sebagian diserap bumi, namun sebagian sinar infra merah dipantulkan oleh permukaan bumi akibat terjebak oleh efek rumah kaca. Dampaknya, pemanasan terus-menerus terhadap permukaan bumi dan bagian atmosfer terendah." Fina : "Lalu, bagaimana mengatasinya ?". Ami : "Ya sekarang kita harus memakai bahan-bahan alami, jangan yang merusak oksigen, seperti parfum, obat nyamuk semprot, dan banyak lagi lainnya."
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Contoh percakapan tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan percakapan dibutuhkan juga keterampilan menyimak. Untuk dapat bertanya maka kita hams dapat memahami isi pembicaraan. Begitu pula bila kita akan menjawab pertanyaan maka kita hams dapat memahami apa yang ditanyakan °tell si penanya. Berda.sarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Berbicara tidak lepas dengan kegiatan menyimak. Bentuk percakapan pun dapat ditemukan pula pada cerita. Sebagai contoh, silakan Anda baca percakapan pada cerita berikut mi.
3. Menyimak dan Diskusi
 Arena diskusi yang hangat memerlukan kemampuan peserta untuk sating mendengarkan ketika prang lain berpendapat. Cobalah salah satu di antara Anda membacakan dialog berikut in Kemudian, analisislah bahasa dan materi yang menjadi bahan pembicaraan. Diskusikan hash l analisis struktur kalimat dan peragaan intonasi kalimat tanva pant siswa dengan teman- temannya. sehingga diperoleh rumusan karakteristik dialog. Selanjutnya, coba amati dialog-dialog yang tedadi di sekitar siswa, lalu praktikkanlah.
KEGIATAN BELAJAR 2
Keterpaduan Keterampitan Menulis dengan Fokus Berbicara
1 erbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Kegiatan berbicara didukung oleh kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan tertulis baik berupa referensi yang hams dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan secant tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau garis besar. Ma beberapa hat yang hams diperhatikan dalam menulis sebagai persiapan untuk dijadikan bahan pembicaraan di antaranya memilih tema, membuat kerangka, dan mengembangkan paragraf. Berikut ini adalah can memilih tema dan membatasi tema.
A. TEMA YANG MUDAH DIPILIH
1. Pilih yang Dikuasai
Tema terdapat di mana-mana. Namun, yang palinelik yaitu penulis mempunyai pengeta.huan yang memadai tentang tema itu. Biasanya hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan atau sesuatu yang debt dengan penulis. Misalnya, kegiatan yang dilakukan sehari-hari atau hobi yang paling digemari. Salah satu kegiatan atau hobi tersebut dapat dipergunakan. sebagai masalah karangan lengkap dengan latar belakangnya, materi yang ada di dalam masalah itu dan juga kebaikan atau keburukannya. Selain itu, suka duka yang pernah dialami selama menyenangi kegiatan dan hobi itu. Masalah tersebut bisa saja lebih dari satu. Pilihlah satu yang paling mudah dan menarik hati penulis. Menulis perjalanan sendiri lebih mudah daripada perjalanan orang lain karena akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya. Di samping itu, kedangkalan isi dapat dihindarkan karena penulis benar-benar menguasai persoalannya. Kalau penulis seorang olahragawan, cobalah kemukakan hal-hal yang berhubungan dengan olahraga. Demikian pula dengan yang lain-lainnya.
2. Pilih yang Sesuai dengan Keahlian
 Tema yang dijelaskan oleh seorang ahli akan lebih dipercaya oleh pembaca. Oleh karena itu, tema yang sesuai dengan keahlian layak dibahas karena masalah tersebut memerlukan pembahasan dan sesuai dalam bidang yang ditekuni. Hal ini menunjuldcan bahwa bahasan tema itu akan memberikan sumbangan kepada ilmu atau profesi yang ditekuni atau sekurang-kurangnya berguna bagi pengembangan ilmu yang dimiliki. Setiap tema yang ditulis pasti ada manfaatnya bagi pembaca walaupun pembaca pernah berkecimpung lang,sung pada keahlian atau pengalamannya itu. Paling sedikit dapat dijadikan sebagai bahan perbandirigan.
3. Pilih yang Diyakini
Sumber lain yang dapat dijadikan tema tulisan yaitu keyakinan. Setiap orang tentu mempunyai keyakinan mengenai sesuatu, misalnya keyakinan tentang peristiwa alam atau tentang sesuatu yang gaib. Selain memilih tema yang diyakini, bisa juga penulis mengemukakan pendapat atau pandangan mengena sesuatu, misalnya apakah setuju kalau semua lelaki hams pandai memasak? Bagaimana pendapat Anda kalau setiap orang yang mendengarkan radio tetangga atau TV hams dengan bayaran? Dapatkah Anda bayangkan bagaimana keadaan dan bentuk sekon pada tahun 2200 yang akan datang? Atau Anda mungkin dapat menerka keadaan makhluk di Planet Mars berdasarkan pengetahuan serta analisis yang cermat? Semua itu merupakan bahan-bahan yang cukup menarik untuk dijadikan karangan.
4. Pilih yang Bersifat Kritik
 Tema seperti ini berpangkal dari perasaan tida.k puas terhadap suatu kenyataan. Kadang-kadang terbentuk perasaan tidak menyetujui terhadap sesuatu, baik yang ada dalam masyarakat umum atau terbatas. Sasarannya bergantung pada penulisnya sendiri. Ditinjau dari segi teknik mengarang, memilih tema yang bersifat kritik lebih mudah daripada yang lain. Di dalam karangan itu, yang ditonjolkan adalah menyerang kesalahan-kesalahan orang lain. Karangan yang lebih sulit adalah menulis sebuah karangan yang isinya memecahkan problema. Oleh karena itu, menulis kritik kalau tidak disertai pemeca.hannya sering dijuluki dengan mencari-cari kesalahan orang. Untuk menghindari hal itu, dalam kritik hendaknya hams disisipkan pula cara alakadamya yang disebut seleksi pada bagian tersendiri, tezpisah dad kritik-kritik itu. Biasanya pada bagian akhir dari sebuah karangan.
S. Pilih yang Humor
 Setiap orang pernah mengalami hal-hal yang lucu dalam kehidupannya, entah kelucuan orang lain yang diketahuinya, entah yang dialaminya sendiri. Hal itu pun merupakan bahan karangan yang cukup mudah. Penggunaan bahasa sangat berperan dalam penulisan sesuatu yang lucu. Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa yang segar (light), kadang-kadang agak radikal can penyampaiannya dengan maksud supaya humor. Di dalam sebuah cerita humor bukan argumentasi-argumentasi yang logis yang mendominasi isi karangan, tetapi arg,umentasi-argumentasi yang dicari-cari (preposterous). Dengan kata lain, penulis hams sanggup mengombinasikan antara yang benar dengan yang dicari-cari itu. Cerita humor bukan berarti dagelan yang menciptakan pembaca tertawa terpingkal-pingkal, tetapi tulisan yang dapat menciptakan senyum manis pembactni setelah selesai membacanya.
B. CARA MEMBATASI TEMA
Ada dua langkah yang dapat dilakukan dalam rangka membatasi sebuah tema yang telah dipilih sebagai bahan karangan. Lattgkah pertama, mencari dahulu aspek-aspek yang terdapat dalam sebuah masalah. Langkah kedua, ialah mempergunakan judul tunggal dan judul rangkap.
1.       Mencari Aspek Tema
 Sebuah tema yang cukup jelas, dapat langsung dipergunakan sebagai aspek sebuah karangan, asal saja penulisnya mempunyai kemampuan yang cukup luas untuk mengolah masalah itu, terma.suk di dalamnya soal waktu dan pengetahuannya yang menyeluruh tentang hal itu. Tetapi apabila penulisnya hanya memiliki kemampuan terbatas, sebaiknya masalah itu dibata.si. Misalnya, "ujian" dipilih sebagai masalah. Masalah ini cukup banyak aspeknya, di antaranya jenis ujian, cara menghadapi ujian, kiat-kiat menghadapi ujian, tempat ujian, orang yang mengikuti ujian, dan waktu
2.       Menentukan Tujuan
 Dalam beberapa hal, menentukan tujuan merupakan kunci utama. Dad tujuan inilah penjabaran hal-hal lain dapat dilakukan. Masalah tujuan merupakan sumber pelaksanaan terhadap sesuatu. Dalam karangan pun demikian pula, dan tujuan sebenarnya mengarahkan penulis untuk dapat memilih dan membatasi masalah. Apabila tujuan sudah jelas maka kedua hal itu akan mudah ditentukan. Tetapi kadang-Icadang timbul kelainan tuntutan. Sebuah tujuan akan gampang dirumuskan apabila masalah dan pembatasannya sudah dila.kukan. Hal ini dapat terjadi karena masalah tujuan sangat bergantung pada subjektivitas penulisnya. Misalnya, dengan judul "Mengisi waktu luang dengan memancing", apabila penulisnya membenci kegiatan memancing maka tujuannya kemungkinan besar ingin kejelekan pekerjaan tersebut. Sebaliknya apabila ia sangat menggemari dan senang akan pekerjaan itu maka tujuannya ialah menjelaskan kepada orang lain kebaikan dan keuntungan-keuntungan yang napat diambil, sena sanjungan dan anjuran kepada orang lain agar mencintai pekerjaan itu. Atas dasar itu, dapat disusun tujuan mengarang dengan judul di atas sebagai berikut.
General Subject : Mengisi waktu luang Limited Topic : Dengan kegiatan memancing Tujuan : Menjelaskan kebaikan, keuntungan, serta sanjungan dan anjuran melakukan kegiatan memancing untuk mengisi waktu Luang.
Contoh lain. General Subject : Ciri-ciri Khas Kawan yang Baik Tujuan : Menjelaskan bahwa kawan yang baik adalah yang dapat dipercaya, berkepribadian (unselfish) dan setia (Loyal).
3.       Menentukan Sasaran
Menentakan sasaran dalam pengertian siapakah pembaca yang diharapkan oleh penulisnya, erat hubungannya dengan sistem yang akan diperg,unakan pengarang untuk meng,uraikan karangan itu. Apabila rakyat biasa, tidaklah tepat kalau dipergunakan sistem dalam ilmu pengetahuan yang pelik. Akan lebih tepat sistem populer, dalam arti mudah dipahami oleh masyarakat umum. Pembaca sebuah karangan bukan hanya merupakan pasar hasil karangan seorang pengarang, tetapi juga sumber inspirasi dari pendukungnya yang utama. Oleh karena itu, seorang pengarang yang bijaksana pasti selalu memperhatikan pembacanya.
a.       Kerangka karangan
 Kerangka karangan adalah outline sebuah karangan yang sudah diatur secara baik sistematis, lengkap, menyeluruh, mencakup semua hal yang akan dikemukakan, baik urutan, rela.si antara persoalan yang satu dan yang lain di dalam karangan itu maupun lambang dan tanda-tanda pada kerangka dan jenjangnya. Hal itu penting mengingat kerangka itu berperan sebagai berikut.
1) Pedoman pokok dalam mengembangkan sebuah karangan.
 2) Pedoman urgensi setiap masalah yang terdapat di dalam sebuah karangan.
3) Pedoman sistematik bagi daftar isi setelah karangan selesai disusun dan sebagai pedoman kerja bagi pengarang.

h. Langkah-lartgkah menyusun kerangka

1) Catat semua ide Langkah ini segera dilakukan setelah pemilihan dan pembatasan masalah, setelah diberi judul dan penentuan Nuan karangan. Jangan ditunda-tunda kerjalah inspirasi Anda yang mrnitid tentang karangan itu. Jangan terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang lain, seperti urutannya dan penting tidaknya ide-ide itu.
2) Seleksi ide-ide secara tepat Setelah mencatat pokok-pokok pikiran, baru Anda boleh seleksi, mana yang perlu dan tidak perlu untuk dimasukkan dalam karangan itu dan apakah sudah lengkap ataukah masih kurang. Dasar menyeleksi tersebut ialah judul, tujuan karangan, urgent tidaknya ide itu, dan ada tidalrnya pembantu-pembantu lain yang dapat menjelaskan hal-hal itu. Di samping itu panjang pendeknya sebuah karangan turut menentukan seleksi ide.
3) Urutkan ide-ide secara tepat Seleksi ide menjamin ketepatan ide-ide tersebut dengan judul dan tujuan karangan, tetapi belum menjamin bahwa ide-ide itu sudah terurut secara beruntun dan tepat. Kerunutan ide sangat penting agar isi karangan yang terbentuk tidak meloncat-loncat. Di samping itu kerunutan sangat bermanfaat untuk menyusun headirig dan penyusunan kerangka karangan. Oleh karena itu,)Berdasarkan kemungkinan saling menjelaskan. Misalnya, di dalam menjelaskan proses kimia di dalam film Onhochromatic sebagai satu headirig dan Panchromatic juga suatu headirig, tetapi keduanya saling menjelaskan.

c. Pengembangan kerangka karangan
1) Pendahuluan bersifat menjelaskan dan mendorong Usahakan agar kalimat-kalimat utama pada bagian ini memikat hati pembaca sehingga ia ingin lebih banyak mengetahui apa yang diuraikan pada bagian karangan selanjumya. Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kepada pembaca ba.hwa Anda benar-benar mengetahui dan menguasai masalahnya.
2) Batang tubuh sebagai isi karangan Batang tubuh merupakan karangan yang sebenamya. Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan. Bagi sebuah karangan yang pendek, batang tubuh atau body ini bisa terdiri dari beberapa alinea yang dikembangkan dari setiap topik di atasnya, disertai dengan hal-hal spesifik dan bagian-bagiannya sebagai penjelasan. Pada body inilah dipergunakan contoh-contoh, uraian-uraian, persoalan-persoalan yang ada di dalamnya dan pembuktian. Agar pengembangan tidak terputus dan meloncat-loncat, buatlah dahulu kerangka pengembangan yang terperinci. Hal-hal apakah yang akan dikemukakan pada sebuah topik, disusun terlebih dahulu. Sam topik merupakan satu alinea. Bagaimana cara mengembangkan alinea, dapat dilihat pada bagian variasi dan pengembangan alinea.
3) Bagian penutup Ada 3 buah sifat dari bagian penutup in Penama, sebagai rangkuman (=tummy) dari apa-apa yang sudah diuraikan pada batang tubuh. Usahakan agar rangkuman itu tidak dikarang-karang, tetapi benar-benar bertitik tola.k dari apa yang ada di dalam batang tubuh. Rangkuman merupakan pegangan praktis bagi pembaca, terutama pembaca yang agak malas membaca keseluruhan isi karangan. Bentuk lain ialah pernyataan kembali, yang fungsinya meningkatkan kembali akan hal-hal yang sudah dibacanya. Sistem seperti ini sangat praktis, terutama untuk kesimpulan tiap-tiap bagian sebelum pembaca meneruskan kepada bagian selanjutnya. Usahakan agar poin-poin singkat
yang bia.sa menjadi tidak biasa atau lebih menarik untuk diriikmati. Oleh karena itu, penulis narasi hams mampu menulis fakta yang tersedia sesuai dengan topik nara.si yang digarapnya. Rangkaian tindakan yang memadai sebuah narasi tidal: hanya merupakan rangkaian dalam ikatan waktu, tetapi juga merupakan rangkaian tindakan yang terdiri ata.s tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur. Dalam narasi, pembaca disiapkan untak dapat merasakan sebuah proses, membuat pembaca melihat, mendengar, merasakan, dan memahami peristiwa sebagai suatu kesatuan.
a.       Jenis karangan narasi
 Karangan nara.si menurut Gorys Keraf (1983 :136) terbagi menjadi dua jenis, penama narasi ekspositoris, dan kedua narasi sugestif.

1)      Narasi ekspositoris
 Narasi ekspositoris adalah narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi pada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan pan pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Naraskekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu, misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seseorang membuat roti, dan bagaimana membuat nasi goreng yang enak. Semua narasi itu menyampaikan proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan berulang kali. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Misalnya, nara.si mengenai pengalaman seseorang yang pertama kali masuk perguruan tinggi, peristiwa pembunuhan Marsina.h, dan lain sebagainya.


2)      Narasi sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang disusun sedemikian rupa sehingga pan pembaca mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Jenis narasi ini berusaha menyampaikan sebuah makna kepada pan pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Sasaran utama narasi sugestif ini bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Pembaca menarik suatu makna ban di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Suatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatIcan para pembaca dan perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.
b. Perbedaan pokok antara narasi ekspositotis dan narasi sugestif Agar perbedaan antara narasi ekspositon dan narasi sugestif lebih jelas, berikut dikemukakan perbedaan kedua jenis narasi tersebut (Gorys Keraf; 1994 138).
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif Mempeduas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian. amanat yang tersirat. Didasarkan pada penataran untuk Penalaran hanya berfungsi sebagai alat mencapai kesepakatan rasional. untuk menyampaikan makna sehingga Bahasanya lebih condong ke kalau perlu penataran dapat dilanggar. bahasa informatif dengan titik Bahasanya lebih condong ke bahasa berat pada penggunaan kata-kata figuratif dengan menitikberatkan denotatif. penggunaan kata-kata konotatif
Sebuah contoh narasi elaspositoris yang murni adalah narasi mengenai pembuatan kapal. Rasio pembuat kapal akan mengantarkan dan membimbingteknisinya untuk merencanakan bagian-bagian tertentu dari kapal diiringi tindakan-tindakan tertentu yang hams dilakukan sehingga dapat diperoleh sebuah kapal dengan struktur yang kuat dan kekar, dengan muatan sekian bobot mati, dan dapat mengapung secara berimbang bib diluncurkan ke laut. Semuanya memenuhi semua ciri sebuah narasi ekspositoris murni. Sebaliknya cerita fiksi, seperti dongeng, novel, roman, dan cerpen sudah mengandung semua ciri narasi sugestif. Penulis akan mengkhususkan bahasan mengenai karangan narasi sugestif ini dengan hanya membahas karangan narasi sugestif yang berupa ceipen.
Unsur-unsur karangan narasi sugesuf Karangan narasi sugestif yang dalam hal ini cerpen dibang,un oleh beberapa unsur, yaitu tema, alur/plot, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.

1)      Tema
 Tema menurut Stanton dan Kenny dalam buku Tani Pengkajian Fiksi Nurgiyantoro (2000:66) adalah makna, yang dikandung oleh sebuah cerita. Dengan kata lain, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah cerita. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perk memperhatikan beberapa langkah berikut secara cermat.
 a) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.
b) Memahami penokohan dan perwatakan pan pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.
c) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca. d) Memahami alur atau plot yang dibaca.
 e) Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu peristiwa.
 0 Menentukan sikap penyair.
g) Mengidentifikasi tujuan penyair.
h) Menafsirkan tema yang dibaca sena menyimpulkannya dalam satu atau dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.
2)      Plot

Plot atau alur adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh (Kenny, 1996: 95 ). Dalam pengembangan sebuah plot terdapat tiga unsur yang amat esensial, yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks, Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Konflik menerangkan pada pengertian suatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita, yang jib tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, mereka tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Konflik ini terdiri atas tiga jenis, yaitu konflik melawan alam (perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam), konflik antarmanusia (masalah yang muncul akibat adanya hubungan antara manusia), dan konflik batin (konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri). Unsur yang terakhir dalam pengembangan plot adalah klirnakc, yaitu saat konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi. Tarigan (1985:126) mengemukakan alur cerita sebagai berikut. a) Eksposisi, yaitu hal yang paling dasar untuk memperkenalkan pan tokoh pelaku kepada pembaca, mencerminkan situasi pan tokoh, merencanakan konflik yang akan terjadi, dan memberikan indikasi mengenai resolusi. b) Komplikasi, yaitu bagian tengah peristiwa yang bertugas mengembangkan konflik yang berupa hambatan-hambatan, pertentangan, kesukaran yang dialami tokoh utama. c) Resolusi, yaitu bagian akhir suatu cerita yang berisi suatu pemecahan masalah atau penyelesaian dari semua peristiwa yang terjadi. Berdasarkan gerakannya (jalan cerita), alur dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Menurut Tarigan (1986:127) alur berdasarkan geraknya terdiri atas alur lurus (datar), alur sorot batik (flash Back) dan alur campuran. 3) Penokohan atau perwatakan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jela.s tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya lewat hal-hal berikut.
a) Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
b) Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya, maupun can berpakaian.
c) Menunjukkan bagaimana perilakunya.
d) Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentangnya.
 e) Memahami bagaimana jalan pikirannya.
f) Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya.
g) Melihat bagaimana tokoh-tokoh lain berbincang dengannya.
h) Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya.
i) Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

3)      Latar

 Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenakan suatu peristiwa. Latar selalu memiliki hubungan dengan unsur-unsur signifikan lain dalam rangka membang,un totalitas makna serta adanya kesatuan dari keseluruhan isi yang dipaparkan pengarang. Latar selalu memiliki hubungan dengan penokohan, perwatakan, suasana cerita, alur, maupun dalam rangka mewujudkan suatu cerita, dengan penahapan peristiwa, dan dengan alur cerita itu sendiri.
4)      Sudut pandang
Sudut pandang pada haldkatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Macam-macam sudut pandang adalah berikut ini.
a) Sudut pandang persona ketiga: "Dia" (a) "Dia" mahatahu: cerita dikisahkan dari sudut "dia", namun pengarang dapat mineeritakan apa saja yang menyangkut tokoh "dia" tersebut. Narator mengetahui segalanya.
 (b) "Dia" ' terbatas "Dia' sebagai pengamat: pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh raja.
b) Sudut pandang persona pertama : (a) "Alm" tokoh utama: Si "Aku" mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah dalam dirinya sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya.
 (b) "Aku" tokoh tambahan: tokoh "aku" muncul bawl sebagai tokoh utama, melainkan tokoh tambahan. c) Sudut pandang campuran. Pengarang berganti-ganti dari teknik yang saw ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. 6) Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang melalui basil karyanya.
2. Metode Naskah Pidato dan Mempraktildcan

Silakan Anda membaca contoh teks pidato berikut mi. Setelah itu, diskusikanlah hal-hal yang perlu didiskusikan, antara lain (I) apa yang dikemukakan pembicara, (2) bagaimana sistematikanya, (3) bagaimana pilihan kata dan susunan bahasanya, dell) (4) kelebihan dan kekurangan pidato itu. Setelah selesai berdiskusi, cobaMh menyusun teks pidato, kemudian mempraktikkannya sebaik mungkin.
Pidato Sambutan Peringatan !sr° Miraj Nabi Muhammad SAW.
Assalamualaikum w.r w.b. Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati, Bapak Pejabat instansi pemerintahan di lingkungan kecamatan Madiria yang kami hormati, Bapak dan Ibu guru serta para siswa yang kami cintai. Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kenikmatan kepada kita Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, pembela kebenaran, yakni Nabi Muhammad SAW. Hadirin yang berbahagia, mahakuasa Allah SWT, yang telah memperjalankan Nabi Muhammad SAW. Pada suatu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang sekelilingnya sudah diberi berkah untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan menunggangi seekor hewan ajaib, yaitu buroq yang ditemani malaikat. Sungguh suatu mukjizat yang besar yang harus diterima dengan keimanan. Alhamdulillah, buah tangan perjalanan tersebut adalah salat lima waktu. Dengan salat 5 waktu, mudah-mudahan dapat menenangkan hati kita, mendamaikan suasana. Salat adalah pencegah kemungkaran. Hadirin rohimakumultoh, demikian sambutan ini saya sampaikan. Semoga peringatan !sr° Miraj ini menambah keimanan. Terima kasih dan motion maaf apabila ada hat yang kurang berkenaan.
Wassalamuataikum w.r.w.b.

4.       Menulis Naskah
Drama dan Memperagakan Peran Drama Cobalah Anda bergabung dalam kelompok-kelompok kecil, tnasing-masing beranggotakan 3 atau 4 orang. Tiap kelompok, diberi tugas merencanakan dan menuliskan sebuah adegan yang diperankan. Menulis naskah tersebut dapat dilakukan dengan mengubah cerita menjadi naskah drama. Berikut adalah langkah-langkah praktis mengubah cerita menjadi naskah drama.
Pelaku Dialog Mimik ningkah laku Aldi Awas! Awas! Tegang Mengendarai motor dengan kecepatan linggi. Wildan Tolong! Tolong! Menahan rasa sakit. Badannya tersungkur ke trotoar. Si1mi Lihat ada tabrakan! Cepat betikan perlolongan! Terkejut Berleriak-teriak pada orang lain. Aldi Berhenli lunjukkan KTP dan SIM. Kesal Mengulurkan tangan sambil melihat SIM dan KTP. Semua Angkallah ke tempat yang teduh. Terburu-buru Sambil mengangkat korban ke trotoar.
Kemudian, Bacalah contoh naskah drama basil peruhahan dari cerita rakyat.

RANGKUMAN 
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Kehluanya digunakan untuk menyampaikan infommsi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara, dan simbol tertulis dalam menulis. Kegiatan berbicara didukung oleh kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan terculis baik berupa referensi yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disannikannya. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan secara tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau garis besar.

Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Berbicara

ejceterampilan berbicara akan diperoleh secara maksimal apabila pembicara banyak membaca. Berbagai informasi dalam teks dapat dikemukakan kembali secara lisan ketika berbicara dengan orang lain atau siapa pun. Dalam berbicara, orang lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Terkadang, apa yang telah dibaca lupa dibicarakan karpa pertimbangan latar belakang pengetahuan yang belum dipahami ketika membaca.

A.      BERBAGAI KEGIATAN KETERPADUAN MEMBACA DENGAN FOKUS BERBICARA

Berikut ini ada beberapa kegiatan yang dapat dipadukan antara keterampilan membaca dengan keterampilan berbicara, misalnya membaca puisi diikuti kegiatan berbicara tentang tema puisi, perasaan, amanat, nada, dan suasana. Lalu, membaca dongeng disertai berbicara tentang tema, amanat, tokoh, karakter, alur, sudut pandang, dan latar.
1.       Membaca Puisi dan Berbicara tentang Tema Puisi, Perasaart, Amanat, Nada, dan Suasana
Pembelajaran kosakata selalu dipadukan dengan keterampilan berbahasa. Untuk mengajarkan nakata (kata-kata baru), bacalah sebuah puisi, kemudian tanggapi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar tema, perasaan, amanat, nada, dan suasana. Setelah itu, kata-kata yang disiapkan untuk diajarkan dibicarakan atau didiskusikan maknanya, sinonimnya (kalau ada), dan sebagainya. Kemudian siswa diminta menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat secara tertulis. Sebagai latihan, bacalah puisi berikut mi.
Senja di Pelabuhan Kecil Chain( Anwar

hi kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir lari berenang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah, air, tidur, hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung, sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bias terdekap
Pahlawan Tak Dikenal Karya Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur sayang Sebuah peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tak ingat bilamana ia datang Kedua lengannya memeluk senapan Dia tidak tahu untuk apa dia datang Kemudian, dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga Tapi yang tampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda
Guruku
Ibu guruku manis sekali Menyambutku di pagi berseri Hatiku senang Perasaanku tenang
ibu guruku lembut sekati Mengajarku mengenal dirii Membukakan pintu hati Agar aku menjadi Anak cerdas dan berbudi
Padamu Ibu Guru aku berterima kasih Dalam hati aku berjanji Nasihatmu akan kuturuti Perintahmu akan kupatuhi limumu akan aku pelajari
Semoga jadilah aku Anak berguna Untuk bangsa dan tanah airku Di kemudian had
Dad kumpulan sajak, Aku Tunas Bangs° Indonesia
Setelah Anda membaca dua puisi tersebut, diskusikan pembacaan puisi tadi dengan temanmu! Berilah tanggapan mengenai hal-hal berikut mi. I. Gaya bahasa yang terdapat pada puisi tersebut! 2. Makna yang terdapat dalam puWersebut! 3. Tema, perasaan, nada, sikap, dan amanat! 4. Pilih kata yang digunakan dalam puisi tersebut!
2. Membaca Cerita dan Berbicara tentang Tema, Amanat, Tokoh, Karakter, Alur, Sudut Pandang, dan Latar Berbicara tentang sebuah tema, amanat, tokoh karakter, alur, sudut pandang, dan latar cerita biasanya tidak mungkin dapat dilaksanakan jika kita belum membaca cerita tersebut. Untuk itu, Setelah membaca cerita atau tulisan-tulisan yang lain di luar kelas, dan membicarakan ringkasan basil bacaan masing-masing maka kita mengapresiasi cerita tersebut. Dengan can-cara itu terjadi pemaduan antara membaca dan bercerita. Sebagai latihan bacalah cerpen berikut.
Dewasa thi kerusakan lingkungan tergolong masalah gawat dalam kehidupan umat manusia baik pada tingkat global, nasional maupun lokal. Sejak era pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi pada dasawarsa pertama (tahun 1950-an) dianggap gagal tidak hanya menyejahterakan masyarakat secara berkeadilan juga dalam membangun keseimbangan hidup manusia dengan lingkungannya maka setelah itu (era dasawarsa 1960-an), perhatian terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup semakin besar dan meluas. Sejak konferensi PBB di Stockholm tahun 1972, masyarakat dunia membangun kesadaran baru untuk menyelamatkan jagat raya ini dad kehancuran. Secara radikal bahkan Club of Rome menawarkan The Limits to Growth sebagai antitesis terhadap strategi dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang membawa kerusakan lingkungan. Sejak itu di berbagai belahan dunia, dimulai dad negara-negara maju, kemudian di negara berkembang dilakukan berbagai perubahan orientasi dan paradigma kebijakan pembangunan. Negara-negara maju tentu memiliki peluang lebih besar dalam penyelamatan lingkungan ketimbang negara-negara berkembang yang dililit banyak persoalan krusial. Pemerintah Amerika Serikat misalnya, mengambil langkah awal yang tegas dengan menerbitkan Undang-undang NEPA (National Environment Policy Act) pada tahun 1969, yang memancang tujuan utama, yaitu:
1. mengutamakan suatu kebijakan nasional yang meningkatkan terwujudnya harmoni yang produktif dan menyenangkan antara manusia dan lingkungannya;
2. untuk menggairahkan usaha pencegahan serta pengendalian kerusakan lingkungan hidup serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia;
3. meningkatkan sating pengertian mengenai penti nya keserasian ekologi dan sumber daya alam bagi manusia;
4. mendirikan Dewan Kualitas Lingkungan (Council for Environmental Quality).
Sejak tahun 1970-an, setiap negara menerapkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan, antara lain merancang komitmen untuk pelestarian atau penyelamatan lingkungan. Berbagai kebijakan di tingkat teknis bahkan dilakukan di setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Kementerian lingkungan hidup diadakan dengan berbagai fungsi yang operasional, sementara gerakan-gerakan masyarakat sebagaimana dilakukan LSM bermunculan yang di antaranya banyak bergerak di bidang lingkungan hidup. Gerakan LSM bahkan demikian gencarnya dalam melakukan advokasi dan penyelamatan lingkungan sehingga sering dikatakan sebagai era generasi ketiga dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap memberikan peluang pada eksploitasi alam sekaligus memobilisasi potensi masyarakat setempat untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Namun demikian, kerusakan lingkungan ternyata terus meluas dengan derajat kualitas yang makin tinggi sehingga dituntut untuk adanya tindakan-tindakan yang lebih radikal dalam menyelamatkan lingkungan hidup yang melibatkan semua pihak di setiap negara dan masyarakat luas. Kerusakan lingkungan, seperti tanah, air, topografi, iklim, dan sumber daya alam berlangsung serentak dengan kerusakan lingkungan biologis, seperti flora dan fauna. Akibat kerusakan lingkungan tersebut pada akhirnya kembali pada manusia, dan perilaku manusia yang buruk pada akhirnya memunculkan kembali beban lingkungan yang semakin rusak (environment over stress). Kerusakan lingkungan yang meningkatkan itu tampaknya karena industrialisasi yang semakin gencar, selain karena faktor-faktor lain, terdapat korelasi yang kuat bahwa industrialisasi membawa dampak kerusakan lingkungan. Persoalan tersebut bukanlah sekadar kesalahan strategi, tetapi juga menyangkut persoalan paradigma industrialisasi yang melekat dalam alam pikiran modernisasi yang serba pragmatis. Dalam teori kebudayaan diketahui bahwa masyarakat modern memiliki nilai-nilai sosial budaya yang berorientasi pada eksploitasi alam. Orang modern cenderung berpikir dan bertindak secara fungsional sehingga tidak jarang mengabaikan keharmonisan dan keseimbangan. Oleh karena itu, betapa pun banyak perangkat teknis disediakan untuk mengendalikan proses pembangunan atau industrialisasi hasil akhirnya tetap sama, yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan bukan lagi menjadi dampak dari pembangunan industri atau kebijakan tertentu, tetapi melekat dalam paradigma dad pembangunan tersebut, yang tidak terpisahkan dan 1f3m berpikir manusia modern yang serba eksploitatif. Masyarakat modern yang cenderung pragmatis, yang selalu berorientasi pada nilai kegunaan dan keuntungan seluas-luasnya, merupakan sumber masalah yang potensial dad banyak krisis dalam kehidupan ini, termasuk krisis lingkungan karena semua hal dalam hidup ini didekati secara fungsional. Akibat yang lebih jauh, manusia modern lebih-lebih dengan dukungan teknologi yang canggih dan surplus keuangan yang berlimpah akan dengan tega hati melakukan apa pun demi meraih keuntungan dan keberhasilan dari setiap kebijakan atau usaha yang tengah dilakukan. Dalam alam pikiran dan sikap hidup yang fungsional semacam itu maka alam atau lingkungan tidak lebih sekadar objek mati yang boleh dieksploitasi sekehendak hati, bila ia pedu dengan berbagai manipulasi kebijakan. Alam hanyalah objek penderita, bukan sesuatu yang memiliki daya hidup. Akibatnya, manusia dengan mudah dan tanpa perasaan bersalah dapat memperlakukan alam secara sewenang-wenang.
Oleh karena sumber masalah berasal dan paradigma atau alam pikiran yang serba pragmatis atau fungsional (orientasi nilai guna dan kepentingan) maka kerusakan lingkungan sering kali tidak disadari oleh manusia sendiri. Kalaupun di sadari sebagai suatu kesalahan sering sekadar dianggap sebagai dampak samping semata-mata, bukan karena kesalahan dalam rancang bangun pemikiran dan kebijakan yang melandasi kebijakan itu. Dalam kondisi semacam itu, muncul logika membangun untuk merusak, sebagaimana sindiran kitab suci, yaitu "Dan bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" (Q.S. Al-Baqarah:11). Kerusakan lingkungan selain karena alam pikiran yang cenderung eksploitatif juga karena kondisi masyarakat yang mengalami kemiskinan atau kesenjangan, kemudian secara terpaksa terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang berdampak pada kerusakan lingkungan baik lingkungan fisik maupun biologis. Memang orang miskin akan merusak alam secara terbatas yang tentu saja tidak begitu sebandirig dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh proses industrialisasi dan keserakahan masyarakat kapitalis sebagaimana pendekatan strukturalis, namun hat itu memberi saham bagi akumulasi kerusakan lingkungan. Jika pada masyarakat modern kelas menengah ke atas kecenderungan pengrusakan lingkungan terjadi karena surplus dan sikap eksploitatif maka pada masyarakat substansi proses kerusakan itu karena serba kekurangan baik dalam pengetahuan maupun fasilitas hidup yang pada akhirnya merusak alam. Kerusakan hutan di Indonesia misalnya, terjadi karena sejuiniah faktor, yaitu: 1. sistem perladangan yang berpindah-pindah; 2. penebangan kayu oleh rakyat untuk mata pencaharian;ri 3. penebangan kayu untuk dijadikan energi baik untuk kepentingan sendiri maupun perdagangan; 4. penebangan secara modern dan besar-besaran oleh pengusaha kayu (M.T. Zen, 1979).
Selain pada tataran pemikiran berupa perubahan paradigma alam pemikiran dalam memandang keberadaan alam raya, juga diperlukan perubahan paradigma dalam aksi gerakan di berbagai tingkatan kehidupan. Maka, kini diperlukan gerakan simultan atau menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak dan institutional yang kuat termasuk perangkat hukum selain perangkat sosial untuk penyelamatan lingkungan. Dalam hat in harus ada gerakan di 3 level, yaitu struktural, institutional, dan kultural. Pada tingkat struktural diperlukan kebijakan-kebijakan radikal untuk penyelamatan lingkungan termasuk mengubah orientasi kebijakan

KEGIATAN BELAJAR 1

Keterpaduan Keterampilan Berbahasa dengan Fokus MenuLis

cirelah dikemukakan sebelum Mi bahwa dalam kom asi sesungguhnya sangat jarang suatu jenis keterampilan berbahasa digunakan secara terpisah dari keterampilan berbahasa jenis lainnya. Demikian juga keterampilan menulis, dalam komunikasi yang sesungguhnya mungkin saja digunakan sehubungan dengan pemakaian jenis keterampilan berbahasa lainnya. Berikut ini sebagai contoh akan disajikan kemungkinan situasi dan aktivitas berbahasa yang menggunakan keterampilan menyimak secara terpadu dengan menulis, Anda dapat memathatkan keterampilan menyimak untuk berlatih menulis atau melakukan aktivitas menulis yang sesungguhnya.

A.      MENDENGARKAN NYANYIAN DAN AKTIVITAS MENULIS

Nyanyian yang merdu dapat menggugah perhatian siapa pun untuk mendengarkannya. Di antara lagu-lagu yang kita dengar, ada yang menggugah perasaan kita. Perasaan yang timbul dapat saja berbeda-beda ketika mendengarkan lagu yang berbeda. Perasaan yang muncul mungkin berupa rasa gembira, terharu, rindu atau justru menimbulkan rasa sedih, jengkel, dan bahkan rasa marah. Sebagai contoh, coba Anda putar kaset atau CD yang memuat Nyanyian twan Fals berikut mi.
HADAPI SAJA
Retakan yang terjadi takkan kembati la sudah mitik-Nya bukan mitik kita tagi Tak perk' menangis tak pertu bersedih Tak pertu tak pertu sedu sedan itu Hadapi saja
Pasrah pada Illahi hanya itu yang kita bisa Ambit hikmahnya ambit indahnya Cobalah menari cobalah bernyanyi Cobalah-cobatah mutai detik ini Hadapi saja
Hilang memang hilang wajahnya terus terbayang Berjumpa di mimpi Kau ajak aku untuk menari, bernyanyi Bersama bidadari malaikat dan penghuni surga
Hilang memang hilang wajahnya terus terbayang Berjumpa di mimpi Kau ajak aku untuk menari, bernyanyi Bersama bidadari malaikat dan penghuni surga
La liaahaillallooh Relakan yang terjadi takkan kembali la sudah miliknya bukan milik kita lagi
Pasrah pada 11.12hi hanya itu yang kita bisa Ambit hikmahnya ambit indahnya Tak perlu menangis tak perk! bersedih Tak perlu tak perlu sedu sedan itu Hadapi saja
Cobalah menari cobalah bernyanyi Cobalah-cobalah mulai detik ini Hadapi saja
(Oleh: lwan Fats)
Perasaan apa yang muncul dalam diri Anda? Coba Anda tuliskan pada selembar kertas. Apakah Anda merasa sedih? Tuliskan mengapa Anda merasa sedih setelah mendengar lagu itu. Apakah Anda merasa tak berdaya lalu pasrah? Kalau demikian, coba Anda tuliskan mengapa Anda merasakan demikian. Lagu di atas tidak hanya nikmat didengar, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur kemanusiaan, keindahan, kasih sayang, dan nilai-nilai keimanan. Apabila nyanyian itu kita dengar setelah mendengarkan berita musibah yang menimpa saudara-saudara kita di berbagai pelosok tanah air melalui radio atau televisi, misalnya musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita di Aceh pada 26 Desember 2004, pemahaman dan penghayatan kita terhadap lagu "Hadapi Saja" akan semakin kuat. Anda akan merasakan ketidakberdayaan sebagai manusia, kepasrahan terhadap Illahi, dan dorongan untuk tetap tegar.
Selain itu, lagu tersebut mungkin pula mencuatkan ide Anda atau orang tertentu untuk menulis sebuah puisi, cerita pendek ataupun sebuah tulisan (script) untuk sebuah drama, sinetron, film layar Inbar atau menimbulkan ide untuk menulis sebuah artikel kerohanian. Ide menulis apa yang muncul dalam pikiran Anda? Ide menulis apa pun yang muncul dalam did Anda atau dalam did siapa pun adalah merupakan evident (bukti) bahwa ada kaitan antara aktivitas mendengarkan dengan menulis. Paling tidak, sesuatu yang kita dengar dapat menjadi ide bagi kita dalam menulis. Sebelum Anda merealisasikan ide Anda untuk menulis sesuatu setelah mendengarkan lagu Hadapi Saja yang dibawakan lwan Pals, cobalah Anda tulis kembali lagu tersebut dalam wujud esai. Dengan kata lain, coba Anda ceritakan secara tertulis isi lagu tersebut. Dalam menuliskan kembali isi lagu tersebut dengan menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat Anda sendiri, Anda dapat saja mengaitkannya dengan konteks-konteks tertentu, misalnya musibah yang menimpa orang-orang yang Anda kenal atau mungkin justru musibah yang dialami penyanyinya. Sebagai penuntun bagi Anda dalam menulis kembali nyanyian menjadi sebuah esai, Anda dapat menggunakan beberapa pertanyaan sebagai berikut.


PERAHU RETAK
Perahu negeriku Perahu bangsaku Menyusuri gelombang Semangat rakyatku Kibar benderaku Menyeruak lautan Langit membentang cakrawala di depan Melambaikan tantangan
Di atas tanahku Dan i dalam airku Tumbuh kebahagiaan Di sawah kampungku Di jalan kotaku Terbit kesejahteraan
Tapi kuheran di tengah perjalanan Muncultah ketimpangan
Aku heran, aku heran Yang salah dipertahankan Aku heran, aku heran Yang benar disingkirkan
Perahu negeriku, perahu bangsaku Jangan retak diridirigmu, semangat rakyatku Derap kaki tekadku, jangan terantuk batu
Tanah pertiwi anugerah Ittahi Jangan ambit sendiri Tanah pertiwi anugerah Ittahi Jangan makan sendiri
Aku heran, aku heran Satu kenyang seribu ketaparan Aku heran, aku heran Keserakahan diagungkan
Aku heran, aku heran Yang salah dipertahankan Aku heran, aku heran Yang benar disingkirkan
(Franky Sahilatua)

Setelah Anda mendengarkan lagu tersebut, cobalah Anda jawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara teriniis pada selembar kertas.
 I. Peristiwa apa yang diceritakan oleh penyanyi/penulis lagu melalui link clan musik yang Anda dengar?
2. Siapa yang mengalaminya?
3. Bagaimana reevansinya dengan kehidupan nyata dalam masyarakat/negara?
 4. Bagaimana sikap penyanyi/penulis lagu/penata musik? Pesan-pesan apa yang mereka sampaikan untuk pan pendengar?
5. Bagaimana pula sikap Anda selanjumya?
Setelah mendengar lagu tersebut dan menjaveab secara ten-ulis penanyaan-pertanyaan, mungkin Anda semakin peka dengan masalah-masalah kehidupan, pemerintahan, hukum yang berlangsung di sekeliling Anda atau di negara Republik Indonesia tercinta mi. Mungkin timbul idea Anda untuk menulis sebuah artikel untuk dimuat di koran atau sekadar surat pembaca dengan maksud menyumbangkan pemikiran Anda dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis, pemerintahan, dan masalah hukum yang Anda rasakan berjalan "pincang”. Realisasikan ide Anda itu dengan menulis dan menulis.

B. MENDENGARKAN CERITA DAN AKTIVTTAS MENULIS
Pernahkah Anda mendengarkan dongeng berikut ini menjelang tidur pada masa Anda masih kanak-kanak?
Anak Durhaka
Di suatu kampung, hiduplah seorang wanita dan anaknya. Anaknya itu bernama Malin Kundang. Mereka sangat miskin. Malin Kundang sangat disayangi ibunya. lbunya bekerja keras untuk dapat menyediakan makanan bagi anaknya itu. Setiap hari ibu Malin Kundang mencari kayu bakar di hutan. Kayu bakar itu dijualnya di pasar. Uangnya dipakai untuk membeli makanan untuk Malin Kundang. Tidak terasa Malin Kundang sudah menjadi remaja. la minta izin kepada ibunya untuk merantau. lbunya mengizinkannya. Malin Kundang pun berlayarlah dengan menumpang sebuah kapal dagang. Tahun demi tahun berganti, tidak ada kabar dad Malin Kundang. lbunya menangis setiap hail. la sangat merindukan anaknya. Doa-doa kepada Tuhan terus dipanjatkan. lbunya memohon kepada Tuhan agar anaknya selamat dan dilimpahi rahmat. Suatu pagi terdengar berita. Malin Kundang akan pulang. trlian datang dengan istrinya menggunakan kapal. Kapal itu miliknya senchti. lbu Malin Kundang pun siap-siap untuk menyambut anaknya. Semua makanan kesukaan Malin Kundang sewaktu kecil dulu dimasaknya. Setelah selesai masak, ibu Malin Kundang segera ke pelabuhan. Berjam-jam ia berdiri di sana. Akhirnya, sebuah kapal yang indah merapat di pelabuhan. Kemudian, tampak Malin Kundang dan istrinya keluar dad kapal. Mereka berpakaian sangat indah. Perhiasan emas dan berlian tampak berkilauan di jar, pergelangan tangan, dan leher mereka. lbu Malin Kundang langsung berlari ke arah anaknya. la pun memeluk erat anaknya. Sambil bercucuran air mata diciuminya anak kesayangannya itu. Melihat itu, istri Malin Kundang bertanya, "Siapakah orang miskin ini Kakanda? Apakah wanita yang berpakaian compang-camping ini ibu Kakanda?" Mendengar itu, Malin Kundang mendorong lbunya sampai terjatuh. la pun berkata, 'Dma bukan ibuku, tapi seorang pengemis yang mau minta sedekah. lbuku sudah mati." Sambil berkata begitu, Malin Kundang menarik istrinya kembali ke kapal. lbunya menjerit-jerit memanggil namanya, "Malin, Malin, aku ibumu. Ini ibumu, Nak." Malin Kundang menoleh dan berkata dengan keras, "I-lei pengemis, ibuku sudah mati. Orang tuaku kaya raya, bukan miskin dan hina sepertimu." Malin Kundang pun segera memerintahkan agar kapal segera berangkat. Kapal pun bergerak menjauhi pelabuhan. Di pelabuhan tampak ibu Malin Kundang berlinang air mata. la menengadahkan kedua tangannya ke atas. "Ya Allah, apabila lelaki tadi bukan anakku tolong selamatkan Ia. Tapi, apabila dia adalah anakku, yang telah aku lahirkan dan aku rawat dad kecil maka berilah dia hukuman." Tak lama kemudian, angin bertiup sangat kencang sampai memiringkan kapal yang sudah menjauhi pelabuhan. Gelombang taut pun bergulung-gulung memukul kapal. Guruh dan petir pun datang menyambar. Akhirnya, kapal pun tenggelam. Tampak dari kejauhan Malin Kundang menggapai-gapai dan berteriak minta tolong. "Ibu tolong aku."
(Dladaptasi dad Malin Kundang Anal< Durhako, merupakan dongeng yang berme dad daerah Sumatera Barat)

Dongeng tersebut pada mulanya dituturkan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka menjelang tidur, pada masa televisi belum dikenal, bahasa tulis belum memasyarakat. Saat ini, dongeng yang didengarkan oleh anak-anak "zaman dahulu" berulang-ulang menjelang tidur itu telah ditulis dan disajikan dalam buku-buku kumpulan dongeng. Tidak hanya sampai demikian, dongeng itu kini telah ditulis dalam wujud script film oleh Zara Zettira ZR dan telah ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi (Kontpas, 16 Januari 2005). Sekali lagi, ini merupakan bukti ahwa aktivitas menulis ada kaitarmya dengan aktivitas mendengar. Kemudian, Anda paling tidal( sesekali mendengar (menonton) cerita yang ditayangkan di televisi. Kadang-kadang Anda tidak menyukai alur ceritanya yang terlalu mengada-ada atau mungkin monoton. Mungkin juga jalan ceritanya atau dialognya melanggar norma-norma yang berlaku. Anda risau, jengkel, mungkin marah. Apabila demikian, cobalah Anda tuliskan apa-apa yang Anda rasakan itu dan lengkapi dengan pikiran-pikiran Anda yang muncul sehubungan dengan masalah itu. Bila perlu, kutiplah beberapa hash l penelitian (teed) yang relevan. Setelah semua itu Anda catat (tulis), cobalah Anda rangkaikan, atur urutan-urutan penyajian masalah dan buah pikiran Anda serta teori-teori yang relevan itu sehingga mudah dipahami dan enak dibaca. Setelah selesai Anda urutkan tulisannya, baca kembali. Mungkin ada rangkaian kalimat yang perlu Anda ubah susunannya, mungkin ada kata-kata yang perlu diganti dengan yang lebih tepat, mungkin pula Anda perlu membubuhi tanda baca tertentu atau memperbaiki ejaannya. Setelah dibaca berulang-ulang tulisan Anda yang berisi kritikan atau mungkin resensi itu serta telah Anda perbaiki lalu mintalah teman-teman Anda membacanya. Minta mereka memberikan saran-saran. Perbaiki lagi tulisan Anda apabila ada saran-saran yang Anda ra.sakan tepat dad teman-teman Anda im. Setelah itu, kirimkan ke koran atau majalah yang
tepat, yang biasa memuat resensi atau kritikan film. Apabila tidak dimuat oleh koran atau majalah yang dimaksud, Anda tidak perlu sedih karena sebetulnya keterampilan menulis yang Anda miliki semakin bagus. Cerita yang berkualitas buruk yang Anda dengar telah menggugah Anda untuk menulis. Lalu, Anda pun berlatih menulis.

B.      MENDENGARBAN DIALOG MENGENAL SUATU TOPIUK DAN AWITiFITAS MENULIS

Di suatu malam, ketika Anda selesai membaca suatu buku dan mengerjakan berbagai tugas, Anda pun duduk di depan televisi. Ada sebuah dialog yang menarik perhatian Anda. Topik dialog itu adalah Perlu Tidahtya Pelajaran Agama Disajikan di Sekolah. Tentu saja texjadi pro dan kontra dalam dialog itu karena stasiun televisi itu sengaja memilih pembicaranya dari kalangan yang berbeda, yang pro dan kontra terhadap penyajian pelajaran agama di sekolah. Setelah Anda mendengarkan dialog tersebut selama satu jam, melalui pikiran-pikiran Anda berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang Anda miliki, Anda akan memposisikan diri i pada pihak yang pro atau kontra terhadap pendidikan agama di sekolah. Mungkin pula muncul pikiran-pildran baru mengenai topik tersebut setelah Anda selesai mendengarkan dialog itu. Pikiran-pikiran Anda itu akan semakin jelas setelah Anda tuangkan secara tertulis pada berlembar-lembar kertas. Pikiran-pikiran Anda yang telah dituangkan secara tertulis dalam lembaran-lembaran kertas lepas itu dapat Anda urutkan secara logis, diperbaiki kalimatnya, dipilih kata-kata yang lebih tepat, dilengkapi dengan beberapa hasil penelitian, teori atau sekadar pengalaman-pengalaman individu dan masyarakat. Akhirnya, Anda lengkapi tulisan tersebut dengan sebuah judul, terwujudlah sebuah artikel yang kritis dan slap dikirimkan ke koran untuk dimuat. Tulisan itu dapat pula Anda rangkai menurut format yang ditawarkan oleh jurnal-jumal ilmiah, antara lain dimulai dengan pendahuluan (latar belakang ma.salah, tujuan penulisan, metode), kemudian diikuti dengan pemaparan isi dan pembahasan, selanjutnya diakhiri dengan suatu kesimpulan dan saran atau sekadar penutup, serta dilengkapi dengan sebuah daftar pustaka. Apabila demikian, tulisan Anda slap dikirimkan ke jurnal-jurnal yang relevan. Di pihak lain, ada piña dialog-dialog dalam wujud drama dan film yang Anda dengar (tonton) melalui televisi dan layar lebar. Dialog-dialog itu semula berwujud tulisan (script). Dialog-dialog dalam wujud tulisan itu dihafal oleh para pemain drama dan film. Kemudian, dialog-dialog yang telah dihafal itu disajikan di pentas atau direkam dengan kamen, kemudian ditayangkan melalui televisi dan layar lebar. Tentu saja, dialog-dialog dalam drama dan film yang semulanya dipersiapkan secara tertulis itu diperkaya dengan gerak, mimik, dekorasi, dan musik ketika disajikan secara utuh benvujud drama penta.s atau cerita film yang ditayangkan melalui televisi atau layar lebar.

C.      MENULIS CATATAN DARI SUATU KULIAH DAN DISKUSI

Ketika mengikuti suatu tutorial atau kuliah, Anda perlu membuat catatan-catatan. Apakah Anda hams menuliskan semua yang Anda dengar dad tutorial atau kuliah tersebut? Jika hams demikian, Anda pasti tidak dapat menulis secepat dosen Anda berbicara. Selain itu, bila Anda hams menuliskan semua yang diucapkan oleh dosen Anda, tenth Anda akan sulit menangkap seluruh pesan (makna) yang disampaikan oleh pembicara karena beberapa hal berikut ini.
 I. Anda tidak berkonsentrasi pada makna yang disampaikan pembicara karena Anda sibuk berkonsenpisi pada bunyi-bunyi yang hams disalin menjadi rangkaian hunt;
2. Makna sering kali disampaikan piña melalui gerak dan mimik pembicara, sedangkan Anda sibuk dengan rangkaian huruf yang Anda tulis;
3. Sering kali Anda perlu berpikir, membuat inferensi-inferensi, dalam menangkap makna dari suatu peristiwa ujaran.
Sempatkah Anda berpikir ketika sibuk menyalin bunyi-bunyi yang Anda dengar menjadi rangkaian hunt? Tampaknya kita memerlukan strategi dalam menulis catatan kuliah. Pertama, kita hams berkonsentrasi mendengarkan materi kuliah atau tutorial agar kita dapat menangkap seluruh materi yang disampaikan. Kedua, kita hanya perlu mencatat materi-materi penting dalam wujud kata-kata kunci atau frase-frase. Ketiga, catatan yang hanya berupa kata-kata kunci atau frase-frase tersebut dikembangkan menjadi catatan kuliah yang lengkap setelah kuliah atau tutorial usai. Catatan materi kuliah atau tutorial yang Anda buat dalam wujud kata-kata kunci atau frase-frase hendaknya segera Anda kembangkan menjadi sebuah catatan kuliah yang lengkap segera setelah selesai kuliah. Langkah yang dapat Anda tempuh adalah sebagai berikut.

1. Melengkapi catatan kuliah atau tutorial melalui rekonstruksi terhadap materi kuliah yang masih tersimpan dalam memori Anda. Dengan dibantu kata-kata kunci atau frase-frase yang sudah Anda catat, Anda berupaya mengingat-ingat kembali mated- mated yang disampaikan dosen/tutor dalam perkuliahan/tutorial di kelas. Kemudian, Anda pun dapat menyempurnakan catatan kuliah Anda dengan mengembangkan Icata-kata kunci atau frase-frase menjadi kalimat-kalimat dan bahkan berupa paragaf- paragraf
2. Setelah Anda melengkapi catatan kuliah Anda dengan cara mengingat-ingat kembali apa yang Anda dengar dalam perkuliahan, Anda perlu mempertajam pema.haman Anda mengenai materi perkuliahan melalui diskusi kelompok dengan teman-teman Anda. Catatan yang telah Anda buat dapat menjadi sumber topik atau bahan diskusi. Melalui diskusi kelompok tersebut, Anda akan memperoleh pemikiran-pemikiran kritis dari teman-teman Anda guna memperkaya pemikiran Anda sendiri. Selanjutnya, basil diskusi dapat Anda jadikan sebagai masukan untuk melengkapi catatan kuliah Anda. Selain itu, mungkin saja ada bagian-bagian mated perkuliahan/tutorial yang tida tercatat sebelumnya. Melalui diskusi kelompok yang Anda adakan dengan teman-teman sekelas Anda, materi-materi tersebut dapat diingat kembali dan catatan Anda dapat dilengkapi.

RANGKUMAN 

Dalam komunikasi yang sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang aktivitas menulis dilakukan setelaynclidahului oleh aktivitas-aktivitas mendengarkan. Banyak hal dari didengar dapat mendorong seseorang untuk menulis. Misalnya, seorang penulis tergerak untuk menulis sesuatu setelah mendengarkan suatu lantunan lagu, mendengarkan suatu cerita, mendengarkan suatu dialog atau setelah menghadiri suatu kuliah atau diskusi. Oleh karena itu, kita perlu mengintegrasikan latihan-latihan menulis dengan aktivitas-aktivitas berbahasa lainnya, antara lain dengan aktivitas menyimak. Jadi, Idta dapat melakukan latihan menulis setelah mendengarkan suatu nyanyian, cerita, dialog berkenaan suatu masalah, dan melakukan latihan menulis setelah mengikuti suatu kuliah tutorial atau setelah aktif dalam suatu diskusi.
       KEG IATAN BELAJAR 2

Keterpaduan Keterampitan Berbickiya dengan Fokus Menulis

seperti telah disinggung pada Kegiatan Belajar 1, dalam komunikasi yang sesungguhnya keterampilan menulis sering digunakan secara terintegrasi dengan keterampilan lainnya. Misalnya, dalam suatu diskusi para pembicara biasa menuliskan lebih dulu materi pokok yang akan dibicarakan, mungkin dalam bentuk makalah (dalam sebuah seminar) atau sekadar catatan peng,ingat yang berisi daftar topik. Contoh lain, dalam melakukan wawancara .seseorang sering menyiapkan daftar pertanyaan secara tertulis, kemudian disampaikan secara lisan dan menulis catatan-catatan mengenai jawaban yang diberikan oleh lawan bicara (yang diwawancarai).

A. BERDISICUSI DAN AKTIVITAS MENULIS
Berdiskusi yang dimaksudkan di sini bukan hanya berupa seminar, simposium, dan rapat yang memerlukan penulisan makalah atau rencana rapat terlebih dulu. Berdiskusi yang dimaksudkan di sini termasuk pula suatu diskusi kelompok yang diadakan dengan tujuan mempertajam isi suatu tulisan yang sedang digarap. Seorang penulis dapat mengomunikasikan rencana awal suatu tulisan atau sebuah tulisan utuh dalam suatu diskusi gunamendapatkan masukan-masukan dari pan anggota yang terlibat dalam diskusi tersebut. Tentu saja, idealnya yang terlibat dalam diskusi tersebut adalah orang-orang yang dianggap memahami dengan baik topik yang sedang ditulis serta ada pula yang mewakili calon pembaca yang menjadi .sasaran. Dalam diskusi kelompok yang diselenggarakan dengan maksud seperti di atas, penulis perlu mengemukakan rencana tulisannya atau tulisannya secara utuh kepada pan peserta diskusi. Setelah itu, penulis slap menerima masukan dan kritikan yang membangun dari seluruh peserta diskusi. Memang, aktivitas diskusi kelompok yang diselenggarakan guna mendapat masukan-ma.sukan dari peserta dalam rangka penyempurnaan suatu tulisan agak mirip f-ungsinya dengan aktivitas seminar proposal. Seminar proposal yang diikuti oleh para mahasiswa di perguruan tinggi juga diadakan guna mendapat masukan-masukan dari konsultan/pembimbing/promotor untuk penyempumaan proposal. Bahican, kadang-kadang setelah seminar proposal itu selesai diselenggarakan, si penulis proposal hams mengganti proposalnya itu dengan yang sama sekali baru. Ada pula proposal penelitian yang ditulis dengan maksud mendapatkan dukungan dana dari pihak-pihak tertentu. Proposal seperti ini disampaikan dalam suatu seminar yang dihadiri oleh pihak calon penyandang dana. Nah, dari uraian tersebut tampak sekali bahwa adakalanya kita perlu menulis untuk berdiskusi (misalnya dalam seminar), clan kadang-kadang kita perlu berdiskusi untuk menulis dengan baik.

B.      MELAKURAN WAWANCARA DAN MENULIS LAPORAN

Sering kali guna memperoleh data yang diperlukan, kita (mungkin sebagai wartawan atau peneliti) perlu melakukan wawancara ke berbagai sumber. Sebelum wawancara dilakukan, kita perlu menulis pedoman wawancara, yaitu berupa sebuah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan. Kemudian, kita perOmencatat hash l wawancara dan menulis suatu laporan. Pemilihan orang-orang dan aspek-aspek yang akan diwawancarai hendaknya dikaitkan dengan topik dan tujuan tulisan. Misalnya, kita akan menulis mengenai reaksi para ihu rumah tangga terhadap kenaikan harga gas maka yang hams kita wawancarai adalah para ihtt rumah tartgga di berbagai lokasi dan berasal dari berbagai strata sosial. Tenth keliru bila kita mewawancarai pejabat Pertamina atau para bimkrat. Dalam belajar menulis persiapan wawancara, Anda barus memulai dari yang sederhana, mengenai topik yang sederhana, dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang akan diajukan kepada responden yang tepat. Misalnya, topik yang akan Anda tulis adalah nzasa depan nelayaat Aceh pascatsturami. Tujuan tulisan Anda adalah untuk mengetahui bagaimana pan nelayan Aceh melihat masa depannya (pascatsunami) dan mempublikasikannya dalam wujud tulisan. Untuk itu, Anda hams mencari responden yang terdiri atas pan nelayan Aceh yang selamat dari musibah tsunami dengan mendatangi tempat-tempat penampungan pengungsi. Sebelum wawancara dimulai, Anda hams mempersiapkan secara tertulis pedoman wawancara, contohnya seperti berikut.
Daftar Pertanyaan I. Apa pekerjaan Bapak sebelum datang musibah tsunami? 2. Apakah pekerjaan Bapak menangkap ikan dengan can memancing atau bagaimana? 3. Biasanya dengan ditemani siapa saja? 4. Alat menangkap ikan yang digunakan apa saja? 5. Di mana Bapak berada ketika gelombang besar datang? 6. Apakah teman-teman Bapak dalam menangkap ikan selamat? 7. Bagaimana dengan keluarga Bapak, apakah semuanya selamat? 8. Bagaimana pula dengan peralatan Bapak untuk menangkap ikan, apakah ada yang dapat diselamatkan? 9. Bagaimana rencana Bapak ke depan, apakah Bapak akan menangkap ikan lagi? 10. Bagaimana Bapak akan menyiapkan peralatan menangkap ikan? 11. Dengan siapa Bapak akan pergi menangkap ikan nanti? 12. Ke mana Bapak akan menjual hash l tangkapan Bapak? 13. Apakah Bapak yakin bisa bekerja sebagai penangkap ikan seperti dulu dan penghasilannya akan sebanyak sebelum musibah tsunami terjadi? 14. Kapan Bapak akan mulai be rja kembali? 15. Apa yang Bapak harapkan &A pemerintah?
Daftar pertanyaan (sebagai contoh) hanyalah sebagai pedoman dalam wawancara. Dalam wawancara .sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan dapat saja ditambahkan atau diajukan sesuai dengan perkembangan jawaban yang diberikan responden. Ketika wawancara berlangsung, pewawancara dapat merekam basil wawancara atau mencatatnya. Kemudian, setelah wawancara selesai dilaksanakan, berdasarkan basil wawancara itu ditulislah sebuah laporan mengenai masa depan nelayan Aceh pascatsunami. Dalam belajar menulis laporan, Anda hams berlatih mengorgani.sasikan karangan ekspositoris atau naratif. Latihan yang hams Anda lakukan meliputi menulis kalimat atau paragraf pengantar, paragraf isi, dan kalimat atau paragraf penutup. Sehubungan dengan itu, Anda telah belajar melalui Modul 1 dan Modal 5. Kali ini Anda hams banyak melakukan latihan menulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis.

D.      BERCERITA MENGENAI PENGALAMAN PRIBADI DAN AKTIVITAS MENULIS

Pada tanggal 18 Desember malam sampai menjelang subuh tanggal 19 Desember 2004 hujan turun dengan lebatnya. Saya dan beberapa orang saudara dekat yang mengunjungi abang saya yang akan berangkat haji tertahan di ruang tamu rumahnya. Dalam mengisi waktu sambil menunggu hujan teduh untuk pulang ke rumah masing-masing, kami pun berbincang-bincang ringan. Yang menarik dalam perbincangan itu adalah ketika seorang saudara sepupu saya bercerita mengenai pengalamannya sebagai aktivis LSM di sebuah kabupaten. la dan LSM itu beraktivitas mengontrol penyelenggaraan pemerintahan kabupaten agar bersih dari korupsi. Sepupu saya bercerita bahwa dia lebih kurang dua tahun lalu melaporkan kepada kejaksaan mengenai dugaan politik uang dalam pemilihan bupati di suatu kabupaten. Tapi sayangnya, sampai saat ía bercerita, bupatinya tidak dapat diperiksa oleh kejaksaan karena belum mendapat izin dari gubernur. Namun, sejak laporan itu sampai ke kejaksaan ía mendapat ancaman-demi ancaman. Suatu waktu, lanjutnya, ketika sepupu saya itu turun dari pesawat di lapangan terbang di ibu kota kabupaten tempat politik uang diduga terjadi, ia langsung dikepung oleh segerombolan pemuda. Tak lama kemudian, para pemuda itu memukulnya. Kepalanya menjadi bengkak-bengkak dipukul oleh gerombolan pemuda itu. Melihat ía hampir mati dipukul, tiba-tiba seorang pemuda berbadan kecil yang ada di sekitar itu melompat ke depan dan membuka bajunya. Sepupu saya menyangka pemuda berbadagnSerdil itu juga akan ikut memukulnya. Tetapi rupanya sebaliknya, pern6da itu dengan berani membela sepupu saya yang hampir sekarat. la menyuruh para penyerang sepupu saya berhenti menyerang dan mengatakan bahwa sepupu saya itu adalah saudaranya, kemudian menantang gerombolan pemuda penyerang itu untuk berkelahi dengannya. Anehnya, gerombolan pemuda penyerang berhenti menyerang dan mundur. Rupanya pemuda berbadan kecil itu dikenal dan disegani di daerah itu. Pada saat lain, ketika sepupu saya berjalan jalan di pasar, ia dihampiri oleh seorang pemuda kekar bersepeda motor yang ia kenal. Pemuda itu mengajaknya berbincang-bincang dengan ramah, kemudian dengan ramah pula mengajak sepupu saya menaiki sepeda motornya guna menuju ke suatu daerah tujuan wisata di pinggir pantai. Di daerah itu banyak terdapat kafe yang menyediakan jasa hiburan dan rumah-rumah makan yang menyajikan makanan taut. Oleh karena diajak oleh pemuda yang dikenalnya dan menuju ke daerah wisata yang menyenangkan, sepupu saya pun mau saja. Setibanya di halaman sebuah kafe, si pemuda pun menghentikan sepeda motornya, kemudian memarkirkannya. Sepupu saya pun turun dari boncengan dengan perasaan lega. Setelah Si pemuda kekar selesai memarkirkan sepeda motornya dengan rapi, ia pun dengan tenang berbalik, lalu menghajar sepupu saya dengan pukulan-pukulan keras bertubi-tubi ke bagian perutnya sampai tak berdaya. Kata sepupu saya dalam perbincangan kami di penghujung malam itu, Dikira matt ngajak saya makan, match memukul. Kami pun tergelak-gelak tertawa mendengarnya. Abang saya nyeletuk samba tertawa, "Pengalamanmu menarik sekali untuk ditulis." Sepupu saya meneruskan ceritanya di antara gelak tawa kami. "Pada kali lain, saya dan seorang teman mau minum di sebuah kafe di Tanjung Pinang" katanya. Kota itu jauh dad kabupaten yang diawasi oleh LSM-nya. Belum lama duduk, tiba-tiba datang beberapa kendaraan bak terbuka yang memuat puluhan anak muda yang seram-seram. Mereka berhamburan ke luar dari mobil bak terbuka itu dan duduk di meja-meja di sekeliling sepupu saya. Pemuda-pemuda itu berbicara dalam bahasa daerah dari kabupaten yang pemerintah daerahnya sedang menjadi target pengawasan oleh LSM tempat sepupu saya bergabung. Tingkah laku para pemuda itu sangat kasar dan mulai mabuk-mabukan. Dad mulut mereka ke War ancaman-ancaman bagi siapa saja yang mengusik-usik pemerintah daerah yang mereka dukung. Melihat tingkah laku pemuda yang kasar dan mabuk-mabukan sambil mengeluarkan kata-kata ancaman yang ditujukan pada orang yag.,tidak jelas, sepupu saya ketakutan. Dalam hati ia berkata, "Matilah gill kali ii". Tiba-tiba pula celananya terasa basah. Rupanya ia kencing di celana karena ketakutan. Tawa kami pun semakin meledak mendengarnya. Abang saya sambil terpingkal-pingkal menyarankan kembali agar sepupu saya menuliskan pengalamannya itu. Si abang mulai menyarankan judul dan sub-subjudul yang akan ditulis oleh sepupu saya, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis
I. Ancaman demi ancaman
2. Kepala bengkak-hengkak
3. Dikira mau mentraktir, malah metnukul
4. Kencing di celana
Sepupu saya tidak menghiraukan tawa kami yang terbahak-bahak. Si sepupu malah meneruskan cerita mengenai pengalamannya itu sambil tampak meringis kecut. Mungkin ia merasakan kembali rasa takutnya yang tak tergambarkan dengan kata-kata. 'Tak lama setelah kejadian di kafe itu, saya ditelepon bupati KN (namanya saya samarkan) meminta datang ke rumahnya pada suatu malam, " katanya. "Saya merasa takut bukan main", lanjutnya. Walau merasa ketakutan tak terkatakan, sepupu saya tetap datang juga ke rumah Si bupati. Sampai di rumah bupati, rupanya si bupati sudah duduk menunggu sambil menimang-nimang sepucuk pistol. Melihat itu, sepupu saya semakin ketakutan, namun memberanikan diri duduk tidak jauh dad Si bupati. Setelah sepupu saya duduk, si bupati mulai mengeluarkan ancaman demi ancaman kepada siapa saja yang mengganggu pemerintahan yang dijalankannya, barang siapa saja yang mengusik-usik cara kerjanya, sambil memain-mainkan pistol di tangannya. Terakhir, si bupati mengajukan pertanyaan kepada sepupu saya, "Apakah kamu masih mau melaporkan bahwa saya menyuap dan korupsi?" Sepupu saya cepat-cepat menjawab, -Tidak Pak. Saya tidak pemah lagi mengusik-usik pemerintahan Bapak. Mana berani saya." Mendengar itu, di tengah cahaya remang-remang lampu ruang tamu, si bupati merogohkan sesuatu dad sakunya, kemudian meraih tangan sepupu saya dan memindahkan sesuatu ke telapak tangannya. Saya buka genggaman soya, dan tampaklah segumpalan besar uang, kata sepupu saya. Mendengar akhir cerita sepupu saya, abang saya langsung berkata, "Kalau begitu tambahkan satu subtopik lagi tulisanmu nanti. Masukkan bagian akhir pengalamanmu dengan subtopik kubuka genggamanku, tampaklah segumpalan besar uang. Selanjutnya abang saya menyarankan judul tulisan dengan sub-subtopik, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis
I. Kepala bengkak-bengkak
2. Dikira mau tnentraktir, tnalah metnukul
3. Kencing di celana
4. Kubuka genggamanlat, tampaklah segumpalan uang

Ketika subuh menjelang, hujan pun reda. Sepupu saya mengatakan bahwa mereka sekarang sedang berupaya mengadukan dugaan korupsi terhadap APBD yang dilakukan oleh si bupati secara "berjamaah" dengan para anggota DPRD. Lalu, abang saya berkomentar, "Tidak jera kamu rupanyar Mendengar cerita sepupu saya yang terakhir itu serta komentar dad abang saya, saya pun menyarankan agar tulisan autobiografi itu nanti diakhiri dengan topik tidak feral Dengan demikian, kerangka karangannya menjadi, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis I. Kepala bengkak-bengkak 2. Dikira mau tnentraktir, tnalah metnukul 3. Kencing di celana 4. Kubuka genggamanlat, tampaklah segumpalan besar uang 5. Tidak feral
Dan i ilustrasi (contoh) di atas kita dapat mengatakan bahwa ide untuk menulis .sesuatu dapat muncul setelah kita bercerita mengenai pengalaman pribadi kita kepada orang lain secara lisan. Bahkan, kemunculan ide tersebut dapat diikuti dengan perencanaan suatu tulisan. Tampak pula ba.hwa ide dan perencanaan dalam menulis dapat berasal dari suatu aktivitas yang bersifat kolaboratif (kerja sama) antara dua orang atau lebih. Dalam contoh di atas, kolaborasi itu berwujud salah seorang bercerita mengenai pengalaman pribadiriya, yang lain mencuatkan ide-ide yang bersumber dari pengalaman pribadi tersebut untuk ditulis. Selanjumya diikuti dengan aktivitas perencanaan tulisan berdasarkan ide-ide tersebut. Bila Anda mengatakan bahwa dari contoh di atas bukan hanya tampak aktivitas berbicara dan menulis saja yang dilakukan secara terintegrasi, melainkan juga ada aktivitas mendengarkan dilakukan, Anda benar. Hal ini merupakan suatu bukti lagi bahwa tidak jarang beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bergantian atau terintegrasi dalam suatu komunikasi yang sesungguhnya. Selanjutnya, mungkin Anda memiliki pengalaman pribadi yang menarik yang banyak ditulis clan bermanfaat untuk dibaca oleh orang banyak. Untuk mempertajam ide Anda dalam menuliskannya, ceritakanlah kepada teman-teman Anda. Bila pengalaman pribadi Ande)tu menarik maka Anda akan mendapatkan ide-ide tambahan dari teman-teman yang mendengarkan cerita itu. Selanjutnya, tuliskanlah rencana karangan, antara lain dengan memanfaatkan tanggapan-tanggapan yang Anda peroleh dari teman-teman Anda.

E.       BERPIDATO DAN AKTIVITAS MENIJLIS

Dalam situasi sangat resmi kadang-kadang kita hams berpidato dengan menggunakan naskah. Selain itu, kadang-Icadang karena kedudukan atau tugasnya, seseorang hams berpidato di depan umum, padahal ia belum terampil berpidato. Untuk itu, yang bersangkutan memerlukan sebuah naskah pidato. Mengingat fungsinya cukup penting, sewajamya Anda belajar menulis naskah pidato. Sebelum menulis suatu naskah pidato, Anda hams mengetahui situasi/tempat berpidato dan siapa saja yang akan hadir. Tentu saja dalam berlatih Anda bebas memilih salah satu situasi, kemudian berlatih menuliskan sebuah pidato sederhana.
Sebuah naskah pidato terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pembukaan, isi pidato, dan penutup. Pada bagian pembukaan tentu saja hams berisi salam, menyapa hadirin, dan mengemukakan topik pembicaraan. Setelah itu, barulah disampaikan isi pidato dengan urutan yang baik. Urutan yang digunakan dapat berupa urutan kronologis atau berupa rangkaian peristiwa, urutan sebab akibat, akibat sebab atau gabungan dari beberapa can penyajian itu. Kemudian, pidato ditutup dengan salam. Setelah Anda selesai menuliskan sebuah naskah pidato, cobalah Anda berpidato di depan cermin atau teman-teman Anda dengan menggunakan naskah tersebut. Perhatikan pemakaian intonasi dan tekanan suara, gerak-gerik tubuh, dan kontak mata dengan pendengar.

KEGIATAN BELAJAR 3

Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Menulis

Cukup sering kita melakukan aktivitas membaca dan menulis secara bersamaan atau bergantian. Ketika kita menulis sesuatu, sebetulnya sekalig,us juga membaca sesuatu yang ditulis walau kegiatan membaca yang dilakukan tidaklah secara intensit Baru kemudian, ketika ingin memeriksa kembali hash l tulisan, kita melakukan aktivitas membaca dengan lebih serius. Lalu, mungkin kita menemukan struktur kalimat atau kata yang digunakan kurang tepat sehingga perlu mencoretnya dan menulis kembali dengan menggunakan kalimat atau kata yang lebih mengena. Dalam kehidupan modem sekarang ini, melalui sarana intemet clan juga telepon genggam, kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan tulisan dengan teman, keluarga, dan relasi kerja dengan cepat (dalam waktu real tune), seperti kita bertelepon. Kita membaca pesan yang disampaikan secara tertulis melalui surat elektronik (email) atau melalui fasilitas chatting di intemet dari berbagai belahan dunia, kemudian kita pun dapat segera menulis balasannya dan mengirimkannya melalui fasilitas yang tersedia. Di saat lain, kita mungkin perlu membaca sebuah pengumuman, membaca makalah, buku-buku sambil membuat catatan-catatan yang perlu. Jadi, tampak jelas bahwa sering kali kita melakukan aktivitas membaca dan menulis secara serentak atau secara bergantian. Selain itu, aktivitas membaca diduga dapat meningkatkan kemampuan menulis. Kontribusi aktivitas membaca terhadap kegiatan belajar menulis dapat diduga, antara lain berikut mi.
 I. Penguasaan kata-kata dan istilah-istilah baru, kalimat, dan pemakaian ejaan ketika belajar membaca akan memberi sumbangan positif dalam menulis.
2. Organisasi bahan bacaan dapat menjadi contoh dalam pengorganisasian tulisan dalam menulis.
3. Dalam menulis tingkat lanjut, informasi yang diperoleh dalam bahan bacaan dapat menjadi sumber ide atau sumber data bagi tulisan yang akan disusun.
Mengingat kegiatan membaca dan menulis sering dilakukan secara terpadu dan aktivitas membaca dapat memberi pengaruh positif dalam belajar menulis maka belajar menulis dan latihan-latihan menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan aktivitas membaca. Berikut ini contoh-contoh aktivitas membaca yang dapat dikaitkan dengan aktivitas latihan menulis.

A. MEMBACA CERITA/DONGENG DAN AKTIVITAS MENULIS
Anda dapat berlatih menulis dengan can terlebih dulu membaca sebuah naskah cerita/dongeng. Setelah selesai membaca sebuah naskah cerita/dongeng itu, Anda dapat melakukan berbagai aktivitas latihan menulis yang bervariasi, misalnya berikut ini. I. Menuliskan nama-nama tokoh dalam cerita dan memberi komentar secara tertulis terhadap karakter tokoh. 2. Melengkapi bagian a.khir cerita yang sedang Anda baca. 3. Menulis kembali cerita dengan menggunakan kalimat dan pilihan kata sendiri. 4. Menuliskan pernyataan rasa suka dan tidak suka terhadap tokoh-tokoh atau jalan cerita beserta alasan-alasannya

B. MEMBACA PUISI DAN AKTIVITAS MENULIS
Anda dapat berlatih menulis dalam kaftan dengan aktivitas membaca sebuah puisi yang Anda sukai. Dalam hal ini, setelah Anda selesai membaca sebuah puisi, ceritakan isi puisi itu secara tertulis, dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri. Dengan kata lain, cobalah Anda ubah sebuah puisi menjadi sebuah prosa. Anda juga dapat melanjutkan latihan menulis dalam wujud menuliskan perasaan Anda terhadap puisi tersebut. Nyatakan secara tertulis apakah Anda sub atau tidak suka terhadap puisi itu berikut alasan-alasannya. Latihan ini akan membawa Anda kepada diperolehnya keterampilan menulis resensi. Setelah Anda melalmkan aktivitas di atas, Anda dapat melanjutkan latihan menulis, misalnya menulis sebuah puisi yang lain. Setelah itu, bacakanlah puisi yang Anda tulis itu di depan orang-orang yang debt dengan Anda. Bila memungkinkan, kirimkanlah puisi Anda ke majalah atau koran-koran yang biasa menyediakan rubrik sastra. Jangan lupa pula, arsipkanlah
puisi karya Anda itu dalam wujud buku kumpulan puisi. Mungkin saja suatu catatan buku kumpulan puisi itu dapat diterbitican.

C. MEMBACA DAN MENTJLIS PETUNJUK, PENGU1VIUMAN, POSTER, TRLAN, DAN SURAT
Anda dapat belajar dan berlatih menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat dengan can membaca jenis-jenis tulisan itu terlebih dulu. Misalnya, dengan membaca sebuah surat dirias, Anda dapat memahami bahwa surat dirias itu terdiri atas unsur hal, tuntun; tang gal, alatnat yang cutup, pemhuka swat, isi sum`, dan penutup surat. Anda pelajari pula tata letaknya. Misalnya, hal dan nomor swat ditulis di sudut kin i was kertas. Kemudian, setelah satu spasi atau lebih di bawahnya, merapat ke margin kanan dituliskan tanggal surat. Saw spasi atau lebih di bawahnya, merapat ke margin kin, ditulis alamat yang dituju. Setelah itu baru ditulis salam pembuka, isi swat, dan salam penutup yang diikuti tanda tangan dan nama pengirim. Contoh lain, dengan membaca sebuah iklan, kita memperoleh pemahaman bahwa wacana iklan mengg,unakan kalimat-kalimat yang ringkas, pilihan kata yang menonjolkan makna konotatif yang dapat membangkitkan emosi tertentu, dan pengorganisasiannya menarik, serta sering dilengkapi dengan gambar atau grafis tertentu. Jadi, dengan membacanya kita dapat memahami wujud berbagai jenis tulisan. Setelah itu, kita dapat berlatih menulis berbagai jenis tulisan dengan berbekal pengetahuan yang sudah kita peroleh dari bacaan Berikut ini tulisan yang termasuk jenis petunjuk. Bacalah dan pelajarilah aspek pengorganisasian, pemakaian kalimat, dan pilihan katanya.
Cara Membuat Tapai dari Singkong
Pilihlah singkong yang baik. Singkong yang baik berwama putih. Potonglah singkong itu sesuai keinginan. Setelah itu, cud singkong dengan menggunakan air sampai bersih. Singkong yang telah dipotong dan bersih direbus sampai matang. Setelah matang, ubi rebus itu didiriginkan di atas daun-daun pisang. Bita sudah dirigin, taburi ragi di atasnya secukupnya. Kemudian, ubi rebus yang tetah diberi ragi itu dibungkus. Latu, simpanlah bungkusan-bungkusan itu selama dua atau tiga had. Setetah disimpan setama dua atau tiga hart jaditah tapai yang manis dan enak.
Setelah Anda selesai membaca petunjuk di atas, cobalah Anda menulis beberapa petunjuk lainnya, misalnya petunjuk menggunakan suatu alat, petunjuk menggunakan kartu katalog perpustakaan, dan lain-lain. Lanjutkan berlatih menulis iklan, poster, pengumuman, surat dengan cara yang sama. Baca jenis-jenis tulisan itu guna mempelajari bentuk-bentuk dan penggunaan bahasanya, kemudian cobalah berlatih menulis jenis-jenis tersebut.
D. NIENULIS RANGKUMAN BACAAN
Latihan menulis jenis lain yang penting bagi Anda adalah latihan membuat sebuah ringkasan, misalnya ringkasan sebuah cerita, artikel, dan buku. Dalam membuat ringkasan, pertama-tama Anda hams berlatih menemukan gagman utama atau tema setiap paragraf dari suatu bahan bacaan. Kemudian, Anda perlu memberi tanda-tanda serta membuat catatan-catatan sehubungan dengan gagasan pokok atau tema bacaan tersebut. Terakhir, barulah Anda menulis ringkasan bahan bacaan yang dimaksud dengan hanya mengemukakan gagasan-gagasan utama atau tema-tema yang terdapat dalam setiap paragraf atau subjudul buku yang dibaca dengan bemedoman pada tanda-tanda dan catatan-catatan yang telah dibuat.


1) a. Lakukan identifikasi terhadap tema, alur, tokoh, dan latar cerita. Kemudian, kemukakan alur utama cerita berikut tokoh dan latar utamanya piña yang menyatakan tema besar novel tersebut. b. Tokoh-tokoh cerita disukai atau tidak disukai karena karakter yang dimiliki. c. liclan biasanya menggunakan bahasa yang bersifat informatif, menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, dan menggunakan kata-kata dalam makna konotatif yang membangkitkan suatu emosi.
2) Untuk meng,ubah sebua.h puisi menjadi prosa, sekurang-kurangnya penulis memahami peristiwa apa yang disajikan dan bagaimana nada puisi itu.

RANGKUMAN
Dalam berkomunikasi yang sesungguhnya, kita sering melakukan aktivitas membaca dan menulis secara bersamaan atau bergantian. Aktivitas membaca diduga dapat memberi kontribusi positif terhadap kemampuan seseorang dalam menulis. iContribusi aktivitas membaca terhadap kegiatan belajar menulis, seperti berikut. Penama, penguasaan kosakata/istilah, kalimat, dan pemakaian ejaan ketika belajar membaca akan memberi sumbangan positif dalam belajar naenulis kalimat. Kedua, organisasi bahan bacaan dapat menjadi contoh dalam pengorganisasian tulisan sehingga dapat memberi kontribusi positif dalam belajar menulis paragraf atau karangan secara utuh. Ketiga, dalam menulis tingkat lanjut, informasi/data yang diperoleh dalam bahan bacaan dapat menjadi sumber ide atau sumber data bagi tulisan yang akan disusun. Oleh karena itu, latihan menulis secara terpadu dengan aktivitas membaca memberi nilai tambah bagi penguasaan keterampilan menulis. Aktivitas latihan menulis secara terpadu dengan kegiatan membaca tersebut dapat berupa berikut mi. 1. Membaca cerita/dongeng yang diikuti dengan aktivitas menulis sinopsis atau resensi. 2. Membaca puisi dan mengubahnya menjadi prosa atau menulis Resensi. 3. Membaca dan menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat. 4. Menulis rangkuman bacaan.

KEGIATAN BELAJAR 1

Keterpaduan Keterampilan Menyimak dan Berbicara dengan Fokus Membaca
A.      PROSES MENIBACA

Jelpiston dalam Mikulecky (1990: 2) mengemukakan bahwa membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, yang secara sadar atau tidak sadar melibatkan pengg,unaan berbagai strategi dalam upaya membangun suatu model makna yang diduga dimaksudkan oleh penulis. Dalam upaya membangun model makna tersebut, menurut Rumelhart dalam Mikulecky (1990:2), pembaca menggunakan salah satu metode dad dua metode pemrosesan infortnasi. Apabila dalam membaca fokus pembaca ditujukan terutama pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam upaya memahami makna keseluruhan teks, itu berarti pembaca menggunakan metode top-down dalam membaca. Sebaliknya, apabila dalam upaya mendapat pemahaman terhadap keseluruhan makna teks terutama mengandalkan informasi yang bersifat tekstual, itu berarti pembaca menggunakan metode bottom-up dalam membaca. Dalam proses membaca, pada umumnya pembaca menggunakan secara spontan dan interaktif kedua metode penuosesan informasi di atas ketika berupaya menghubungkan informasi atau makna clan bahan yang dibacanya dengan informasi yang telah dimilikinya, tetapi kadar pemakaian kedua metode tersebut tidaklah sama persis. Seorang pembaca suatu wak-tu mungkin akan mengandalkan pengetahuannya mengenai topik yang telah diketahuinya guna mencari makna kata-kata yang tertulis, dan sebaliknya pembaca yang telah menguasai kata-kata yang tertulis, tetapi tidak familiar dengan topik akan mengandalkan pengetahuan mengenai kata-kata itu guna memahami makna keseluruhan teks. Berikut ini disajikan diagram proses pentahanwat dalam membaca yang menggambarkan pembaca berupaya membangun makna teks melalui penafsiran terhadap informasi tekstual dengan bantuan pengetahuan atau pengalaman yang telah ada.
Pembaca memproses taks berdasarkan schemata yang telah dimilliki: kemampuan kotontif latar belakang pengetahuan (knowledge) pengetahuan bahasa budaya dan kepercayaan
Taks menyediakan informasi barti untuk diproses. informasi tata tulis (grapho-phonic) informasi sintaktis informasi semantik ilustrasi-il ustrasi informasi genre
Kecocokan schemata dan data Pemahaman
Gambar 9.1. Diagram Model Proses Pemahaman dalam Membaca
Diagram di atas menjelaskan bahwa dalam membaca, yaitu berupaya memperoleh makna dari teks, si pembaca mengindrai sampel dari materi yang tercetak (terdiri atas tulisan/huruf, kata, kalimat, ilustrasi-ilustrasi, dan genre), kemudian secara instan menghubungkannya dengan apa yang sudah diketahui, dan mencoba menemukan kecocokkan antara informasi tertulis dengan pengetahuan yang sudah dimiliki tersebut (Mikulecky, 1990:3). Informasi mengenai konteks tentu saja sangat membantu pembaca dalam upaya menemukan hubungan antara informasi tertulis dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Collins dan Smith serta Schank dan Abelson dalam Mikulecky (1990:6) menyatakan bahwa kita dapat membagi-bagi proses membaca yang telah dikemukakan di atas menjadi sub-subpro.ses. Dengan demikian, keterampilan membaca pun dapat dipecah-pecahkan menjadi sub-subketerampilan pula. Mikulecky (1990:25-26) membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis keterampilan yang lebih kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut, antara lain sebagai berikut.
I.                    Kemampuan melakukan decodirig secara otomatis. Termasuk dalam jenis keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal/menyadari sebuah kata dengan sangat cepat, yaitu dengan sekali link.
II.                  2. Kemampuan melakukan previewing (aktivitas prabaca) dan predicting (memprecliksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan bacaan yang disajikan berikutnya.
III.                3 Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam membaca, yaitu memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.
IV.                 4. Kemampuan mengidentifika.si genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk dan kemungkinan isi bahan bacaan.
V.                  5. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan sehingga pembaca dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama membaca.
VI.                6. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks dengan sangat cepat gunamemperoleh suatu informasi spesifik.
VII.               
VIII.             7. Kemampuan mengenal topik yang disajikan dalam teks.
IX.                8. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide penunjang (details).
X.                  9. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (knimat utama).
XI.                10. Kemampuan menentukan ide pokok sebuah kalimat dan paragraf.
XII.              11. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan antaride dalam keseluruhan teks.
XIII.            12. Kemampuan mengidentifikasi dan mengsrunakan kata-kata yang menandai relasi- rela.si antara unsur-unsur teks.
XIV.            13. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok berdasarkan penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.
XV.              14. Kemampuan mengenal dan mengg,unakan unsur-unsur kata ganti (pronouns), kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal lainnya sebagai penanda kohesi.
XVI.            15. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih acing bagi pembaca melalui konteks.
XVII.          16. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan memperoleh kesan umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab atau buku.
XVIII.        17. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan isi teks dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang telah diperoleh pembaca

18. Kemampuan meringkas isi bacaan (summarizing), yaitu mengemukakan kembali ide-ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.
19. Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari beberapa bagian bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.
20. Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti (evidence).
Dalam  hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat tertulis dan dengan menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca dapat mengetahui hal-hal yang tersirat atau yang tidak tertulis.
21. Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan membuat diagram mengenai isi teks.
22. Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan keakuratan bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dan dapat membedakan antara fakta dan opini.
23. Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan ota.k memproses masukan (input) yang diperoleh dari bahan bacaan.
24. Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan bahan bacaan dan tujuan membaca.

B.      PERANAN KETERAMPILAN MENYIMIAK DAN BERBICARA DALAM MEMBACA

 Tidak ada seorang ahli pun yang membantah bahwa kita belajar bahasa pertama kali dengan can mendengar. Kemudian, berangsur-angsur menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat sambil belajar mengucapkan bunyi-bunyi yang didengar itu tahap demi tahap. Harjasujana dan Damaianti (2003:83-88) menyatakan bahwa kemampuan mendengarkan memiliki korelasi positif dengan kemampuan membaca tingkat permulaan walaupun menurut mereka korelasi yang ditemukan tidak semuanya kuat. Sehubungan dengan kaitan menyimak dengan kemampuan membaca, Tarigan (1993:3) mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara penguasaan kosakata simak (listening vocabulary) dengan kosakata (readirig vocabulary). Oleh karena itu, menurutnya peningkatan penguasaan kosakata melalui menyimak akan berpengaruh positif terhadap penguasaan kosakata dalam membaca.
Apabila kita cermati kembali dengan sebaik-baiknya proses membaca yang digambarkan dalam diagram pada bagian terdahulu, kita dapat memahami begitu besar peranan menyimak dan berbicara dalam peningkatan kemampuan membaca. Sebagai contoh, kita dapat memahami makna tekstual dad tulisan yang kita baca dengan menghubungkan teks dengan latar belakang pengetahuan (knowledge) dan pengetahuan kebahasaan yang Eta miliE melalui proses menyimak. Hal yang demikian, akan dipercepat oleh kemampuan dalam berbicara, yaitu melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada guru, dosen, dan orang lain serta melalui diskusi-diskusi berkenaan dengan berbagai informasi tekstual dan kaitan informasi itu dengan schemata yang kita miliki. Seperti telah dijela.skan sebelum ini, dalam membaca seseorang dituntut untuk mampu menghubungkan informa.si yang diperoleh dari teks dengan pengetahuan yang telah dimilildnya. ini menunjukkan bahwa kejernihan kognitif memegang peranan penting dalam keberhasilan membaca (Downing dalam Wray, 1994:20). Oleh karena itu, dalam belajar membaca, tugas-tugas yang dengan sengaja melatih kemampuan kognitif murid dalam menghubungkan informasi tekstual dengan schemata yang kita miliki memegang peranan penting. Latihan-latihan yang dimaksud akan menuntut dilibatkannya aktivitas menyimak, berbicara, dan menulis.

C.      GURU SEBAGAI MODEL DALAM MEMBACA (MODEL READER)
Mahon dalam Mikulecky (100:31) menyatakan bahwa guru adalah unsur penting dalam pelajaran membaca. Melalui sikapnya, guru dapat mempengaruhi murid-murid. Kemudian, Nuttall (1982:192) menyatakan bahwa pembaca dihasilkan oleh pembaca pula. Untuk itu, guru hams menjadi contoh bagi murid-muridnya sebagai pembaca. Guru harus memperlihatkan diri di hadapan murid-muridnya bahwa ia akrab dengan buku-buku, selalu membawa buku-buku dan menunjukkan rasa "cinta" padanya, dan merujuk kepada buku-buku ketika mengajar. Guru juga perlu bercerita mengenai buku-buku apa yang baru dibacanya, dan hams sering membacakan bagian-bagian dari bahan bacaan atau buku yang mungkin akan menarik bagi murid-muridnya. Jadi, merujuk kepada Nuttall tersebut, untuk menjadikan murid-murid sebagai pembaca, Anda sebagai guru hams memperlihatkan diri banyak membaca. Anda juga hams tampil di hadapan murid-murid Anda, sebagai pembaca yang efektif, antara lain dengan can membacakan bagian-bagian dad bahan bacaan atau buku yang menarik bagi murid-murid. Menurut Mikulecky (1990:149) ada beberapa alasan perlunya gum memberi contoh dalam membaca bersuara di depan kelas. I. Murid-murid akan mendapat keuntungan dad mendengarkan contoh membaca yang baik dari gum. 2. Murid-murid yang semula tidak memilih buku-buku cerita dalam aktivitas membaca akan tergerak untuk memilih buku-buku cerita setelah mendengamya dari guru, 3. Guru dapat memperkenalkan bunyi-bunyi bahasa dengan can membacakan puisi secara bersuara. 4. Guru dapat menjadi model dalam cara membaca cerita yang dapat bennanfaat dalam mengembangkan keterampilan berbahasa.
. Dalam membaca, seseorang dikatakan melakukan proses membaca secara top down bila fokus perhatiannya dimulai pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam upaya memahami makna keseluruhan teks. b. Seseorang dikatakan melakukan proses membaca secant bottom up apabila dalam upaya mendapat pemahaman terhadap keseluruhan makna teks si pembaca terutama mengandalkan informasi yang bersifat tekstual. 3) Anda dapat membaca materi tentang jenis-jenis membaca menurut Mikulecky!

4 , RANGKUMAN 

Dalam komunika.si yang sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, biasanya beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara simultan atau secant bergantian. Oleh karena itu, penyajian pelajaran membaca hendaknya tidak disajikan secara terisolasi dari jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini mengingat pula proses membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, yang memerlukan berbagai strategi dalam pemrosesan informasi secara top-down dan bottom-up. Keterampilan menyimak memiliki korelasi positif dengan kemampuan membaca. Peningkatan penguesam kosakata melalui menyimak akan berperan positif terhadap pengUaan kosakata dalam membaca.

Keterpaduan Keterampilan Menulis dengan Fokus Membaca

Dalam belajar membaca maupun membaca sesungguhnya, sering kali kita juga haus melakukan aktivita.s menulis. Tentu saja, aktivitas menulis yang dilakukan itu bukanlah tujuan utama, melainkan sebagai sarana belajar membaca atau sebagai salah satu strategi membaca secara efektif. Berikut ini disajikan contoh-contoh aktivitas menulis yang terpadu dengan membaca dengan fokus pada belajar membaca secara efektif. Bahkan, kadang-kadang penggunaan keterampilan lain selain menulis tidak terelakkan untuk dilakukan guna mendukung aktivitas pokok, yaitu membaca.

A.      PREP, MENGEMBANGKAN ASOSIASI SEMANTIS

Menurut Langer dalam Mikulecky (1990: 41), PreP (Pre-readirig Preparatory Instruction) dapat disiapkan dan dilakukan untuk membantu murid-murid mengaktifkan konsep-konsep dan latar belakang pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelum mulai membaca. Kegiatan itu juga bennanfaat bagi pemerolehan keterampilan previewing dan predicting yang telah kita bicarakan dalam Modul 4. Schulz (Mikulecky, 1990:11) menyatakan PreP merupakan kegiatan prabaca yang direncanakan dengan maksud untuk menjadikan pembaca sadar terhadap apa yang sudah diketahuinya mengenai topik yang akan dibacanya dan guna mengaktifican memori dan harapan-harapan (expectations) mereka terhadap bacaan dapat mempelajari langkah-langkah PreP sebelum membaca secara individual, dan PreP dapat dijadikan sebagai bagian dari aktivitas prabaca. PreP terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) memilih sebuah kata kunci, frase, atau gambar dari teks, kemudian buat asosiasi-asosiasinya dari kata kunci, frase, atau gambar tersebut, (2) mengemukakan alasan-alasan mengenai asosiasi-asosiasi yang telah dibuat, dan (3) mengemukakan asosiasi-asosiasi tambahan isi muncul ketika diskusi berlangsung. (Mikulecky, 1990:41-42) Pelaksanaan ketiga tahap PreP hampir tidak memerlukan persiapan dan dapat diterapkan pada semua jenis bahan bacaan. PreP juga memberi umpan batik (feedback) yang reliable kepada Anda untuk mengestimasi penguasaan konsep dan latar belakang pengetahuan yang telah Anda miliki sehubungan dengan suatu topik bacaan. Contoh latihan melakukan asosiasi yang dimaksud adalah seperti berikut.
1. Latihan Berasosiasi secara Klasikal Kemukakan apa yang Anda bayangkan ketika Anda melihat kata vitamin.
2. Latihan Berasosiasi secara Berpasangan atau Berkelompok Dalam lembar kerja berikut ini Anda akan menemukan sepuluh kata. Tulislah apa yang Anda ingat atau yang Anda pikirkan berkaitan dengan kata-kata tersebut dengan menuliskannya pada bagian yang bergaris di sebelah kata-kata tersebut. Kemudian, bandirigkan dengan basil pekerjaan teman-teman Anda. Perhatikan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara daftar yang telah Anda buat dengan yang dibuat oleh teman-teman Anda. 1. dokter   2. televisi   3. buku   4. Jakarta   5. kebun binatang 6. perpustakaan   7. burung 8. hidung 9. presiden 10. air

B.      FORMULIR TANGGAPAN TERHADAP BUKU (BOOK RESPONSE SHEET)

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Anda untuk mengetahui seberapa besar pemahaman Anda tentang isi suatu bacaan atau buku adalah memberikan tanggapan atau komentar terhadap buku yang sudah Anda baca. Komentar tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pikiran dan perasaan Anda terhadap buku yang telah Anda baca. Komentar dapat ditulis di formulir tang,gapan.
Fominiir tanggapan terhadap buku yang telah dibaca oleh Anda tersebut antara lain berisi judul buku, nama pengarang, jenis buku, informasi mengenai tingkat kesulitan, komentar mengenai keunggulan-keunggulan buku, saran-saran untuk teman mengenai manfaat membaca buku tersebut, clan identitas pembaca (pengisi formulir). Kegiatan pemberian tanggapan terhadap buku selain bennanfaat bagi latihan membaca pemahaman dan belajar memberi penilaian terhadap sebuah buku yang telah dibaca secara singkat, juga bennanfaat sebagai latihan pendahuluan bagi pelajaran menulis resensi buku (Mikulecky, 1990:22).
Berikut ini contoh formulir tanggapan terhadap buku.

FORMULIR TANGGAPAN TERHADAP ISI BUKU
Judul Buku Pengarang Jenis buku Juiniah halaman
Tingkat kesukaran : mudah n
Apa yang paling Anda sukai dari buku ini?
sedang n
sukarn
Apa yang tidak Anda sukai dari buku ini?
Apakah ada saran-saran bag pembaca lain yang ingin membaca buku ini?
Umur Anda Jenis kelamin : J laki-laki perempuan Kelas Bahasa sehari-hari di rumah •  

C.      MENULIS  SINONIM DAN HIPONIM

Sebagai upaya untuk melatih Anda berasosiasi guna menguatkan kemampuan Anda dalam menggunakan metode top-down dan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan Anda menguasai kosakata sehubungan dengan proses membaca secara bottom-up, Anda dapat menuliskan kata-kata yang beranonim dan berhiponim. Berikut contoh petunjuk dan lembar tugas yang dapat Anda kerjakan.
1. Contoh Latilian Menulis Sinonim Peturtjuk Berikut ini daftar yang memuat kata dan kelompok kata. Anda diminta menuliskan kata atau kelompok kata lain yang memiliki arti yang sama atau mirip di sebelahnya, seperti contoh pada nomor satu. 1) sampai, tiba 2) sekejap   3) memenggal   4) berbalik   5) berhawa sejuk   6) air kali   7) berkelakuan baik   8) kitab   9) sajak   10) dongeng  
2. Contoh Latihan Menulis Hiponim Petunjuk: Semua kata dalam dap kelompok memiliki arti yang sama atau mirip, tetapi ada kata yang lebih umum daripada kata lain dalam kelompok itu. Anda hams menuliskan kembali kelompok kata itu dimulai dari yang paling khusus (spesifik), ke yang lebih umum (bila ada), dan diakhiri dengan yang paling umum. Contoh: pani k an lam k an he wan
1) mangga buah-buahan jambu pisang 3) kapal alat transportasi mobil pesawat udara helikopter 5) kapal pesiar kapal tanker perahu alat transportasi alat transportasi but 7) pantun syair puisi sastra dongeng 9) vitamin nutrisi jeruk sumber vitamin C
2) hidung alat pernapasan kerongkongan pan-paru 4) sepeda alat transportasi darat mobil alat transportasi kereta api 6) lornpat jauh lernpar lembing atletik olahraga lornpat tinggi 8) kangkung bahan makanan sayur-sayuran makanan
10) daging ikan nutrisi sumber protein telur telur

D.      MELENGKAPI BAGIAN-BAGIAN BACAAN

Untuk melatih dan memonitor kemampuan Anda memahami bahan bacaan tertentu, Anda dapat melakukan latihan melengkapi bagian-bagian teks yang tidak lengkap. Ada beberapa variasi latihan yang dapat dikembangkan, antara lain sebagai berikut. I. Menulis bagian-bagian teks yang sengaja dikosongkan atau tidak lengkap dengan menggunakan kata-kata yang sesuai. Sebagai latihan, cobalah Anda menuliskan kata-kata yang tepat pada bagian-bagian yang kosong (bergaris) bahan bacaan berikut ini!
E. MENULIS RINGKASAN BACAAN
Karangan memiliki sebuah tema atau topik utama. Tema atau topik utama itu, kemudian dikembangkan menjadi rangkaian bagian-bagian karangan yang terdiri atas paragraf-paragst. Kemudian, setiap paragraf memiliki sebuah tema atau pokok pikiran utelha yang mendukung tema atau topik utama karangan. Untuk memahami makna sebuah karangan atau buku, pembaca hams dapat memahami tema atau pokok pikiran utama yang terkandung dalam setiap paragraf yang membentuk keseluruhan karangan atau buku itu. Tema atau pokok pikiran utama tersebut dapat ditemukan pada bagian awal, akhir, atau awal, dan akhir paragraf atau mungkin tersirat dalam keseluruhan kalimat yang membangun sebuah paragraf. Guna memahami dan mengingat isi suatu bahan bacaan atau buku Anda dapat menuliskan ringkasan bahan bacaan atau buku yang sudah Anda baca. Untuk tujuan itu, Anda dapat terlebih dulu mencatat tema atau pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam setiap paragaf pada setiap bagian bacaan atau buku. Kemudian, dengan memanfaatkan bahan catatan itu, Anda dapat menuliskan ringkasan isi bacaan atau buku dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri.

Editor by : www.denmasmahesa.blogspot.com

ENDTop of Form


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates