KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian dan Manfaat Keterampilan
Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita menggunakan
keterampilan berbahasa yang telah kita
miliki, seberapa pun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada orang yang
memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap tujuan
komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat lemah tingkat
keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya tercapai, tetapi malah
terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi menjadi buruk.
Berikut ini Anda diajak mempelajari pengertian keterampilan berbahasa serta
manfaat penguasaan terhadap keterampilan tersebut.
A. KETERAMPILAN BERBAHASA
Mari kita perhatikan kehidupan dalam
masyarakat. Anggota-anggota suatu masyarakat saling berhubungan dengan cara
berkomunikasi. Secara sederhana komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Seperti digambarkan melalui diagram di
atas, si pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan,
memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi tulisan. Proses
demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa
bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima
pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi
makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut
disebut proses decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi
tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus
memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan
pesan, dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang
(bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin
menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan
lambang-lambang berupa bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain,
dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa
yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, Selanjutnya pesan yang diformulasikan
dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima.
Aktivitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, si
penerima melakukan aktivitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa
yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktifitas
tersebut biasa kita sebut dengan istilah mendengarkan (menyimak). (n) Ada pula
pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan lambang-lambang berupa
tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim mengubah pesan menjadi
bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivita.s
tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian, si penerima dalam
proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga
pesan dapat diterima secara utuh. Aktifitas tersebut kita kenal dengan istilah
membaca. Dalam kenyataan, aktivitas komunika.si dalam wujud berbicara,
mendengarkan, menulis, dan membaca tidaldah sesederhana gambaran pada Gambar
1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terj adi sering pula bersifat 2 arah,
seperti tergambar dalam Gambar 1.2 berikut ini.
Bahkan, komunikasi sering pula terjadi
dalam wujud multiarah, seperti • digambarkan dalam diagram berikut ini.
Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu
konteks kehidupan yang dinamis, dalam suatu konteks budaya. Dalam komunikasi
yang sesungguhnya, ketika melakukan proses encoding si pengirim berada dalam
suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menj
adi latar belakang pengirim dan penerima Keberhasilan suatu komunikasi sangat
bergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks
komunikasi. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi
sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk
bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi. Kemudian, ia dapat
dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai penerima pesan,
dalam proses decoding ia mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya
dalam suatu k-onteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang sama dengan yang
dimalcsudkan oleh si pengirim. Dengans icata lain, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi
bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta
memformula.sikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan,
gagasan, faicta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian, seseorang
dikatalcara terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki
kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat,
tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi.
Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis bila yang
bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk baha.sa tertulis (berupa kata,
kalimat, paragrat) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat
guna mengutarakan pikiran, perasaan, gaga.san, fakta. Terakhir, seseorang
dikatakan terampil membaca bila yang bersangk-utan dapat menafsirkan makna dan
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi
tulisan) yang dibacaraya.
B. MANFAAT KETERAMPILAN BERBARASA
Dapat dibayangkan apabila Idta tidak memiliki
kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapicara pildran, tidak dapat
mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita
amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan
falcta yang disampailcara oleh orang kepada kita. Jangankan tidak memiliki
kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kita pun akan mengalami
kesulitan-kesulitan apabila keterampilan berbaha.sa yang kita miliki tergolong
rendah.
Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan
dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara
ritg kita miliki tidak memadai atau di pihak lain para siswa akan mengalami
kesulitan menangkap pelajaran yang kita sampailcara secara lisan karena
keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena kemampuan
siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak
akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahicara tidak akan dapat diwariskan
kepada generasi berikumya apabila kita tidak memiliki keterampilan menulis.
Demikian juga sebaliknya, Idta tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang
disampaikan para pakar apabila Idta tidak memiliki keterampilan membaca yang
memadai. Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan
berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang manajer misalnya, keterampilan berbicara
memegang peran penting. la hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau
organi.sasi yang dipimpinnya apabila ia memiliki keterampilan berbicara.
Kepemimpinannya pun baru akan berha.sil bila didukung pula oleh keterampilan
mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya.
Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih
apabila yang bersangkutan tidak dapat meyaldnkan otoritas yang berkaitan
melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan
masyarakat, pemasaranipenjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara)
adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya
keterampilan berbahasa, baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca Masih
banyak lagi contoh lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang
menunjukkan betapa pentingmya keterampilan berbahasa harus dikuasai.
KEGIATAN
BELAJAR 2
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa,
terdapat empat keterampilan 0.3 da.sar berbahasa, yaitu mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Tabel berikut ini menyajikan
keempat jenis keterampilan tersebut.
A. MENDENGARBAN
Mendengarkan adalah keterampilan memahami
bahasa lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, mendengarkan di sini
berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus
memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan
mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak
menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan
tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek
yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita dengarkan dalam bahasa
kedua. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan
secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan
secara interaktif terjadi dalam percalcapan tatap muka dan percakapan di
telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara
bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu,
kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya
berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan
noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan
dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninterak-tif
tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa
pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan
diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat
ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar
harus: 1. menyimpanhnengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short-term memoty); 2. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang
membedakan arti da1am bahasa target; 3. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan
dan nada, warna suara dan intonasi; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk
kata; 4. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar; 5. mengenal
bentuk-bentuk kata yang khusus (typti word-order patterns); 6. mendeteksi
kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan; 7. menebak makna
dari konteks; 8. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes) 9.
menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis; 10. mengenal perangkat-perangkat
kohesif (recognize cohesive devices); 11. mendeteksi unsur-unsur kalimat
seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya
(http:/lwww.siLorg/lingualinks).
B. BERBICARA
Kemudian, sehubungan dengan keterampilan
berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu
interalcdf, sendinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara
interaktif, misalnya percalcapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon
yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta
lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula
situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum
secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi
terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar da.ri
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat
dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio
atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro
yang harus dimiliki dalam berbicara, di mana pembicara harus dapat:
1. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbecia secara jelas sehingga
pendengar dapat membedakannya;
2. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan
tepat sehinaca pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata
yang tepat;
4. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap
situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan
pendengar;
5. berupaya agar
kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
6. berupaya mengemukakan
ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
7. berupaya agar wacaraa
berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan
(htipilwww.sitorg/lingualinks).
C. MEMBACA
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa
tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki
tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca
dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang
terkait dengan proses membaca yang hanis dimiliki pembicara adalah:
1. mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2. mengenal kosakata;
3. menentukan kata-kata kunci yang mengidentitikasikan topik dan
gagasan utama;
4. menentukan makna kata-kata, tennasuk kosakata split, dari konteks
tertulis;
5. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan
sebagainya;
6. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek,
predikat, objek, dan preposisi;
7. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan
partisipan;
9.
menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik
kesimpulan-kesimpulan; 10. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat
kohesif leksikal dan g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi
utama;
11.
membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12.
menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)
D. MENULIS
Menulis adalah keterampilan produlctif dengan
menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang
paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena
menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur.
Berikut ini
keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis
perlu untuk:
1.
menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
2.
memilih kata yang tepat;
3.
menggunakan bentuk kata dengan benar;
4.
mengurutkan kata-kata dengan benar;
5.
menggunakan strulctur kalimat yang tepat dan jela.s bagi pembaca;
6.
memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
7.
mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide
atau informa.si tambahan;
8.
mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
9.
membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran
mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum
mereka ketahui dan penting untuk ditulis (http://www.siLorRAimudinks).
10.
menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
g,ramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11.
membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12.
menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, sepetti skisruning untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam (hup:/Avww.siLorffiginRuafinks)
KEGIATAN BELAJAR 3
Keterkaitan Antaraspek
Keterampilan Berbahasa
Secara sederhana kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini. Mungkinkah kita melakukan aktivita.s mendengarkan tanpa ada yang
berbicara? Mungkinkah kita melakukan aktivitas membaca tanpa ada yang menulis?
Apakah pengalaman kita dalam menyimak dapat membantu kita dalam melakukan
aktivitas berbicara dan pengalaman membaca dapat membantu kita dalam menulis?
Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, perlu kita perhatikan
hubungan antara jenis-jenis keterampilan berbahasa berikut ini.
A. HUBUNGAN BERBICARA DENGAN IVIENDENGARKAN
Menurut
Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan Kegiatan
Komunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-peristiwa
komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, peniyataan Brooks itu benar untuk
peristiwa komunikASIi dalam situasi interaktif, seperti diagram berikut ini.
Misalnya, komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan
penjual atau dalam suatu disku.si kelompok. Dalam hal ini, A berbicara dan B
mendengarkan. Setelah itu giliran B berbicara dan A mendengarkan. Namun, ada
pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif,
yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Agar
lebih jelas, situasi komunikasi tersebut digambarkan dalam diagram berikut
Komunikas,i seperti dalam Gambar 1.5, misalnya berupa
kotbah di masjid, pidato dalam suatu acara perayaan atau berbicara dalam suatu
acara siaran berita televisi. Di sini, hanya satu pihak yang berbicara. Pihak
lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara
dan mendengarkan, seperti berikut.
1. Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru.
Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh
terhadap kecakapan berbicara seseorae
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan
keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi,
kosakata, dan pola-pola kalimat.
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan
berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak). Oleh
karena itu, suara dan materi yang berkualitas baik yang didengar dari seorang
guru, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang bernilai tinggi sangat membantu
anak atau seseorang yang sedang belajar berbicara.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan
antara berbicara dan mendengarkan, berikut ini dipaparkan diagram hubungan
tersebut menurut Tarigan (1994:4) dengan beberapa modifikasi.
B. HUBUNGAN MENDENGARKAN DENGAN MEMBACA
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu,
mendengarkan dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif. Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan,
sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Ini sejalan dengan
penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:4) melalui diagram berikut ini.
Gambar 1.7 Diagram Hubungan Mendengarkan dan Membaca
Dalam Gambar 1.7, bukan hanya menggambarkan hubungan
antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara
menyi mak dan berbicara serta membaca dan menulis. Sehubungan dengan kaitan
antara mendengarkan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153)
menjelaslcaranya dalam diagram sebagai berikut.
Melalui diagram di atas tampak jelas bahwa baik
mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat
reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang
menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara
(bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian, baik penyimak
maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur
bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam
membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan
yang berupa konsep, ide atau informasi.
Apabila
ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas membaca dapat
membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan
mendengarkan pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru
pada aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada
tahap berikutnya melalui pro.ses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut
(hnp://www.siLorgAingualimks).
Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa, Tarigan
(1994:4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan falctor penting dalam
belajar membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca
sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu,
kemampuan murid dalam mendengarkan dengan pemahaman sangat penting.
Dari uraian di atas, Idta dapat mengajukan hipotesis
bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan mendengarkan dan membaca
pada kelas-kelas yang relatif tinggi. Apabila terdapat peningkatan pada
kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pada kemampuan yang
lain (Tarigan, 1994:5).
C. HUBUNGAN
MEMBACA DENGAN MENULIS
Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa baik
membaca maupun menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis
adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan
gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang
membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam
bentuk tulisan tersebut. Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencaraaan,
penulisan, dan revisi.
Dalam melakukan perencaraaan sering kali penulis
melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri
informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari
bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering melakukan
revisi-revisi dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang.
Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis
(Wray, 1994:96-97).
Sebaliknya
pula, dalam kegiatan membaca pemahaman sering kali kita harus menulis
catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan guna
menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan, bahkan kadang-kadang kita merasa
perlu untuk menulis laporan mengenai isi bacaan guna berbagi informasi kepada
pembaca lain atau justru sekadar memperkuat pemahaman kita mengenai isi bacaan.
Selain itu, mungkin pula kita terdorong untuk menulis resensi atau kritik
terhadap suatu tulisan yang telah kita baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan
antara aktifitas membaca dan menulis dalam kegiatan berbaha.
D. HUBUNGAN MENULIS DENGAN BERBICARA
Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan
mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya
diminta menulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian, yang bersangkutan
diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu forum. Selanjulnya,
peserta seminar akan menanggapi isi pembicaraan si pemalcalah. Dalam berpidato
pun (salah satu jenis aktivitas berbicara) seseorang dituntut membuat
perencaraaan dalam bentuk tulisan. Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi
mungkin si pembicara cukup menulis secara singkat pokok-pokok yang akan
dibicarakan sebagai persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato
kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap. Dalam
kedua jenis aktivitas berbicara yang dikemukakan di atas tampak jelas
keterkaitan menulis dan berbicara. Kegiatan menulis harus dilakukan guna
mendukung aktivitas berbicara, bahkan dalam suatu seminar, keempat keterampilan
dilibatkan secara bergantian. Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10)
menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produlctif. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan,
sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan
menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan
berbicara pada umumnya bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang
bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler
(sms) dan dengan menggunakan intemet (chatting). Sebaliknya, ada pula kegiatan
berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman pesan suara
melalui telepon seluler. Subyakto-Nababan (1993:153) berupaya menjelaskan
kaitan antara menulis dan berbicara dengan menggunakan gambar diagram berikut
ini.
KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Menyimak Tingkat Dasar
menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan
istilah mendengarkan, dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kegiatan
berbaha.sa yang sangat penting karena melalui menyimak kita dapat memperoleh
informasi untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan.
Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan
menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang
lain. Oleh sebab itu, untuk memperoleh kemampuan menyimak diperlukan
latihan-latihan yang intensif.
Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu
dapat dibedakan atas empat tataran pokok sebagai berikut (Soedjiatno, 1983:18).
1. Tataran identifikasi.
2. Tataran
identifikasi dan seleksi tanpa retensi.
3. Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan
retensi jangka pendek.
4. Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka
panjang.
Tataran identifikasi tidak lain adalah tahap
pengenalan. Tahap ini akan melibatkan kita untuk mulai terampil mengenal
berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam
hubungan timbal balik antarstuktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi,
bahkan juga logika. Tahap ini banyak melibatkan penyimak untuk segera mengenal
elemen-elemen kebahasaan dan maknanya yang mungkin dipengaruhi oleh adanya
elemen-elemen bunyi suprasegmental, yaitu intonasi, jeda, nada, dan tekanan.
Menyimak pada tataran ini disebut juga dengan istilah menyimak bahasa. Tataran
identifikasi dan seleksi tanpa retensi adalah tataran menyimak di mana penyimak
diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum
bunyi/ujaran, tetapi belum dituntut adanya kemampuan retensi (kemampuan
mencamkan, menyimpan, dan memproduksikan) hasil pemahaman tersebut. Pada
tataran ini penyimak hanya dituntut mampu mengenal, memahami maksud tuturan,
belum dituntut adanya kemampuan mengingat-ingat. Tataran identifikasi dengan
seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek adalah tataran menyimak yang
menuntut penyimak untuk mengenal bunyi – bunyi dan kemampuan memahami, tetapi
masih dalam taraf terpimpin. Misalnya, dengan memberikan daftar pertanyaan
terlebih dahulu kepada penyimak supaya dapat dipelajari sebelum bahan simakan
diberikan. Kemampuan mengingat-ingatnya pun masih dalam jangka waktu yang
begitu pendek, misalnya bahan simakan masih dapat diulang sampai maksimal 3
kali agar penyimak selain mampu mengidentifikasi bunyi, memahami pesan, juga
mendapat kesempatan mengingat-ingat mencocokkan dalam waktu yang cepat
mana-mana jawaban yang tepat dan mana yang tidak. Tataran identifikasi„seleksi,
dan retensi janggka panjang adalah taraf menyimak yang menuntut penyimak untuk
mampu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinum bunyi yang panjang, mampu memahami
makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang
relatif lama. Tuntutan pada penyimak pada fase ini ialah penyimak mampu
menyimak kontinum wacaraa yang panjang; baik ragam bacaan, cerita-cerita
menarik, berita surat kabar, percakapan-percakapan panjang, ujaran-ujaran
ekspresif, percakaapan lewat telepon, puisi, drama rekaman, dan sebagainya.
A. MENYIMAK BAHASA
Menyimak merupakan proses berbahasa yang paling
misterius (Lundsteen dalam Tompkins dan Hosskinson, 1991). Proses menyimak
merupakan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam
pikiran. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar mendengarkan. Mendengar
merupakan komponen inta1 dalam menyimak. Kegiatan berpikir atau menangkap makna
dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak. Faris (1993:154)
meng,uraikan proses menyimak atas 3 tahapan. Pertama, menerima masukan auditori
(auditory input). Penyimak menerima pesan lisan. Mendengar pesan saja tidak
menjamin berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori.
Penyimak berkonsentrasi (secara fisik dan mental) pada apa yang disajikan
penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masulcara auditori.
Penyimak tidak sekadar mengumpulkan dan menyimpan pesan, tetapi juga
mengkla.sifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan
awal (previous knowledge). Penyimak juga menggunakan strategi
prediksi-konfirmasi secara cepat.
Urutan dalam proses menyimak secara sederhana dapat
diikhtisarkan sebagai berikut. Kita mulai dengan menyerap renteran bunyi bahasa
melalui telinga. Rentetan bunyi bahasa tersebut (melalui syaraf sentrifugal)
diteruskan menuju otak pada bagian yang disebut "perangkat ingatan
pendek" untuk diproses dan dianalisis. Alat itu ialah pengetahuan bahasa
dan pengetahuan budayanya. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa
(bunyi, kosakata, struktur) berhasil, berarti penyimak "mengerti"
atau "paham" akan makna pesan atau isi informasi yang terkandung
dalam rentetan bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya "isi informasi"
atau "pesan" tadi "disimpan" dalam bagian otak yang lain
yang disebut perangkat ingatan jangka panjang.
Oleh karena itu, yang disimpan itu bukan lagi rentetan
bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah
terproses menjadi konsep (Clark dan Clark, 1977:133-179). Seseorang yang sedang
belajar bahasa akan memperlihatkan berbagai taraf perkembangan pemahaman
berbahasa. Pada kontak pertama dengan ujaran bahasa, yang masuk ke telinga
mereka adalah suatu aliran bunyi gemuruh yang tidak berbeda. Lama-kelamaan,
secara berangsur-angsur dia akan merasakan adanya berbagai urutan bunyi, ada
keteraturan naik turunnya bunyi, dan ada pula kelompok-kelompok bunyi atas
dasar hembusan napas. Kemudian, seseorang itu dapat menyadari adanya
beberargabungan fakta bahasa yang dikenal secara arbitrer, misalnya kosakata,
kelompok kata kerja, dan pernyataan-pernyataan yang sederhana. Seseorang,
kemudian dapat membedakan adanya fonem-fonem, dan pola-pola kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut berulang-ulang dan akhirnya memberikan bentuk-bentuk
penggalan bicara. Sampai di sini belum tergolong sebagai pemahaman yang
memerlukan seleksi. Selanjutnya, dia akan memperlihatkan terus adanya taraf
pengenalan elemen-elemen penting dari sejumlah tuturan, tetapi ia belum sanggup
mengenal adanya hubungan keseluruhan aliran bunyi tersebut. Ini juga bukan
taraf pemahaman sepenuhnya. Hanya dengan banyak latihan sajalah seseorang
akhirnya dapat menundukkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Apabila seseorang
mendengarkan banyak tuturan, akhirnya akan diperoleh kemudahan-kemudahan dalam
mengenal elemen-elemen penting dalam menentukan pemahaman suatu pesan.
Keterampilan mengidentifikasi dan menyeleksi rentetan bunyi bahasa dalam proses
menyimak bahasa itu dapat diperinci atas beberapa kemampuan sebagai berikut.
I. Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi
gejala-gejala fonetik, baik yang berupa nada, tekanan, persendian, maupun
intonasi pada umumnya. Demikian juga mengidentifikasi dan menyeleksi
bunyi-bunyi segmental suatu bahasa yang dipelajari.
2. Kemampuan mengenal, membedakan, menerapkan kosakata
sesuai dengan makna dan konteksnya yang tepat.
3. Kemampuan mengenal, membedakan, dan menerapkan
struktur tata bahasa sesuai dengan maknanya yang tepat termasuk juga struktur
frase dan idiom-idiom yang ada. (Soedjiatno, 1983:6).
B. STRATEGI MENTIMAK BABASA
Untuk menyimak bahasa, kita dapat menggunakan dua
strategi, yaitu memusatkan perhatian dan membuat catatan.
1. Memusatkan Perhatian Agar kita dapat menyimak
bahasa dengan baik, kita harus memusatkan perhatian kita pada tuturan
pembicara. Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan
verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat
visual meliputi gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka iRkrmasi penting,
dan perubahan ekspresi wajah (mimik). Isyarat verbal Miputi perhentian,
naik-turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan pengulangan
informasi penting. Banyak di antara kita yang tidak menyadari isyarat-isyarat
tersebut sebagai perilaku pengatur perhatian. Oleh karena itu, kita harus
memperhatikan isyarat penutur itu untuk mempertajam perhatian kita.
2. Membuat Catatan Membuat catatan dapat membantu
aktivitas menyimalc karena mendorong berkonsentrasi, menyediakan bahan-bahan
untuk mereviu, dan dapat membantu mengingat-ingat. Akan tetapi, membuat catatan
sudah memerlukan konsentrasi. Hal ini berarti mengganggu proses menyimak
sendiri. Agar membuat catatan sewaktu menyimak tidak mengganggu konsentrasi,
sebaiknya saran-saran berikut ini dipertimbangkan.
a.
Catatan bersifat sederhana Catatan yang kecil-kecil dan panjang tidaklah
praktis karena yang dapat kita tangkap dari informasi lisan bukanlah Icalimat
utuh, tetapi ide-ide pokok yang berupa frase-frase atau kalimat pendek. Oleh
karena itu, da1am membuat catatan sebaiknya kita gunakan bentuk kerangka
(oudine). Yang kita catat adalah ide-ide pokok atau informasi yang kita anggap
penting, ide-ide yang menonjol, materi-materi yang falctual.
b.
Catatan menggunakan singkatan-singkatan dan simbol-simbol Steno dan tulisan
cepat sangat membantu penyimak dalam membuat catatan. Jika kita tidak memahami
sistem ini pilihlah singkatan-singkatan atau simbol-simbol yang Anda pahami
dengan baik.
c.
Catatan harus jelas Meskipun catatan kita tulis secara cepat, namun faktor
kejelasan harus dinomorsatukan agar kita tidak kesulitan jika membaca ulang
tulisan tersebut. Kejelasan itu minimal untuk diri kita sendiri.
C. LATIHAN MEMBEDAKAN FONEM DALAM KONTEKS
Sebagai seorang (calon) guru, kita harus memiliki
keterampilan menyimak yang memadai sebelum kita mangajarkan keterampilan
menyimak. Agar kita menjadi penyimak yang baik, tentu kita harus banyak
berlatih. Berikut ini adalah model-model latihan menyimak bahasa. Anda sudah
siap untuk berlatih menyimak? Bila sudah putarlah kaset rekaman yang berisi
kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung kata-kata yang berbeda arti karena
perbedaan fonem.
E. MENYMAK INTEROGATIF
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah
kegiatan menyimak intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi. Dalam
kegiatan menyimak interogatif, penyimak mengarahkan perhatianya pada
pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai pembicara, dalam
hal ini dapat disebut sebagai narasumber. Melalui pertanyaan-pertanyaannya,
penyimak mengharapkan dapat memperoleh informasi atau pengetahuan sebanyak
mungkin dari segala aspek pembicaraan. Informasi yang diharapkan penyimak dapat
mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan
sebagainya.
6. membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan dari
tuturan yang disimaknya; 7. menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang
didengarnya, dan lain-lain.
A. MENYTMAK KRITTS
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan
keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahan simakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat
tidaknya ujaran pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa menyimak",
dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak? Dapatkah
penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? Dapatkah penyimak menafsirkan
makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak" (Kamijan, 2001:
22).
RANGKUMAN
Terdapat 6 kiat yang dapat digunakan untuk menangkap
gagasan inti simakan, yaitu:
1. membentuk gambar dalam pikiran atau berimajinasi
berda.sarkan materi simakan;
2. mengelompokkan informasi;
3. mengajukan atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan
berda.sarkan materi simakan;
4. menemukan pola organisasi informasi; 5. mencatat
informasi-informasi penting;
6. memusatkan perhatian.
Priyatmi mengemukakan tujuh kemampuan yang dimiliki penyimak yang
baik, yaitu mampu:
1. mengantisipasi topik;
2. menemukan topik;
3. membedakan ide pokok dengan ide-ide penjelas;
4. merumuskan hal-hal penting dari bahan simakan;
5. memberikan
komentar atau respons terhadap bahan/materi simakan;
6. membedakan
antara fakta, pendapat, dan shnpulan yang terdapat dalam bahan simakan;
7. menunjukkan nilai estetis yang terdapat dalam bahan
shnakan.
Menyimak Kritis, menyimak kreatif, dan menyimak
eksploratif tergolong ke dalam kemampuan menyimak tingkat lanjut. Di dalam
kegiatan menyimak kritis, penyimak dituntut dapat menilai informasi yang
diperoleh melalui bahan simakan.
Seorang
penyimak kritis dikatakan berhasil jika dia mampu membedakan antn fakta dan
opini dan akan mampu membuat simpulan sebagai hasil simakan, mampu
menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas yang terdapat dalam bahan
simakan. Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang membutuhkan daya
imajinasi dan kreativitas. Penyimak kreatif dituntut mampu menirukan
bunyi-bunyi atau lafal yang disimaknya, mampu mengemukakan kembali gagasan atau
informasi yang disimaknya, dan juga mampu mengungkapkan makna tersirat dari
bahan simakan. Menyimak eksplorafif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan
menemukan gagasan/informa.si bidang-bidang tertentu, kemudian dikembangkan
menjadi topik-topik baru.
KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Dasar dalam Kegiatan Berbicara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa pokok
permasalahan, yaitu berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan
argumentasi, dan bercerita. Dengan demikian, setelah mempelajari Kegiatan
Belajar I ini, Anda diharapkan dapat melakukan kegiatan berdialog, menyampaikan
pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita.
A. BERDIALOG
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat
mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog
adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah.
Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bertelepon,
bercakap-cakap, tanya-jawab, wawancara, diskusi, musyawarah, debat, dan
simposium. Dialog dapat terjadi kapan, di mana, dan tentang apa saja. Hal ini
menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja, misalnya tema
"Pemilu". Ketika musim kampanye tiba, orang-orang neasa tertarik
apabila diajak bercerita tentang calon presiden dan calon walcil presiden yang
alcara dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa kelebihan
jagoannya, baik dari pendidikan, agama, perhatiannya terhadap ekonomi,
kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan amanah, bahkan sampai pada wawasannya
tentang bangsa ini. Dialog dapat dilakulcara sepanjang walau. Apalagi bagi
orang yang sedang menyukai tema-tema hangat. Walctu yang digunakan untuk
berdialog bisa pagi, siang, sore, maupun malam. Dialog pagi, misalnya dilakukan
di rumah, antara ayah, ibu, dan anak atau dengan siapa saja, terutama
orang-orang yang dekat di hati. Kemudian, dialog dapat digunakan di siang hari,
sebagai contoh ketika melakulcara kegiatan resmi dengan teman kuliah, teman
kerja atau siapa saja yang dapat menunjang karier peserta dialog. Nah, sore hari
kembali dialog santai, biasanya dilalcukan dengan orang-orang yang
mempunyai hubungan yang amat bersahabat. Kegiatan ini dapat
dilakukan di kantor, di rumah atau di beranda tetangga. Dialog dapat dilakukan
di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog, misalnya
di rumah, di pasar, di jalan raya, di kantor, di sekolah, di rumah sakit, dan
di tempat-tempat umum lainnya. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian ketika
berdialog adalah (I) bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan
memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki,
dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan. Bahasa dalam
dialog biasanya pendek-pendek.
Namun demikian, pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai
mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan
sejesnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog. Dalam
pengajaran bahasa di sekolah, dialog perlu diberikan agar anak-anak terampil
berbahasa dan dapat bergaul di tengah masyarakat. Anggota masyarakat sering
melakukan kegiatan berdialog di luar sekolah, seperti bertelepon,
bercakap-cakap, diskusi, dan musyawarah.
B. MENYAMPAIKAN PENGUNIUMAN
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu
diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat disvujudkan dalam bentuk
pidato. Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di
antaranya, yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya
penampilan yang menaik.
C. MENYAMPAIKAN ARGUMENTASI
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan arg,umentasi karena
harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan
mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau
peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya
(Laksono, 2003:20). Sebelum berdebat, peserta debat harus mempersiapkan
penyusunan materi dan argumentasi dengan referensi yang memadai. Dalam debat,
pemimpin berhak menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat bertanya
kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu, pemimpin debat harus
menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian, panitia menyiapkan dua
kelompok yang bersedia memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan. Kelompok A
adalah kelompok yang menyetujui masalah, sedangkan kelompok B adalah kelompok
yang tidak menyetujui masalah itu.
Kisyani Laksono (2003:21-22) menjelaskan bahwa tata cara debat
adalah berikut ini.
1.
Pembicara I dari kelompok A diberi kesempatan
4 menit untuk mengajukan pendapat dan alasannya menyetujui hal itu.
2.
Pembicara 1 dari kelompok B diberi kesempatan selama ± 4 menit untuk
mengutarakan pendiriannya yang menolak masalah yang diperdebatkan.
3.
Pembicara 2 dari kelompok A diberi kesempatan ± 4 menit untuk menambah
alasan-alasan mengenai pendirian kelompoknya.
4.
Pembicara 2 dari kelompok B diberi kesempatan selama ± 4 menit untuk
memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah yang diperdebatkan.
5.
Pembicara l dari kelompok B diberi kesempatan untuk menanggapi pendapat
kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang diutarakan kelompok A.
Kesempatan-kelemahan dan alasan kelompok A diserang, sementara itu pembicara
akan lebih menunjukkan alasan-alasan yang menolak masalah yang diperdebatkan.
Kelompok penyanggah (B) yang diwakili pembicara 1 ini harus berusaha
mempengaruhi khalayak supaya berpihak pada kelompoknya. Kesempatan yang
diberikan kepada pembicara l dari kelompok B ini ± 4 menit.
6. Pembicara l dari kelompok A diberi kesempatan
untuk menangkis alasan-alasan yang diutarakan kelompok B dengan alasan-alasan
dan bukti yang kuat. Walctu yang diberikan kepada pembicara I dari kelompok A
ini ± 4 menit.
7.
Kesempatan ± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dari kelompok B digunakan untuk
membuat simpulan dan selcaligus menolak serta menandaskan alasan-alasan
kelompoknya.
8.
Kesempatan ± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dad kelompok A digunalcara untuk
menangkis, menambah alasan, menunjukkan kelemahan lawan, membuat simpulan dan
menunjukkan bahwa pendirian kelompolcnya adalah benar.
D. BERCERITA
Sejak zaman dahulu seorang ibu mempunyai kebiasaan bercerita ketika
meninabobokan anaknya di tempat tidur. Nab, ibu atau orang tua yang mahir
bercerita akan disenangi anak-analmya. Melalui bercerita dapat dijalin hubungan
yang alaab. Selain itu, manfaat berceritasgi antaranya, yaitu (1) memberikan
hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, sivin (3) memberikan keteladanan.
Seorang pendongeng dapat
berhasil dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita. Artinya, dalam hal
ini pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu,
biasanya pendongeng mempersiapkan did dengan cara (1) memahami pendengar
(audiens), (2) menguasai mated cerita, (3) mengua.sai olah suara, (4) menguasai
berbagai macam karakter, (5) luwes dalam berolah tubuh, dan (6) menjaga daya
tahan tubuh. Selain itu, terdapat enam jurus mendongeng, yaitu (1) mencipmkan
suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki kemampuan teknik
membuka cerita, mencipmkan suasana dramatik, menutup yang membuat penasaran,
(3) lcreatif, (4) tanggap dengan situasi dan kondisi, (5) konsentra.si total,
dan (6) ikhlas. cerita, (6) pemilihan pokok cerita yang tepat, (7)
menyelaraskan dan menyarikan cerita, (8) menyelaraskan dan memperluas,
(9) menyederhanakancerita, (10) menceritakan cerita secara langsung,
(II) bercerita dengan tubuh yang alamiah, (12) menentukan tujuan, (13)
mengenali tujuan dan klimaks, (14) memfungsikan kata dan percakapan dalam
cerita, (15) melukiskan kejadian, (16) menetapkan sudut pandang, (17)
menciptakan suasana dan gerak, (IK) merangkai adegan.
Berikut ini merupakan contoh dongeng, cobalah bercerita kisah ini
dengan kata-kata sendiri kepada teman-teman!
PUTRI KENCANA DAN PANGERAN KATAK
Dahulu kala ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai
seorang putri yang amat caraik yang bernama putri Kencaraa. la sangat disayang
karena merupakan anak tunggal. Oleh karenanya, ia dilarang bermain jauh. Pada
suatu malam, tuan putri bermimpi bertemu dengan seorang pangeran yang tampan
rupawan. Sejak saat itu sang putri selalu gelisah ingin bertemu dengan pangeran
yang dijumpai dalam mimpinya. Pada suatu hail, tuan putri bermohon kepada
ayahandanya agar diperkenankan berjalan-jalan ke luar istana. Permohonan itu
dikabulkan asalkan selalu diiringkan oleh para dayang dan pegawai istana. Dalam
perjalanan, sampailah tuan putri di suatu tempat yang sangat indah
pemandangannya dan sejuk udaranya. Di sana pun terdapat kolam yang jernih
airnya. Di tempat itu tuan putri bercengkerama dengan amat gembiranya, seolah
tidak ingin kembali ke istana. Ketika bermain-main itu, setendang putri
diterbangkan angin dan jatuh ke dalam kolam. Meskipun para dayang dan pengawat
telah berusaha untuk mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga. Tuan putri amat
sedih, tidak henti-hentinya menangis. Para dayang dan pengawal bingung dan
tidak tahu apa yang harus diperbuat. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba
melompatlah seekor katak amat besar dari dalam kolam itu. Binatang itu
menghadap tuan putri dan bercakap-cakap layaknya manusia. "Mengapa tuan
putri menangis?" tanyanya Jawab tuan putri, "Selendangku jatuh ke
dalam dan tidak ditemukan kembali", 'Tolong carikan", pintanya.
"Baiklah tuan putri, tetapi apa upahnya jika aku dapat menemukan kembalir
kata katak itu "Akan kuberi engkau makanan yang lezat dan emas
berlian", jawab tuan putri. Tawaran tuan putri ditolaknya, katanya,
"Tuanku, bukan intan permata atau makanan yang lezat yang kuminta, tetapi
aku ingin selatu bersamamu".
Untuk mahir bercerita diperlukan persiapan dan latihan.
Persyaratan yang perlu diperhatikan di antaranya (1) penguasaan dan penghayatan
cerita, (2) penyelarasan dengan situasi dan kondisi, (3) pemilihan dan
penyusunan kalimat, (4) pengekspresian yang alami, dan (5) keberanian.
Selain itu, Nadeak
(1987) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita, yaitu (1) memilih
cerita yang tepat, (2) mengetahui cerita, (3) merasakan cerita, (4) menguasai
kerangka cerita, (5) menyelaraskan
-- =-- -71 RANGKUMAN =4
Kemampuan dasar dalam
berbicara sudah dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat ditelusuri dal=
kebiasaan berinteraksi antarindividu dan anggota masyarakat. Ketika suasana
santai, kemampuan dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan orang adalah
dialog. Ketika berbicara di hadapan umum tentang kegiatan perlombaan atau
pemberitahuan adalah menyampaikan pengumuman. Lain halnya ketika terjadi
pertentangan pendapat maka kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan
argumentasi. Terakhir, kemampuan dasar dalam kegiatan berbicara adalah
bercerita.
KEGIATAN BELAJAR 2
Kemampuan Lanjutan dalam Kegiatan Berbicara
Saudara, Kegiatan Belajar 2
ini merupakan kelanjutan dari Kegiatan Belajar I. Dalam Kegiatan Belajar I
telah dibahas tentang keterampilan dasar berbicara yang meliputi kegiatan
berdialog, menyampaikan pengumuman, menyampaikan argumentasi, dan bercerita.
Dalam Kegiatan Belajar 2 ini akan dibahas tentang kemampuan berbicara lanjutan
yang meliputi kegiatan musyawarah, dislcusi, dan pidato Anda telah slap
mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini? Marilah kita babas satu per satu kemampuan
berbicara lanjut berikut ini.
A. MUSYAWARAH
Musyawarah mengandung anti
perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Mencapai
kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan
pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan tg banyak,
setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum. Dalam
suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut
pimpinan sidang. Pimpinan sidang berhalc membuat tata tertib musyawarah dan
tata tertib pelalasanaan. Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan
pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak maka biasa diambil
voting (suara terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda
dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan. Anda dapat menerapkan
kegiatan musyawarah di dalam kelas, misalnya ketika memilih ketua kelas. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang calon ketua kelas yang
dipilihnya.
B. DISKUSI
Nio (dalam Haryadi,
1981:68) menjelaskan bahwa diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang
sudah tentu melalui tulcar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Sementara itu, Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah
bentulc tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau
kelompok kecil dengan tujuan untuk diskusi ialah proses pengertian,
kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Dengan demikian, dalam
sebuah diskusi harus ada sebuah masalah yang dibicaralcara, moderator yang
memimpin diskusi, dan ada peserta diskusi yang dapat mengemukakan pendapat secara
teratur. Dad kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi
adalah:
I. partisipan lebih dari seorang;
2. dilaksanalcara dengan
bertatap mulca;
3. menggunakan bahasa
lisan;
4. bertujuan untuk
mendapatkan kesempatan bersama;
5. dilakukan dengan cara
bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal yang perlu dijalin
dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69), yaitu sikap
kooperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai that
berkomunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Selain itu, ketika proses
diskusi berlangsung hendaknya peserta dislzusi mendengarkan inian dengan penuh
perhatian, menghilangkan sikap emosional dan prasangka, menangkap gagasan
utama, dan gagasan penjelas, serta mempertimbangkannya. Selain itu, ketika
menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara:
1. pertanyaan dan sanggahan
diajulcara dengan jelas dan tidak berbelit-belit,
2. pertanyaan dan sanggahan
diajulcara secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah
langsung,
3. diusahakan agar
pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam
memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal, yaitu sebagai berikut.
1. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan
dengan pertanyaan.
2. Jawaban harus objektif
dan memuaskan berbagai pihak.
3. Prasangka dan emosi
harus dihindarkan.
4. Bersikap jujur dan terus
terang apabila tidak bisa menjawab.
Proses dan kesimpulan
diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain
persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan
yang mencemoohkan, kiranya patut dihindari. Selain itu, basil diskusi hams didasarkan
pada objektivitas dan kemaslahatan bersama. Pengambilan keputusan dilakukan
pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator
segera mengambil keputusan. Diskusi akan berlarut-larut apabila moderator
terlambat menyimpulkan basil diskusi.
C. PIDATO
Komunikasi lisan khususnya
pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu (serta merta), menghafal, metode
naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan
hal-hal berikut. I. Pengumpulan bahan.
2. Garis besar pidato.
3. Uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan
latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak hams dilaksanakan terutama
untuk mirpc, nada bicara, intonasi, dan waktu.
Hal ini untuk memperoleh
hasil yang baik. Biasanya pidato berruivan untuk mendorong, meyakinkan,
memberitahukan, dan menyenangkan. Sebelum melakukan pidato, hal yang perlu
diperhatikan adalah analisis sebagai berikut.
I. Jumlah pendengar.
2. Tujuan mereka berkumpul.
3. Adat kebiasaan mereka.
4. Acara lain. 5. Tempat
berpidato.
6. Usia pendengar.
7. Tingkat pendidikan
pendengar.
8. Keterikatan hubungan batin dengan
pendengar.
9. Bahasa yang biasa
digunakan.
Pidato yang tersusun dengan
baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu
penyajian pesan dengan jelas akan mempennudah pemahaman, mempertegas gagasan
pokok, dan
menunjukkan perkembangan
pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan
tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun. Organisasi
pesan dapat mengikuti 6 macam urutan, yaitu dedukatif, induktif, kronologis,
logis, spasial, dan topikal.
Selain itu pula, setiap
pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam
menyusun dan membawalcara suatu pidato, yaitu
(I) garis besar terdiri dari tiga bagian,
yaitu pengantar, isi, dan penutup,
(2) lambang-lambang yang
digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan,
(3) penulisan pokok pikiran
utama dengan pokok pikiran penjelas hams dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai komunikasi maka
pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata
hams jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda
sehingga pendengar merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan. Oleh karena
itu, susunan kata-kata hams dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan se,cara
cermat. Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut, haruslah
diperhafikan hal-hal berikut.
1. Gunakanlah kata yang
spesifik, maksudnya janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya
sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran.
2. Gunakanlah kata-kata
yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat.
3. Hindarilah
istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang
sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya.
4. Berhematlah dalam
menggunakan kata-kata, malcsudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan
Icalimat efektif.
5. Gunakanlah perulangan
atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang
berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk
memperjelas kembali.
Terakhir, hal yang perlu
diperhatikan dalam berpidato, yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman
untuk membuka pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian
pendengar sebaik-baiknya, yaitu dengan cara sebagai berikut.
1. Langsung menyebutkan
pokok persoalan.
2. Melukiskan latar
belakang masalah.
3. Menghubungkan dengan
peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
4. Menghubungkan dengan
peristiwa yang sedang diperingati.
5. Menghubungkan dengan tempat
komunikator berpidato.
6. Menghubungkan dengan
suasana emosi yang tengah meliputi khalayak.
7. Menghubungkan dengan
kejadian sejarah yang terjadi masa lalu.
8. Menghubungkan dengan
kepentingan vital pendengar.
9. Memberikan pujian kepada
khalayak atas prestasi mereka.
10. Memulai dengan
pertanyaan yang mengejutkan.
11. Mengajulcara pertanyaan
provokatif atau serentetan pertanyaan.
12. Menyatakan kutipan. 13. Menceritakan
pengalaman pribadi.
14. Mengisahkan cerita
falctual, fiktif atau situasi hipotesis.
15. Menyatakan teed atau
prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
16. Membuat humor.
Dalam membulca pidato, kita tinggal memilih
satu di antara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia,
topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu sendiri. Adapun cara menutup pidato
adalah sebagai berikut.
1. Menyimpulkan atau
mengemukakan ikhtisar pembicaraan;
2. Menyatalcara kembali
gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda;
3. Mendorong khalayalc
untuk bertindak;
4. Mengatchiri dengan
klimaks;
5. Menyatakan kutipan
Alquran, sajalc, peribahasa atau ucapan para ahli;
6. Menceritakan tokoh yang
berupa ilustrasi dari tema pembicara;
7. Menerangkan maksud
sebenarnya pribadi pembicara;
8. Menguji dan menghargai
khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato tersebut
bukanlah cara yang mutlak dilalcsanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat
berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka
dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas
Cobalah Anda
simak contoh teks pidato berikut mi. Kemudian, Anda analisis apakah sudah
tennasuk kriteria pidato atau belum?
Pidato Sambutan Wakit Caton
Pengantin Pria (Menyerahkan Caton Pengantin Ma)
Assalamualaikum wr. wb. Alhamdulillah
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang
telah memberikan kasih yang berlimpah. Semoga salawat dan salam tetap tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman. Ibu-ibu, Bapak-bapak, hadirin rohimakumulloh, Pertama-tama
saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya
untuk sedikit memberi sambutan atas nama mempelai pengantin pria. Kepada Bapak
selaku ayah mempelai wanita, kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas sambutan yang diberikan kepada kami. Semoga Tuhan
membalanya sebagai amal yang baik yang tak ternilai harganya. Atas nan-U wakil
mempelai pria, kami menyampaikan amanat kepada keluarga pengantin wanita di
sini, mudah-mudahan keluarga di sini dapat menerima pengantin pria bukan saja
sebagai anak menantu, namun sekaligus mudah-mudahan dapat diterima di
tengah-tengah keluarga besar Bapak sebagai anggota keluarga sendiri. Kepada
mempelai berdua, kami berpesan, tempuhlah bahtera hidup baru ini dengan penuh
pengertian, sating menghormati, dan sating menghargai sehingga terbinalah
mahligai impian kalian berdua dan terciptalah sebuah keluarga yang sejahtera
penuh dengan berkah dan rejeki dad Tuhan yang Mahapemurah. Akhirnya, sekali
lagi kami menyampaikan terima kasih atas segala keramahan yang dengan rasa
tutus ikhlas sudi menerima mempelai berdua sebagai bagian dad keluarga besar
yang sejahtera akhir dan batin. Akhirul kalam, kami serombongan mohon maaf yang
sebesar-besarnya, sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum warokhmatullahi
wabarakatuh.
3) Aspirasi masyarakat,
dapat diarahkan dengan bermusyawarah. Hal ini dilakukan sesuai dengan
karakteristik masyarakat itu sendiri. Adapun ciri lainnya, yaitu karena
bersifat kekeluargaan. Cobalah kaji kembali dari berbagai buku tenting
musyawarah dan diskusi!
4) Anda dapat membaca
materi langkah-langkah bezpidato. Semoga Anda dapat memperkaya bahan ini dari
berbagai sumber lainnya.
RANG KU MAN
Kemampuan lanjut dalam
berbicara banyak manfaatnya, terutama berkaitan dengan kemampuan bermusyawarah,
berdiskusi, dan berpidato. Hal ini dapat diwujudkan dalam proses belajar
mengajar. Kemampuan tersebut memerlukan latihan. Berlatih bermusyawarah dan
berdiskusi dapat meningkatkan kemahiran seseorang dalam pengua.saan
keterampilan berbicara.
Bermusyawarah amat baik dilakukan terutama Agar
setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan kekerasan. Namun, apa pun
ala.sannya penguasaan keterampilan berbicara akan menjadikan Anda lebih unggul
dari yang lainnya. Ketika ada masalah yang memerlukan mufakat maka
bermusyawarah adalah jalan terbaik. Hal ini sejalan dengan diskusi, yang lebih
mengutamalcan hasil yang lebih dipadukan dengan beberapa pendapat. Adapun
perbedaan di antara keduanya, yaitu jika dalam musyawarah ada istilah voting
maka dalam diskusi tidak ada. Pidato itu sendiri lebih mengutamakan kemampuan
seseorang berbicara untuk mempengaruhi pendengar atau khalayak ramai.
Editor by :
www.denmasmahesa.blogspot.com
KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Dasar datam Kegiatan Membaca
Dalam Kegiatan Belajar 1 ini kita akan
mempelajari dua jenis kegiatan membaca, yaitu tnembaca dalam hati dan meaca
bersuara. Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa membaca dalam hail,
yaitu kegiatan membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman,
serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau
menggerakkan bibir. Kemudian, membaca bersuara merupakan kegiatan membaca yang
dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari
bacaan yang kita hadapi. Berikut ini, secara berturut-turut akari kita pelajari
kedua jenis keterampilan membaca tersebut.
A. MEMBACA DALAM HATI
Dalam kehidupan era tentu banyak melakukan
aktivitas membaca, antara lain membaca koran, majalah, petunjuk perjalanan,
buku-buku referensi atau mungkin sekadar membaca teks terjemahan sebuah film.
Bayangkan bila Anda sedang berada di ruang tunggu pelabuhan udara, lalu guna
mengisi waktu Anda membaca koran dan majalah dengan suara nyaring. Pasti semua
orang di ruangan itu akari menoleh ke arah Anda dan menyangka Anda sedang
melucu atau justru menganggap Anda gila.
Bayangkan pula Anda sedang berada di rumah
sendiri sedang membaca sebuah buku referensi dengan suara nyaring, sedangkan
anggota keluarga lainnya sedang mendengar musik. Mungkin Anda akan dianggap
tidak( bersahabat karena mengganggu telinga orang lain yang sedang mendengar
alunan merdu musik kesukaan. Tampaknya, kita memang perlu jauh lebih banyak
membaca dalam hati di bandingkan membaca nyaring dalam kehidupan ini. Di
samping dengan membaca dalam hati kita tidak akan mengganggu pendengaran orang
lain, kecepatan membaca dalam hati pun jauh lebih cepat dibandingkan dengan
membaca bersuara. Sehubungan dengan membaca dalam hati, menurut Tarigan
(1993:30-31) secara gads besar kita dapat membedakannya atas dua jenis kegiatan
membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Masih menurutnya, yang
tergolong jenis membaca ekstensif adalah membaca survei (survey reading),
membaca sekilas (scaning), dan membaca dangkal (supetfKial reading).
Kemudian, yang tergolong jenis membaca
intensif, yaitu membaca telaah isi dan mernbaca telaah balzasa. Selanjutnya,
membaca telaah isi tersebut terdiri atas jenis membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Berikutnya, membaca telaah bahasa
terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra. Bagi kita, yang penting
bukanlah menghafal sistematika jenis membaca itu, melainkan memperoleh
keterampilan membaca yang kita butuhkan. Oleh karena itu, dalam modul ini
urutan pembKaraan mengenai jenis-jenis keterampilan membaca dalam had tidaklah
secara kkitat mengikuti sistematika yang dikemukakan oleh Tarigan (1993)
tersebut, tetapi berdasarkan tingkat kepentingannya untuk dikuasai.
1.
Membaca
Wacaria Informatif
Kita sering mendengar komentar orang-orang
di sekitar kita atau di koran-koran bahwa kita telah memasuki abad informasi.
Pernyataan ini tentu saja terutama berlaku bagi masyarakat modern yang tinggal
di kota-kota yang telah dilengkapi dengan berbagai sarana komunikasi, srrti
koran, majalah, buku-buku, jurnal, radio, tv, dan internet. Setiap hari di
hadapan kita, sebagai bagian dari masyarakat modern, tersedia berlimpah
infonnasi yang bagaikan tak terbatas. Sebagian dari informasi yang berlimpah
tersebut tersedia dalam wujud bahan bacaan berupa koran, majalah, jurnal, buku,
sena surat elektronik (email), artikel, dan berita/artikel yang disampaikan
melalui internet. Dalam situasi kita menghadapi sumber informasi yang melimpah
itu, kita dituntut meiniliki kemampuan memilihbahan bacaan dengan cepat serta
berkemampuan membaca cepat pula. Untuk itu, diperlukari strategi-strategi
membaca yang efektif. Berikut ini, akan kita bKarakari beberapa strategi
membaca tersebut.
a. Membacamemindai
Ketika mengunjungi perpustakaan, sering
kali kita perlu membaca dengan cepat judul-judul buku dalam kartu-kartu katalog
serta kode-kode buku yang terpajang di rak sebelum memutuskan mengambil salah
satu di antaranya. Demikian juga ketika kita akan makan di restoran, kita
Kadang-kadang merasa perlu membaca menu makanan dan ininuman dengan cepat
sebelum memutuskan memesan makanan dan ininuman yang kita inginkan. Dengan kata
lain, kita perlumemindaijudul-judul buku dalam kartu katalog dan kode-kode buku
di rak sebelum memutuskari mengambil satu atau dua buah buku dari suatu rak,
Dan kita perlumemindaidaftar makanan dan ininuman di sebuah restoran sebelum
memutuskan memesan makanan dan ininuman. Jenis kegiatan membaca seperti ini
disebut membaca meinindai, yang sering pula disebut membaca scaning
(Inikulecky, 1990:138).
Setelah menemukan judul buku yang kita cari
di sebuah rak perpustakaan, misalnya kita bertanya-tanya apakah buku tersebut
memang sesuai dengan kebutuhan kita. Lalu, kita pun berupaya melakukan survei
terhadap buku tersebut. Dengan cepat kita baca identitas buku pada
halaman-halaman depan, daftar isi, daftar indeks, dan beberapa halaman bagian
dalam buku tersebut. Setelah itu, ban kita mengambil kesimpulan bahwa buku
tersebut sesuai dengan kebutuhan kita atau tidak. Jenis kegiatan membaca
tersebut dapat disebut juga membaca meinindai, yaitu membaca dengan cepat
sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk menemukan
sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya.
Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca demikian
dengan istilah membaca scaning (Inikulecky, 1990:138). Berdasarkan uraian
tersebut, kita dapat mengatakan bahwa terdapat dua jenis membaca meinindai,
yaitu scaning dan scaning.
Kedua jenis kegiatan membaca ini sangat
penting bagi kita. Oleh karena itu, di samping kita perlu berlatih agar
menguasai kedua jenis keterampilan membaca tersebut, pan murid pun perlu kita
latih agar dapat memanfaatkan kedua jenis keterampilan membaca tersebut.
1) SCANING
Inikulecky
(1990:49-51) memberi penjelasan mengenai jenis kegiatan membaca yang disebut scaning,
seperti berikut. Scaning adalah
keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat
cepat. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca jenis ini kita tidak perlu
membaca kata demi kata dan tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan
bacaan yang kita hadapi guna menemukan informasi khusus yang kita butuhkan.
Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau kelompok-kelompok kata
sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan kemampuan berpindah dari satu jangkauan
pandangan ke jangkauan pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan
informasi khusus yang kita cari.
Keterampilan membaca scaning hanya dapat
diperoleh dengan melakukan latihan-latihan. Kita harus berlatih memperluas
jangkauan pandangan mata kita terhadap kelompok-kelompok kata dan berpindah
dengan cepat. Misalnya, dengan berlatih menemukan suatu kata dalam Kamus,
menemukan informasi mengenai harga emas dalam sebuah koran. Dalam melakakan scaning,
Kita hanya perlu menangkap kata kunci yang menandai informasi yang kita cari. Misalnya.
Kita ingin menemukan berita mengenai masalah pendidikan dalam suatu surat
kabar, kita tinggalmemindaijudul-judul berita pada halaman-halaman surat kabar
tersebut dengan berbekal kata kunci pendidikan. Bahkan, dalam mencari kata
tertentu dalam kamus atau ensiklopedia, kita hanya perlu memindai huruf
pertama, kemudian huruf kedua, dan huruf berikutnya data kata yang kita cari
data daftar kata yang ada dalam kamus atau ensiklopedia. Kita akan melewati
dengan sangat cepat kata yang meiniliki huruf pertama yang berbeda dengan huruf
awal kata yang Kita cari, sampai menemukan kata yang kita cari tersebut. Tentu
saja latar belakang pengetahuan pembaca turut menentukan kecepatan seseorang dalam
membaca scaning. Misalnya, seseorang yang ingin menemukan iklan bans mengenai
penjualan rumah, sebelumnya ia telah mengetahui bahwa iklanknirsebut terlkitak pada
halaman 11 surat kabar yang dibacariya, kemudian iklan jenis tersebut terlkitak
setelah iklan mengenai komputer maka orang tersebut berkemungkinan akan dapat
manbaca scaning dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak meiniliki pengetahuan mengenai lkitak iklan yang dimaksud itu
sebelumnya bila luas jangkauan pandangan mata dan kecepatan berpindah pandangan
mereka relatif sama.
Untuk tingkat permulaan, kita dapat melatih
murid kita membaca scaning melalui perlombaan antarkelompok murid atau
antarmurid dalam menemukan informasi khusus yang kita tentukan dalam sebuah bacaan.
Misalnya, kita sediakan daftar acara televisi yang biasa dimuat di koran-koran.
Lalu, kita ininta murid menemukan acara tertentu dan Kita hitung kecepatan membacanya.
Kemudian, berdasarkan kecepatan mereka menemukan yang dKari, kita tentukan
pemenang 1 sampai 3 di antara para murid.
Untuk tingkat selanjutnya, latihan membaca scaning
dapat ditingkatkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak
dan bervariasi kepada para murid. Kegiatan ini pun dapat diperlombakan. Misalnya,
kita sediakan daftar iklan bans yang berisi lowongan kerja yang kita ambil dari
sebuah koran. Kemudian, kita ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk
diperebutkan.
a) Ildan lowongan kerja jenis apa yang
mensyaratkan pelamamya meiniliki kemampuan menggunakan program auto cacti
b) Jenis lowongan kerja apa yang mensyarean
pelamarnya jujur dan mau bekerja keras? c) Jenis-jenis lowongan kerja apa saja
yang mensyaratkan pelamarnya berijazah ininimal SMA? d) Jenis pekerjaan apa
yang mensyaratkan pelamarnya meiniliki SIM C? Untuk setiap pertanyaan yang
dijawab dengan benar diberi skor 25. Kemudian, yang meiniliki skor tertinggi
merupakan pemenang lomba.
Kita
pun masih perlu terus berlatih membaca scaning guna meningkatkan kecepatan kita
dalam membaca. Dalam berlatih, kita dapat meininta bantuan teman untuk
mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan suatu bacaan dan mengukur
kecepatan kita dalam membaca dengan menggunakan stopwatch.
2) Scaning
Menurut Fry dalam Inikulecky (1990:138), scaning
meiniliki kesamaan dengan scaning, yaitu memerlukan kecepatan membaca yang
tinggi. Namun scaning meiniliki perbedaan dengan scaning dalam hal berikut.
Seperti telah kita bKarakan sebelumnya, scaning
merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus
dalam suatu teks. Berbeda dengan itu, scaning menuntut pembaca meiniliki
kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran umum mengenai
telas tersebut. Dalam hal ini, melalui scaning pembaca memperoleh kesan umum
mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai organisasi, gaya, dan fokus
tulisan, gagasan-gagasan utama yang disampaikan dan sudut pandang penulis,
terma.suk mengenai kaitan teks dengan kebutuhan dan ininat pembaca. Berdasarkan
informasi yang diperoleh melalui scaning, pembaca dapat mengambil keputusan
apakah akan terus membaca bahan bacaan tersebut secara keseluruhan ataukah
cukup membaca bagian tertentu saja yang sesuai dengan kebutuhan dan ininatnya.
Selain itu, scaning juga bermanfaat sebagai reviuw terhadap teks yang sudah
dibaca sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dikatakan bahwa scaning menuntut pembaca sekurang-kurangnya meiniliki pengetahuan
mengenai organisasi teks, pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang
menyatakan suatu petunjuk (lexKal kues), dan kemampuan menemukan ide pokok dari
suatu bacaan. Dengan demikian, pembaca diharapkan meiniliki kemampuan membaca
dengan sangat cepat dengan berbekal kemampuan jangkauan mata yang luas dan
beralih dengan cepat dari bagian demi bagian teks yang penting dibaca,
berdasarkan pengetahuan mengenai organisasi teks dan pengetahuan mengenai
kata-kata petunjuk teks.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pembaca scaning yang
baik bila dapat memproses teks yang berisi sekitar 800 kata dalam satu menit. Scaning
sangat bermanfaat bagi kita dalam kehidupan, misalnya dalam mengambil keputusan
berkenaan dengan hal berikut ini.
a) Kita akan membeli sebuah buku mengenai cari mengajar membaca permulaan. Di
toko buku terdapat empat buku yang
ditulis oleh pengarang yang berbeda mengenai subjek itu. Kita harus memilih satu
di antara keempat buku tersebut.
b) Kita ingin mengetahui sedikit mengenai suatu peristiwa. Dan i
judul berita pada sebuah surat kabar, kita mengetahui bahwa peristiwa tersebut
disajikan secara panjang lebar. tetapi, kita tidak meiniliki banyak waktu.
c) Kita membaca sebuah buku beberapa tahun yang lalu. Kita diundang
untuk menceritakan isi buku tersebut pada acara bedah buku besok pagi. Kita tidak mempunyai banyak waktu.
d) Kita mempunyai beberapa buah buku mengenai suatu subjek yang
ditulis oleh pengarang yang berbeda. Kita ingin mengetahui gagasan-gagasan
mereka, tapi kita tidak meiniliki banyak waktu.
b. Membaca pemahaman
Dalam modul ini kita menggunakan istilah
membaca pemahaman guna merujuk kepada jenis kegiatan membaca dalam hati yang
dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar
sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca.
Tarigan
(1993) menyebut jenis kegiatan membaca ini dengan istilah membaca Namun,
kita tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan bahwa memhaca
teliti selalu dilakukan dengan lambat. Padahal, dalam membaca pemahaman
kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin bervariasi, tergantung pada bahan
bacaan yang kita baca.
Bila bahan yang dibaca itu berisi
penjelasan mengenai ciri-ciri negara demokrasi, misalnya kita akan membaca
bagian itu dengan kecepatan maksimal, sedangkan apabila bahan bacaan itu berisi
ditail data berupa angka-angka (misalnya) mungkin kecepatan kita dalam membaca
agak berkurang. Selain itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama
persis dengan cakupan konsep membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Tarigan
(1993).
1) Prabaca (previewing)
Guna mendapatkan gambaran umum mengenai
bahan bacaan yang akan kita baca, kita hendaknya melakukan kegiatan prabaca
(previewing). Kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal kepada kita
mengenai bahan bacaan yang dihadapi. Selain itu, menurut Inikulecky (1990:33),
kegiatan prabaca dapat mengaktifkan pengetahuan yang telah kita iniliki
sebelumnya berkenaan dengan bahan bacaan yang akan kita baca. Kegiatan prabaca
(previewing) yang perlu kita lakukan ketika akan membaca sebuah buku, antara lain
berikut ini.
a)
Bacalah halaman judul buku dan halaman copyright. Temukan nama pengarang buku
dan tahun terbitnya. Mengetahui tahun terbit buku sangat penting guna mengetahui
seberapa baru (how up-to-date) buku tersebut di antara buku-buku sejenis.
b) Bacalah daftar isi. Amati organisasi buku ,
meliputi bab dan subbabnya.
c)
Lakukan scaning terhadap bagian (bab) pendahuluannya. Kemudian, perhatikan
ilustrasi-ilustrasi, diagram-diagram, tabel-tabel. Bacalah judul-judul dan
amati apakah setiap akhir bab terdapat rangkuman atau pertanyaan-pertanyaan
untuk didiskusikan.
d)
Perhatikan halaman pertama pada setiap bab.
e)
Lakukan scaning terhadap bab terakhir karena biasanya bab terakhir merupakan
kesimpulan atau rangkuman dari isi buku. Perhatikan pula bagian akhir buku , apakah
terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan hal lain yang dapat membantu
memahaini isi buku.
Selanjutnya, berikut ini adalah petunjuk melakukan prabaca
(previewing) terhadap sebuah bab dari suatu buku atau sebuah artikel.
a) Bacalah judul bab atau artikel.
b) Perhatikan seluruh ilustrasi yang ada.
c) Apabila bab atau artikel tersebut terdiri atas sub-subbab atau
sub-subtopik, lakukan scaning terhadap judul sub-subbab atau sub-subtopik
tersebut.
d) Lakukan pula scaning terhadap paragraf awal dan akhir serta
rangkuman bab atau artikel tersebut. Apabila terdapat pertanyaan-pertanyaan
pada akhir bab, lakukan pula scaning terhadapnya.
Beberapa manfaat melakukan prabaca (previewing), antara lain sebagai
berikut. Pertama, prabaca (previewing) memungkinkan pembaca mengetahui jenis
(genre) bahan bacaan yang dihadapi, konteks pembahasan/penceritaan, topik/tema
bahan bacaan, tingkat kesulitan, dan organisasi bahan bacaan. Kedua, ini paling
penting, dengan menyadari topik/tema bahan bacaan yang dihadapi, pembaca dengan
segera akan mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang telah dimilikinya.
Hal-hal yang demikian, memungkinkan pembaca lebih mudah menangkap makna dari
teks yang dibaca meskipun banyak kata yang digunakan dalam bacaan itu masih
asing baginya. Ketiga, kegiatan prabaca dapat menumbuhkan kesadaran bagi
pembaca bahwa guna menangkap makna dari suatu bacaan pembaca tidak harus
membaca kata demi kata dari bahan bacaan itu, melainkan berupaya menangkap
makna dari keseluruhan kalimat, paragraf, dan dari keseluruhan wacaria (Inikulecky,
1990: 35-38).
2) Pendugaan (predikting)
Setelah selesai atau selama melakukan prabaca (previewing), sebaiknya
kita menduga-duga isi bacaan yang akan kita baca. Misalnya, ketika membaca
judul buku Sejarah Pendidikan Indonesia kita menduga-duga bahwa buku tersebut
memuat informasi mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia sejak merdeka
dari penjajahan, bahkan mungkin juga sebelum penjajahan, sampai tahun terbit buku
tersebut.
Dugaan-dugaan mengenai isi bacaan teks kita lakukan ketika atau
setelah mengamati ilustrasi berupa gambar, diagram, dan informasi lain yang
diperoleh ketika melakukan prabaca (previewing).
Ketika melakukan dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi.
a) jenis bahan bacaan yang akan kita baca, apakah berupa laporan
penelitian buku pelajaran, artikel, cerita, iklan atau lainnya;
b) apa yang sudah kita ketahui dan apa yang belum mengenai isi bacaan;
c) seberapa teliti kita harus membaca suatu bahan bacaan. Apakah kita
perlu mengingat bagian-bagian tertentu dari bahan bacaan, bagian-bagian mana
saja kita perlu melakukan scaning untuk mendapatkan informasi tertentu? Apakah kita
hanya perlu membaca untuk tujuan bersenang-senang saja tanpa perlu
mengingat-ingat sesuatu dari bahan bacaan tersebut?
2. Membaca dengan Kecepatan Bervariasi
dan Menandai Saban Samara Setelah kita melakukan kegiatan prabaca dan
menduga-duga isi bacaan yang kita hadapi, kitapun mulailah melakukan kegiatan
membaca yang sesungguhnya.
Berdasarkan hasil
kegiatan prabaca dan juga dugaan kita terhadap teks yang kita hadapi, mungkin kita
akan menggunakan beberapa keterampilan dalam membaca. Untuk memperoleh pemahaman
yang utuh mengenai bahan bacaan yang
benar-benar baru bagi kita, kita perlu menggunakan keterampilan membaca scaning
terhadap seluruh bacaan, kemudian membaca ulang dengan tempo yang lebih lambat
bagian-bagian yang memerlukan ketelitian. Misalnya, membaca ulang bab-bab atau
bagian-bagian bab yang masih belum kita pahami, membaca kembali tabel-tabel
yang berisi data statistik, formula-formula atau rumus-rumus penting. Apabila
bahan bacaan dalam buku atau artikel yang kita hadapi tidak seluruhnya baru, berdasarkan
hasil prabaca dan dugaan yang sudah kita lakukan, mungkin untuk bagian-bagian
yang sudah kita pahami, kita baca dengan sangat cepat (melakukan scaning)
judul-judul bab atau subbabnya saja, sedangkan bab-bab atau subbab yang belum kita
pahami, kita baca dengan cepat (scaning) guna memperoleh kesan umum dan dibaca
ulang dengan teliti bagian-bagian yang kita anggap perlu untuk itu. Selama
membaca ulang bagian-bagian yang kita anggap perlu dibaca dengan teliti,
berilah tanda pada bagian-bagian yang Anda anggap penting. Jangan segan pula membuat
catatan-catatan, baik pada halaman bacaan maupun pada kartu-kartu yang Anda
siapkan untuk itu. Misalnya, bubuhilah garis bawah pada kalimat atau garis
tegak pada pingir paragraf yang Anda anggap memuat informasi penting. Tulis
tanda tanya pada bagian yang masih belum Anda pahami atau Anda ragukan
kebenarannya atau Anda tidak setuju terhadapnya. Untuk membantu Anda mengingat
organisasi bahan bacaan, gunakan halaman kosong pada bagian akhir buku untuk
membuat diagram pohon mengenai organisasi/isi buku. Cukup Anda tuliskan
kata-kata kunci pada diagram tersebut. Sedangkan yang menyedihkan adalah masih
ada orang ma dan guru yang berpesan pada anak agar jangan mencoret atau menulis
pada halaman buku bacaan/pelajaran. Perlu kita ingat baik-baik bahwa sangatlah
keliru bila kita menginginkan halaman-halaman buku atau margin dari artikel
yang dibaca selalu bersih dari tanda-tanda atau tulisan. Lebih baik buku-buku
menjadi buruk rupa atau rusak karena dibaca secara sungguh-sungguh daripada
dibiarkan bersih mengkilat, namun tidak dimengerti, kecuali buku-buku yang
dibiarkan bersih mengkilat itu adalah buku-buku atau majalah yang dibaca untuk
tujuan mendapatkan hiburan.
3. Membuat Rangkuman Pemahaman dan daya
ingat kita terhadap isi buku atau artikel akan semakin mantap apabila setelah
selesai membacanyakita tuliskan sebuah rangkuman mengenai isinya. Panjang
rangkuman tentu saja bergantung pada panjang bahan bacaan yang telah kita baca.
Sebuah artikel mungkin dapat dirangkum dalam sebuah paragraf. Sebuah buku dapat
kita rangkum menjadi beberapa paragraf. Satu paragraf berisi rangkuman terhadap
sebuah bab dari buku tersebut. Pada bagian akhir dari sebuah rangkuman akan
lebih baik kita tuliskan pula pendapat (komentar)kita mengenai subjek yang
dibahas dalam buku atau artikel yang sudah kita baca. Mungkin saja pendapat
tersebut berupa pemyataan setuju, tidak setuju atau sebagai pelengkap terhadap
bahan bacaan yang sudah dibaca. Yang penting, pendapat/komentar yang kita
kemukakan haruslah disertai argumen-argumen yang kuat.
B. MEMBACA BERSUARA
Kegiatan membaca
bersuara yang paling sederhana yang pernah kita lakukan adalah ketika kita
mulai belajar membaca di kelas 1 Sekolah Dasar.
Kita belajar
melafalkan kalimat-kalimat sederhana dari suatu wacaria sederhana pula. Kini,
sebagai guru, kita pun mengajarkan murid-murid kita membaca mulai dari jenis
membaca bersuara. Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar
kontribusinya terhadap belajar berbKara.
Melalui membaca
bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya dengan
benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang
dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan
bahkan mengucapkan suatu wacaria utuh dengan benar melalui membaca bersuara.
Selain membaca bersuara merupakan aktivitas yang dilakukan ketika murid ban
belajar membaca, tampaknya membaca bersuara pun tKITAp penting dilakukan oleh
orang-orang yang menggeluti profesi tertentu. Seorang Presiden, Menteri,
Direktur suatu institusi, penyiar televisi (misalnya) dituntut meiniliki
keterampilan membaca bersuara yang memadai. Pada pertemuan-pertemuan yang resini
tidak jarang seorang Presiden, menteri atau direktur suatu institusi harus
berpidato dengan menggunakan suatu naskah. Kemudian, seorang penyiar televisi
ketika menyajikan siaran berita acap kali dilakukan dengan membaca naskah
berita. Hal ini menuntut mereka menguasai keterampilan membaca bersuara yang
memadai. Anda mungkin pernah piña terlibat dalam kegiatan pementasan-pementasan
baca puisi, baca cerpen, dan drama. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat
memerlukan penguasaan keterampilan membaca bersuara. Paling tidak, kegiatan
membaca bersuara selalu dilakukan pada saat-saat latihan pementasan tersebut.
Jadi, sangat jelas bahwa membaca bersuara merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pembaca bersama-sama dengan pendengar untuk menangkap informasi dari suatu
bacaan atau untuk menikmati bacaan. Dalam hal ini, menurut Tarigan (1993:22),
pembaca pertama-tama dituntut untuk dapat memahaini makna serta perasaan yang
terkandung dalam bahan bacaan. Untuk itu, ia harus terampil memahaini
lambang-lambang tertulis yang digunakan dalam tulisan yang akan dibacariya.
Selain itu, seorang pembaca nyaring yang efektif harus meiniliki kemampuan
menggerakkan mata dengan cepat karena selain harus dapat membaca per kelompok
kata dan bahkan per kalimat, ia juga harus dapat memelihara kontak mata dengan
pendengar.
Pada Kegiatan
Belajar 2 nanti akan kita telaah lebih lanjut jenis membaca bersuara berupa
membaca naskah pidato.
KEGIATAN BELAJAR 2
Kemampuan Lanjut
datam Kegiatan Membaca
A. MEMBACA NASKAH
PIDATO
Dalam berpidato,
kita dapat menggunakan 2 metode persiapan tertulis. Cara pertama, kita dapat
melakukan persiapan dengan hanya mencatat garis besar materi yang akan kita
sampaikan dalam sebuah pidato.
Dalam hal ini, kita
hanya mencatat topik dan sub-sub topik yang akan kita sajikan dalam sebuah pidato.
Cara kedua, kita melakukan persiapan pidato dengan menyiapkan naskah pidato
secara lengkap. Suatu pidato yang sangat resini, misalnya pidato kenegaraan,
memerlukan persiapan dengan menggunakan cari kedua, yaitu dengan menyiapkan
naskah pidato secara lengkap. Kemudian, pidato resini tersebut disampaikan
dengan cari membacakan naskah pidato tersebut secara nyaring.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membacakan naskah pidato. Pertama, sebelum membaca suatu naskah pidato secara
nyaring, hendaklah naskah tersebut dipahami terlebih dulu, dengan cara membacanya
dalam hati. Dengan pemahaman terlebih dulu maka pembacaan naskah pidato secara
bersuara nantinya tidak hanya akan lancar, tetapi juga dapat dilakukan dengan baik.
Kedua, berupaya menggunakan bahasa tubuh yang tepat, terutama memelihara kontak
mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato secara nyaring.
Memahand Isi Naskah
dan Berlatih Membaca Bersuara Melalui aktivitas membaca dalam hati, kita
hendaknya berupaya memahaini dengan sebaik-baiknya suatu naskah pidato. Bila
naskah pidato itu ditulis oleh orang lain maka kita harus memahaini
sebaik-baiknya tujuan pidato yang tercerinin dalam isi naskah, apakah bersifat
memberi informa.si, berupaya mempengaruhi ataukah sekadar suatu tindakan
pendahuluan dari suatu rangkaian kegiatan (misalnya membuka suatu acara
pameran, perlombaan, seininar). Pemahaman terhadap suatu naskah pidato sangat
diperlukan agar ketika membacakannya secara nyaring dapat dipilih intonasi,
tekanan, dan suara yang tepat. Dengan kata lain, pembaca naskah pidato harus
tahu di mana harus memberikan penekanan-penekanan tertentu, menggunakan nada
tinggi atau datar-datar saja, sena di mana harus menggunakan tempo suara agak
lambat atau cepat. Jadi, dalam membacakan suatu naskah pidato ataupun naskah
berita, kita harus memanfaatkan kemampuan kita dalam mengolah suara, yang
meliputi intonasi, tekanan, tempo, volume, dan bila memungkinkan juga
"warna" suara. Hal penting lain yang harus diperhatikan ketika
membacakan naskah pidato di depan publik atau televisi adalah bahasa tubuh,
terutama kontak mata dengan pendengar. Jangan sampai terjadi isi naskah pidato
berupaya membangkitkan semangat pendengar, tetapi ekspresi wajah pembaca
biasa-biasa saja atau tampak tidak bersemangat. Jangan sampai isi pidato
berkenaan dengan hal-hal yang menyekihkan, tetapi ekspresi pembaca tampak
gembira dengan senyum di bibir. Pernahkah Anda menonton pembacaan berita di
televisi yang isinya mengenai suatu musibah, namun disampaikan oleh pembaca dengan
senyum tKITAp menghiasi wajahnya? Bagaimanakah perasaan Anda ketika menyaksikan
hal itu? Kemudian, seperti telah disinggung di atas, kontak mata dengan
pendengar harus dijaga ketika membacakan suatu naskah Slaw di depan publik atau
di televisi. Upayakan agar mata kita sekali pandang dan dengan cepat dapat
menjangkau seluruh kalimat dalam naskah, kemudian kita mengucapkannya sambil
memandang ke arah pendengar. Jangan sebaliknya, kita hanya melihat sekilas
(sedetik) ke arah pendengar, kemudian mata kita berlama-lama pada naskah.
Kemampuan untuk dapat menjangkau dengan cepat keseluruhan kalimat dalam naskah
pidato atau berita, kemudian mengucapkannya sambil melihat ke arah pendengar
hanya dapat diperoleh dengan banyak latihan. Latihan tersebut tentu dimulai
dengan membaca dalam hati, kemudian dilanjutkan dengan latihan membaca
bersuara. Ketika melakukan latihan membaca bersuara tersebut, hendaknya dilatih
menggunakan intonasi, tekanan, dan tempo suara, serta ekspresi wajah dan gerak
tubuh. Jangan lupa pula melatih din memelihara kontak mata dengan pendengar
ketika membacakan naskah pidato atau berita. Sebaiknya, latihan menggunakan eKspresi
wajah dan gerak tubuh dan memelihara kontak mata dengan pendengar dilakukan di
muka cerinin dan di depan orang lain (teman atau anggota keluarga).
B. MEMBACA WACARIA
INFORMATIF DI INTERNET
Strategi membaca wacaria
informatif telah dibahas di Kegiatan Belajar I. Kemudian, telah disinggung pada
bagian terdahulu bahwa salah satu media informasi dalam masyarakat modern adalah
Internet. Melalui Internet, setiap hari disebarkan informa.si yang melimpah
ruah, mulai dari informa.si ringan, seperti cara merawat binatang peliharaan,
sampai kepada infonsi yang kompleks, seperti cara kerja komputer cariggih.
Beragam informasi tersedia melalui Internet. Kita harus dapat memanfaatkan
infomtasi yang tersedia di Internet sesuai dengan keperluan kita. Untuk itu,
sebelum kita bahas beberapa teknik Khusus mencari dan membaca wacaria
informatif di Internet, sekali lagi saya ingatkan bahwa kecepatan membaca
sangat diperluKan. Semakin tinggi kecepatan membaca Anda, maka semaKin hemat
Anda dalam pengeluaran biaya untuk menjelajahi Internet. Apabila kita bermaksud
menggunakan komputer ndiri chlam menjelajah informasi di Internet, maka
komputer kita harus dilengkapi modem (internal atau eksternal) dan program
untuk menjelajahi Internet, misalnya Internet eaplorer yang diproduksi oleh MKrosoft.
Kemudian, komputer kita harus terhubung dengan saluran telepon (bila belum
tersedia alternatif lain, misalnya pemanfaatan saluran tv kabel). Setelah itu,
Anda tinggal men-set up komputer Anda agar dapat terhubung dengan Internet
dengan memanfaatkan program tertentu, misalnya dengan menggunakan program
Internet explorer tersebut di atas. lkuti semua petunjuk yang tersedia dalam
Internet explorer tersebut. Tetapi, apabila Anda tidak ingin dipusingkan oleh
semua hal teknis itu, Anda cukup datang ke warung Internet (warnet) terdekat
dan menggunakan fasilitas yang ada padanya.
Penjelajahan di
Internet Setelah semua persyaratan telinis terpenuhi (Anda sudah di depan
komputer yang slap digunakan di warnet), Anda tinggal meng-klik logo internet
explorer yang terdapat pada Windows Desktop.
Gambar 4.1. The
Windows Desktop
Apabila sebelumnya
pada interne: properties telah ditulis www.yahoo.com (misalnya) sebagai default
address home page maka akan muncul halaman yahoo (yahoo home page). Tetapi,
apabila belum diset demikian, misalnya default-nya adalah blank, Anda tidak perlu
bingung. Tulis saja pada kotak address www.yahothcom, lalu klik go. Setelah
itu, akan muncul halaman lebih kurang, seperti berikut.
Setelah itu, Anda perlu melakuKan scaning guna menemuKan topik yang
Anda cari. Setelah menemukannya, misalnya topik Health (rubrik kesehatan) maka
Anda tinggal mengklilmya. Selanjutnya aKan muncul halaman (berisi teks dan
gambar) berkenaan dengan kesehatan. Kemudian, Anda tinggal memilihtopik yang
ingin Anda baca atau untuk disimpan di disket. Apabila Anda tidak menemukan
topik yang Anda cari pada halaman tersebut di atm, ketiklah pada kotak Search
the Web topik yang Anda cari tersebut. Misalnya, Anda mencari tulisan yang
membahas topik keterampilan membaca, ketiklah frase tersebut pada kotak Search
the web, lalu gunakan tnouse untuk mengklik Yahoo/ Search. Halaman seperti beriKut
aKan muncul beberapa saat kemudian.
tulisan itu sesuai dengan keperluan kita maka tulisan itu harus kita
simpan untuk dibaca Wang secara off line. Carae)a,kitaklik menu file yang
terdapat di sudut kin i atas halaman tersebut, kemudian kita pilih save as kan
diklik. Setelah itu,kitapilih tempat menyimpan ,file tersebut dengan
memanfaatkan anak panah di sebelah kanan kotak yang bertuliskan save in, misalnya
kita pilih floppy (A:) sebagai tempat menyimpan. Tentu saja kita harus memasuldCara
disket terlebih dub ke floppy (A:) tersebut. Setelah itu, kita beri nama file
yang akan kita simpan tersebut dengan menuliskannya pada kotakfite name. Terakhir,
klik save. Setelah semuanya selesai,kitapun sebailmya secepatnya keluar dari
saluran Internet gunamenghemat biaya, yaitu dengan mengklik tanda silang di
sudut kanan atas sampai seluruh halaman ditutup. Apabila komputer yang kita
gmakan adalah komputer di wamet, secara otomatis tidak terhubungkan lag,i
dengan Internet. Tetapi, apabila komputer yang kita gunakan adalah komputer
pribadi, selain Cara di atas kita lakukan untuk ke luar dari saluran
Anda harus melaKukan scaning terhadap daftar web pada halaman
seperti di aTAs untuk menemuKan web yang memuat topik yang Anda cari. Setelah
Anda menemukannya maka Anda hanya perlu mengkliKnya untuk membuKa web tersebut.
Tetapi, bila Anda belum menemuKan web yang memuat wacaria yang Anda cari, Anda perlu
mengldik next untuk membuka halaman beriKutnya. Demikian seterusnya sampai Anda
menemukan web yang paling sesuai, yang memuat wacaria yang berisi informasi
yang sesuai dengan tujuan Anda. KataKanlah Anda sudah menemuKan web yang memuat
informasi yang Anda inginkan pada halaman pertama, misalnya web no. 5, yaitu
Harlan Onion Suara MerdeKa. Ini karena web tersebut memuat teks yang Anda cari,
yaitu yang berisi informal mengenai kemampuan membaca murid SD di Indonesia.
Anda tinggal mengldiKnya dan menunggu beberapa saat. Setelah itu, akan muncul
hlaman sebagai beriKut.
internet, mungkin kita perlu me-restart komputer kita, dan mengikuti
petunjuk untuk ke bar (disconnect) dari saluran internet tersebut. Kemudian,
untuk kenyamanan kita dalam membaca, tulisan yang telah kita simpan tadi dapat kita
cKITAk (print). Setelah itu, kita pun slap membaCaraya dengan menggunakan
strategi yang telah kita bKarakan pada Kegiatan Belajar 1.
C. MEMBACA KARYA SASTRA
Anda mungkin pernah membaca cerpen atau novel yang bergaya cerita
aku. Contohnya, novel-novel .Nah Dini bergaya cerita seperti itu, yaitu
menggunakan sudut pandang orang pertama dalam bercerita. Dengan gaya cerita
seperti itu seolah-olah peristiwa demi peristiwa dalam novel itu dialaini oleh
penulisnya sendiri. Mungkin pernah terbersit dalam hati pembacanaya bahwa
kejadian demi kejadian dalam novel Pada sebuah kapal (misalnya) benar-benar
dialaini oleh Nh. Dini sebagai pengarangnya. Padahal, segala kejadian yang
dituangkan dalam novel itu hanyalah hasil imajinasi Nh. Dini, sebuah rekaan
belaka. Rekaan, hasil imajinasi pengarang, merupakan bagian dari kode sastra.
Bagaimana kalau saya ajak Anda terbang ke utara Indonesia, tepatnya ke sebuah
desa nelayan di Kepulauan Natuna. Seorang pemuda Natuna melantunkan pantun
berikut ini karena ia merasa tidak dipedulikan oleh seorang remaja putri yang
disukainya.
nyuk muduk jotuh bedepung hanyot sampai tepi serasan anak muduk
jongonlah sumbung ciom pipi bou beloCara
Pahamkah Anda isi pantun di gas? Kalau tidak, itu karena Anda tidak
menguasai bahasa Melayu Natuna, kode bahasa yang dipakai dalam pantun tersebut.
Pantun tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira sebagai
berikut.
kelapa muda jatuh "berdepung" hanyut sampai ke tepi pulau
Serasan anak dara janganlah sombong cium pipinya bau belaCara
Nah, apabila Anda agak mengerti isi pantun tersebut setelah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, itu karena Anda menguasai kode bahasa
yang digunakan dalam pantun tersebut, yaitu bahasa Indonesia. Tetapi, apakah
Anda benar-benar sudah paham akan seluruh isi pantun itu? Mengapa kelapa muda
jatuhnya "berdepung"? Mengapa pipi si dara berbau belaCara dan apa
pula maknanya? Komunitas nelayan Natuna pada umumnya hidup di pulau-pulau kecil
di Laut Cina Selatan. Di sepanjang pantai banyak tumbuh pohon kelapa. Bila
bua.hnya jatuh ke laut maka akan berbunyi "pung". Kemudian, anak-anak
gadis nelayan yang pendidikan formalnya rendah dan iniskin biasanya membantu
orang tuanya mencari nafkah dengan membuat belaCara (terasi). Dari pengetahuan
mengenai kehidupan keluarga nelayan Natuna yang demikian, kita dapat memahaini
bahwa pantun tersebut berisi nasihat dan sekaligus ejekan, yaitu berisi nasihat
agar si gadis janganlah sombong karena yang bersangkutan berpendidikan rendah
dan iniskin. Jadi, untuk memahaini pantun Melayu Natuna tersebut, Anda perlu
memahaini koke budaya Melayu Natuna. Dan i uraian tersebut, kita dapat
berkesimpulan bahwa untuk dapat memahaini bacaan berupa karya sastra ada 3
jenis kode yang harus kita kuasai. Ketiga kode yang dimaksud adalah kode bahasa,
kode budaya, dan kode sastra (Teeuw, 1991:12-17). Dalam hal ininita harus
meng,uasai bahasa yang dipakai sebagai media suatu karya sastra, memahaini
budaya masyarakat tempat karya sastra tersebut dihadirkan, dan memahaini kode
sastra yang menjadi konvensi masyarakatnya. Menurut Teeuw (1991:17-19), kode
sastra tidak terlepas dari kode bahasa. Sastrawan memanfaatkan kode bahasa sekeinikian
rupa untuk menyampaikan pesan dan keindahan yang selanjutnya diterima
masyarakatnya sebagai suatu konvensi sastra. Konvensi itulah selanjutnya
dikenal sebagai kode sastra. Ada juga beberapa penyair yang merasa terkungkung
oleh kode bahasa dan berupaya memberi makna dan di luar makna yang sudah ada.
Sebagai contoh untuk itu adalah sajak Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul
"Amuk" berikut ini.
ngiaul Kucing dalam darah dia menderas tewat dia mengalir ngitu
nglau dia bergegas tewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan
harimau bukan singa bukan hiena bukan teopar dia maCara kucing bukan kucing
tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba afrikaku dengan cakamya dengan
amuknya dia meraung dia mengerang jangan bed daging dia tak mau daging Jesus
jangan bed roti dia tak mau roti ngiau
Sajak tersebut betul-betul berupaya ke luar dari konvensi bahasa
yang berlaku. Coba saja Anda maknai salah satu lank berbunyi, "dia maCara
laining bukan kucing, tapi kucing". Anda pasti bing,ung membaca lank
tersebut bila Anda hanya berbekal kode bahasa yang sudah Anda kuasai. Tetapi,
apabila Anda membekalkan diri dengan pemahaman terhadap kode sastra, bahwa
karya sastra adalah hasil berkesenian dengan menggunakan bahasa, imajinatif dan
ekspresif, sarat makna maka Anda sama sekali tidak akan bingung. Anda hanya
perlu menikmati sajak itu dan berimajinasi dengan pengalaman-pengalaman hidup
Anda dalam memberi makna terhadap sajak itu. Bagaimana apabila makna yang Anda
berikan terhadap suatu karya berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penciptanya?
Mu bukanlah ma.salah bila Anda sudah merasa terhibur oleh suatu karya sastra
dan karya sastra tersebut telah membangkitkan kesadaran-kesadalt dan
menumbuhkan kesadaran-kesadaran ban dalam diri Anda, sebagai pembaca, tentang
realitas kehidupan, dan kehidupan yang didambakan. Selanjutnya, dengan mengenal
kode sastra dan budaya yang berlaku dalam suatu ma.syarakat, kita sebagai
pembaca dapat memberi penilaian-penilaian terhadap karya sutra yang kita baca.
Sebagai guru, dengan berbekal pengalaman membaca dan kemampuan menilai karya
sastra, kita dapat meinilah dan memilihkarya-karya yang bermanfaat bagi
pendidikan anal: didik kita. Bahkan, berbekal dad pengenalan terhadap kode
sa.stra dan budaya serta pengalaman membaca itu, seseorang dapat memilihsuatu
bacaan sastra dari hanya membaca judul buku atau judul suatu tulisan dan dengan
mempertimbangkan nama penulis dan penerbitnya.
RANGKUMAN
Dalam berpidato, kadang-kadang seseorang harus menggunakan naskah
lengkap karena sesuatu alasan. Dalam membaca naskah pidato, seseorang mengandalkan kemampuan membaca bersuara
dengan intonasi, tekanan, dan tempo yang tepat serta kemampuan menggunakan
gerak tubuh dan ekspresi wajah yang sesuai. Kemampuan itu hanya dapat diperoleh
melalui latihan. Internet merupakan salah satu sumber informasi. Kemampuan
menelusuri waCaraa informatif di Internet merupakan nilai tambah yang harus
dikuasai. Selain menguasai teknik penelusuran, kecepatan membaca (scaning dan scaning)
sangat diperlukan dalam membaca waCaraa informatif di Internet. Kemudian, dalam
membaca karya sastra, seseorang paling tidak harus memahaini tiga hal, yaitu
(1) kode bahasa, (2) kode sastra dan (3)
kode budaya yang berkaitan dengan karya sastra itu. Tanpa pemahaman terhadap
ketiga hal tersebut, pembaca tidak akan dapat memahaini dan menikmati karya
sastra yang dibaca.
KEGIATAN BELAJAR 1
Kemampuan Dasar datam Kegiatan Menulis
saudara mahasiswa, kata menulis bukanlah hal yang asing bagi Anda.
Anda juga pasti sudah memahaini pengertian menulis. Tepat sekali. Tepat sekali
menulis adalah suatu proses beinikir dan menuangkan peinikiran itu dalam bentuk
waCaraa (karangan). Untuk dapat memaha roses menulis perhatikan tahapan proses
menulis berikut ini.
PerenCaraaan
Menulis
Revisi
tulisan Akhir
Gambar 5.1. Diagram Tahapan Menulis
Seorang penulis merenCaraakan tulisannya, kemudian menulis, melakukan
revisi, kemudian tulisan selesai. Tetapi observasi-observasi yang telah
dilakukan terhadap penulis menunjukkan bahwa proses menulis tidaklah bersifat
linear dan sesederhana itu. Temyata hasil observasi menunjukkan bahwa sering
kali proses menulis terjadi, seperti diagram berikut ini.
Dalam menulis, seseorang mulai dengan membuat perenCaraaan.
Kemudian, mungkin yang bersangkutan langsung menulis, kemudian merevisinya,
kemudian menulis lagi, merevisi lagi, dan menulis lagi. Tahapan itu
dilakukannya bemlang-ulang sampai diperoleh sebuah tulisan akhir. Tetapi, ada
pula °rang yang menulis dimulai dengan membuat perenCaraaan, kemudian renCaraa
tulisan itu direvisi, lalu menulis, kemudian merevisi renCaraa tulisan,
kemudian menulis lagi, melakukan revisi. Proses menulis tampak bolak-balik dari
membuat renCaraa tulisan, merevisi renCaraa tersebut, menulis, kemudian
melakukan revisi terhadap renCaraa atau terhadap tulisan sampai akhirnya
tulisan selesai (Adams, 1987:4-5). Berikut ini akan kita pelajari lebih lanjut
proses menulis tersebut secara bertahap. Kajian dan latihan yang akan kita lakukan
guna memperoleh keterampilan menulis menggunakan pendekatan bottom-up
processing "proses dari bawah ke atas" (Ceke-Murcia dan Olshtain,
2000:144). Dalam hal ini kita mulai kajian dan latihan kita dari aspek menulis
kebahasaan.
A. MENULIS KEBAHASAAN
Dalam menulis sebuah karangan, apapun bentuk organisasi karangan
itu, tentu saja kita harus memilihkata dan bentukannya yang tepat dan menyusun
kalimat. Kemudian, kalimat-kalimat itu KITA rangkai sehingga terbentuldah
paragraf-paragraf, dan selanjutnya terwujudlah sebuah karangan utuh dengan
menggunakan organisasi karangan terrtu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita
perlu pula memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan huruf, tanda
baca, serta konvensi tata tulis lainnya. Ini berarti dalam menulis, kita
dituntut untuk dapat memilihkata yang tepat, menggunakan bentuk kata yang
benar, menyusun kalimat yang efektif, dan memperhatikan aspek ejaan serta
organisasi karangan. Berikut ini akan kita bKarakan aspek peinilihan kan
penulisan kata, kalimat, dan penggunaan ejaan.
1. Pemakaian Kata Coba Anda perhatikan pemakaian kata (yang dKeTAk iniring)
dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipersoalkan. RenCaraa
pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali dipermosalahkan.
Kalimat (I) dan (2) di atas dari segi bentuk hanya dibedakan oleh
sebuah kata. Kalimat (1) menggunakan kata dipersoalkan, sedangkan kalimat (2)
menggunakan kata dipermasalahkan. Kemudian, dapat dikatakan bahwa kedua kalimat
tersebut meinilild makna yang sama. Dengan demikian, kita dapat mengatakan
bahwa kata dipersoalkan dan dipennasalahkan merupakan kata-kata yang
bersinonim. Sedangkan yang menjadi masalah bagi penulis adalah menyangkut peinilihan
kata di antara kedua kata yang bersinonim tersebut dalam menulis kalimat.
Kapankah sebailmya seorang penulis menggunakan kata dipersoalkan dan kapan piña
hendaknya menggunakan kata dipennasalahkan? Sekilas tampak kedua kata tersebut meiniliki
makna yang sama dan dapat dipertukarkan pemakaiannya. Namun, bila kita cermati
temyata kata dipersoalkan bermuatan rasa agak ka.sar dan kurang profesional
dibandingkan dengan kata dipennasalahkan. Kata dipersoalkan dalam kalimat
(1) memberi kesan bahwa yang
terlibat dalam pembKaraan adalah orang-orang yang meiniliki berbagai latar
belakang ditinjau dari sudut pendidikan atau keahlian, sedangkan pemakaian kata
dipennasalahkan dalam kalimat
(2) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam peinKaraan adalah
orang-orang yang meiniliki pendidikan atau keahlian yang memadai. Selanjutnya,
perhatikan pula kalimat berikut ini.
(3) RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali digugat.
Pemakaian kata digugat pada kalimat (3) memberi makna yang jauh
berbeda dengan kalimat (1) dan (2) Pada kalimat (1) dan (2) terkandung makna
kemungkinan untuk dilakukan suatu diskusi (beradu argumentasi), sedangkan pada
kalimat (3) sarat dengan ma.kna ketidaksetujuan. Selanjutnya, bandingkan
kalimat (3) dengan kalimat (4) berikut
(4) RenCaraa pembangunan di kawasan Bandung Utara digugat.
Kalimat (3) menggunakan kata kemhali, sedangkan kalimat (4) tidak
menggunakan kata kembali. Dengan demikian, kalimat (3) mengandung makna bahwa
gugatan yang sama sudah pemah dikemukakan sebelum ini. Makna itu tidak
terkandung dalam Kalimat (4). Dad contoh-contoh pemakaian kata tersebut,
jelaslah bahwa sebagian masalah yang dihadapi oleh penulis adalah sehubungan
dengan peinilihan kata. Agar terampil dalam memilihkata-kata yang tepat yang
akan dipakai dalam suatu tulisan maka kita harus memahaini terlebih dahulu seluk-beluk
kata dan maknanya serta berlatih, menggunakannya untuk berbagai tujuan. Anda
tenth sudah mengenal bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia ada yang maknanya
berhubungan dalam wujud sinonim dan antonim, dan ada pula yang merupakan kata
umum, kata khusus, dan banyak lagi seluk-beluknya Berikut ini kita bKarakan
seluk-beluk kata tersebut dan berlatih memilihkata yang tepat sesuai dengan
tujuan kita.
a. Sinonim dan antonim
Telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa dalam, berbagai bahasa,
termasuk dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa kata yang meiniliki makna
sama atau inirip. Contohnya, sebagai berikut.
cara, metode besar, agung, raya sukar, sulit, pelik periksa,
selidik, teliti lihat, pantau, observasi hati, kalbu
Kata-kata yang bersinonim itu ada yang dapat sating menggantikan
dalam kalimat dan ada pula yang tidak. Perhatikan contoh kata sulit, sukar,
pelik. Kata tersebut merupakan kata sinonim dan dapat saling mengganti
penggunaarmya, dalam kalimat.
mengarahkan Anda dalam peinilihan terhadap satu di antara kata yang
bersinonim tersebut. Bagaimana pula dengan kalimat (7). Kalimat itu diberi
tanda bintang (*) karena penggunaan kata pelik dalam kalimat itu terasa
janggal. Mungkin kalimat (7) itu akan lebih berterima bila kata dipecahkan
dihilangkan sehingga menjadi sebagai berikut.
(8) Bangsa ini menghadapi masalah yang pelik.
Kesan apa yang Anda tangkap dari kalimat (8) tersebut mbandingkan
dengan kalimat (5) dan (6)? Apakah ada kesan magis dan klenik? Ataukah muncul
kesan bahwa masalah yang dihadapi begitu kompleks dan bersifat nontisik. Mail
kita ambil contoh lain.
Sinonim: mengobservasi, melihat (9) Kita harus mengobservasi
aktivitas yang mereka lakukan secara berulang Luang. (10) Kita harus melihat
aktivitas yang mereka lakukan secara berulang-Luang.
Perbedaan apa yang Anda tangkap dari pemakaian kata mengobservasi
pada kalimat (9) dan kata melilzat pada kalimat (JO)? Apakah Anda dapat
merasakan perbedaan tingkat ketelitian dan perbedaan durasi waktu antara
pemakaian kata yang bersinonim tersebut dalam kalimat (9) dan (10)?
Kata/kalimat yang mana yang lebih tepat digunakan dalam sebuah tulisan iliniah?
Tentu saja kata obsensi meiniliki makna Iebih teliti dan menggunakan durasi
waktu yang lebih lama daripada kata tnelihat dalam kalimat (10) tersebut.
Sehubungan dengan itu, tentu saja kata obsetvasi dalam kalimat (9) lebih tepat
digunakan dalam suatu tulisan iliniah dibandingkan dengan kata tnelihat dalam
kalimat (10). Dan i uraian dan contoh-contoh tersebut, jelaslah bahwa kita
perlu melakukan peinilihan terhadap kata-kata yang akan kita gunakan dalam
suatu tulisan dan harus berhati-hati memilihkata-kata yang bersinonim.
Kemudian, bagaimana pula dengan peinilihan kata- kata yang berantonim?
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(11) Besar kecit, tua muda,
kaya iniskin berbondong-bondong datang ke Balai Desa. (12) Semua orang
berbondong-bondong datang ke Balai Desa.
Kesan apa yang Anda tangkap dari penggunaan kata-kata yang
berantonim pada kalimat (11) dibandingkan dengan penggunaan kelompok kata
sentua °rang pada kalimat (12)? Apakah Anda dapat menangkap kesan hidup dan
keberagaman dalam kalimat (11) melalui pemakaian kata-kata yang berantonim
dibandingkan dengan kalimat (12) yang berkesan netral? Perhatikan contoh lain
berikut ini.
(13) Susah dan senang akan kita hadapi bersama. (14) Apa pun
keadaannya akan kita hadapi bersama.
Kalimat yang mana memberi kesan lebih jelas, hidup, dan dinainis?
Tentu saja Kalimat (13) memberi kesan demikian dibandingkan dengan kalimat
(14). Kalimat mana yang akan Andnakai dalam tulisan Anda? Itu tergantung tujuan
tulisan Anda yang akan kita bKarakan nanti.
b. Denotari dan konotasi Ketika kita mendiskusikan pemakaian
kata-kata yang bersinonim, kita mendapati bahwa terdapat dua atau lebih kata
yang meiniliki makna leksikal yang sama, namun pemakaian kata-kata itu, dalam
kalimat memberi kesan atau nilai rasa yang berbeda. Oleh karena itu, kita dapat
mengetahui bahwa sebuah kata selain meiniliki makna denotatif, juga meiniliki
makna konotatif tertentu. Mari kita perhatikan contoh berikut
(15) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam keiniskinan.
(16) Sebagian besar penduduk di desa itu hidup dalam kemelaratan.
Kata keiniskinan dan kemelaratan meiniliki makna leksikal yang sama,
yaitu keadaan tidak meiniliki harta benda yang cukup untuk keperluan hidup ininimum
sehari-hari. Namun, kedua kata tersebut meiniliki pula perbedaan. Kata keiniskinatt
dalam Kalimat (15) dapat dikatakan hanya meiniliki makna leksikal yang tidak
menonjolkan nilai rasa tertentu (bersifat denotatif), sedangkan kata
ketnelaratan dalam kalimat (16) di samping meiniliki makna leksikal juga
menonjolkan kesan menyedihkan. Dengan kata lain, kata kemelaratan dalam kalimat
(16) mempunyai pula makna konotatif menyedihkan. Meskipun dalam kata keiniskinan
terdapat kesan menyedihkan, tetapi tidak sekuat kesan yang ditimbulkan oleh
kata kemelaratan. Untuk itu, kita dapat mengatakan bahwa pada kata keiniskinatz
makna denotatil yang ditonjolkan, sedangkan pada kata ketnelaratatz makna
konotatifnya yang ditonjolkan. Mari kita perhatikan contoh lain
(17) Mereka tinggal dalam pondok-pondok di sepanjang tepian sungai
itu. (18) Mereka tinggal dalam gubuk-gubuk di sepanjang tepian sungai itu.
Apakah Anda dapat membedakan perbedaan makna konotatif kata
pottdok-potzdok dan gubuk-gtthuk dalam kalimat (17) dan (18) tersebut. Kata
pottdok-potzdok dalam kalimat (17) lebih menonjolkan makna denotatif, yaitu
tempat tinggal berukuran kecil. Kalau pun ada makna konotatitnya, kesan
keindahan, tetapi tidak ditonjolkan. Agak berbeda dengan itu, kata gubuk-gubuk
dalam kalimat (18) lebih menonjolkan makna konotatifnya, yaitu kesan iniskin
dan kumuh. Dalam menulis, makna apa yang hendak ditonjolkan akan menggiring
kita dalam peinilihan kata. Karangan iliniah cenderung memakai kata-kata dalam
makna denotatif, yang sedapat mungkinAtral dari makna konotatif, sedangkan
karangan kesastraan justru banyEnemakai kata-kata yang meiniliki makna
konotatif yang kuat.
c. Kata uttuun dan khusus Apabila kita perhatikan, ada kata yang meiniliki
makna yang luas, di dalamnya tercakup kata-kata lain. Misalnya, kata suktt, di
dalamnya termasuk Melayu, Sunda, Bugis, Dayak, Komering. Kita dapat mengatakan
bahwa kata suku merupakan kata umum, sedangkan kata Busts termasuk kata khusus
karena kata suku meiniliki lingkup nutkna yang luas, sedangkan kata Bugis meiniliki
makna yang spesifik. Mari kita coba menggunakan kata umum dan kata khusus
berikut ke dalam kali mat.
(19) Dalam memilihpasangan hidup, mereka tidak membedakan suku. (20)
Dalam memilihpasangan hidup, mereka tidak membedakan Melayu atau Bugis.
Perbedaan apa yang dapat Anda tangkap dari pemakaian kata umum dan
kata khusus tersebut. Apakah pemakaian kata khusus memberi makna lebih jelas
dibandingkan dengan kata umum? Apakah perlu upaya lebih keras untuk memahaini
makna kata umum dibandingkan dengan kata-kata khusus? Mari kita perhatikan
contoh lain. Kata (majemuk) media massa meiniliki makna yang berkaitan dengan
berbagai media yaitu radio, televisi, surat kahar, majalah. Jadi, media massa
merupakan kata umum, sedangkan radio, televisi, sum` kabar, majalah adalah
kata-kata khusus. Perhatikan pemakaiannya dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(21) Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam media mosso. (22)
Pemerintah yang korup itu berupaya membungkam surat kabar.
Tampak bahwa makna kata media massa dalam kalimat (21) lebih sulit
dipahami dibandingkan dengan makna kata surat kabar dalam kalimat (22). Kata
media tnassa meiniliki makna yang abstrak, sedangkan makna kata surat kabar
dapat dikatakan cukup konkret. Kata- kata umum ataukah kata-kata khusus yang
sebaiknya digunakan dalam tulisan-tulisan kita? Penggunaan jenis kata tereut
tergantung pada tujuan tulisan kita, dan siapa yang akan membaCaraya, Tentu
saja kata-kata umum cenderung dipakai untuk menyampaikan
generalisasi-generalisasi. Kemudian, tentu saja tulisan-tulisan yang ditujukan
bagi anak-anak sebaiknya lebih banyak menggunakan kata-kata khusus yang lebih
mudah mereka pahami daripada kata-kata umum.
d. Kata konkret dan kata abstrak Telah kita singgung bahwa ada
kata-kata yang bermakna abstrak dan ada pula yang bermakna konkret. Kata
abstrak mempunyai referent berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referent berupa objek yang dapat diamati. Oleh karena itu, kata abstrak lebih
sulit dipahami daripada kata konkret (Akhadiah, dKk., 1992, 86). Masjid,
patung, perch's, air, pisang, herds, hitam, merah adalah kata-kata konkret.
Kemudian, ibadah, musyrik, transportasi, kebendaan, keperluan, keindahan, dan
kejujuran adalah kata-kata abstrak. Kata-kata abstrak ataukah kata-kata konkret
yang sebaiknya digunakan dalam tulisan kita? tergantung pada tujuan dan siapa
pembaca tulisan yang kita susun. Guna menyampaikan generalisasi tentu kita
memerlukan kata-kata abstrak, sedangkan untuk menyampaikan
contoh-contoh mungkin lebih banyak memerlukan kata-kata konkret. Kemudian,
apabila tulisan kita ditujukan bagi anak-anak berusia sebelas tahun ke bawah (misalnya)
maka tentu saja dianjurkan penggunaan kata-kata konkret. Hal ini sesuai dengan
teori perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget bahwa anak-anak yang berusia
sebelas tahun ke bawah sangat sulit memahaini hal-hal yang abstrak. Perhatikan
kalimat-kalimat berikut ini.
(23) Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian
barang. (24) Mobil, kereta api, kapal, dan pesawat dipakai untuk mengantar
barang.
Kalimat (23) akan sulit dipahami oleh anak yang berusia sebelas
tahun ke bawah karena menagunakan kata abstrak transportasi, peranatt, dan
petzdistribusian. Sebagai gantinya dapat digunakan kalimat (24) yang
menggunakan kata-kata konkret. Sebaliknya, bagi anak yang berusia dua belas
tahun ke atas tentu saja kita dapat menggunakan kalimat (23), dengan catatan
bahwa masih perlu penjelasan-penjelasan dengan menggunakan kata-kata konkret.
Contohnya, kalimat (23) harus diikuti dengan kalimat-kalimat lain yang
menggunakan kata-kata konkret yang merupakan penjelasan dari kata-kata abstrak
yang dipakai pada kalimat (23) sehingga menja buah paragraf berikut.
Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian barang.
Kapal digunakan untuk mengantor beras, gula, ininyak goreng dan barang-barang
lainnya ke pulau-pulau. Kereta api dipakai untuk mengangkut barang-barang ke kota-kota
yang sudah meiniliki rel dan stasiun. Kemudian, mobil dapat dipakai untuk
membawa barang-barang ke berbagai kota dan desa yang sudah meiniliki jalan yang
cukup lebar. Terakhir, pesawat terbang digunakan untuk mengantor barang-barang
yang tidak terlalu berat dan memerlukan waktu yang cepat ke kota-kota yang
sudah mempunyai pelabuhan udara.
e. Kata populer dan kata kajian Istilah kata populer dipakai untuk
merujuk kepada kata-kata yang biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari,
sedangkan kata kajian menljuk kepada kata-kata yang dipakai dalam komunikasi iliniah
atau komunikasi profesi tertentu (Akhadiah, dkk.,1992:88). Berikut, ini contoh
kedua jenis kata tersebut.
Kata Populer Rata Kalan contoh sampel Cara metode arang karbon kecil
inikro berarti signifikan
Ada pula kata-kata yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari
sekaligus dipakai pula dalam bidang akademis atau profesi tertentu, contohnya laba,
(that, penduduk, handl, barang tahap, bunyi, sinar. Sedangkan yang penting bagi
kita sebagai penulis adalah kita dapat menggunakan jenis kata yang tepat dalam
menulis. Apabila kita menulis karangan iliniah yang ditujukan bagi kalangan akademis
maka tentulah lebih tepat kita menggunakan kata-kata kajian. Tetapi, apabila
tulisan itu ditujukan bagi pembaca dari kalangan nonakademis maka tenth saja
pemakaian kata-kata dalam tulisan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan
komunikasi mereka. Mungkin kata-kata kajian perlu didamtsi oleh kata-kata
populer agar mudah ditangkap oleh pembaca nonakademis. Perhatikan contoh
pemakaian kata dalam kalimat-kalimat berikut ini.
(25) Eksperimen yang dilakukan terhadap masyarakat itu tidak etis.
Kalimat (25) menggunakan kata kajian eksperimen dan etis. Kepada
kalangan pembaca yang bagaimana kalimat itu dapat ditujukan? Tentu saja kalimat
itu hanya sesuai ditujukan bagi kalangan pembaca yang berpendidikan tinggi.
Bagi pembaca yang beipendidikan rendah, penulis harus berupaya mencari
kata-kata populer yang mudah mereka pahami. Paling tidak( kalimat itu diubah
menjadi sebagai berikut.
(26) Percobaan yang ditakukan terhadap masyarakat itu tidak terpuji,
Meskipun kata Percobaan dalam kalimat (26) itu dapat dipandang
sebagai kata kajian, namun kata tersebut sudah banyak dikenal oleh pembaca pada
umumnya sehingga dapat dipandang pula sebagai kata populer.
Kota asing dan serapan Kata asing adalah kata-kata yang berasal dari
bahasa asing yang bentuk dan pengucapannya dipertahankan seperti dalam bahasa
asalnya. Kemudian, yang dimaksud dengan kata serapan adalah kata-kata yang
berasal dari bahasa asing, namun bentuk dan pengucapannya sudah disesuaikan
dengan struktur dan pengucapan, dalam bahasa Indonesia (Akhadiah dkk.,.1992.:90).
Banyak kata serapan yang tidak dirasakan lagi bahwa berasal dari bahasa acing, misalnya
kata buku, fatal), koran, ilmu, hakim, dan mobil. Tetapi masih banyak piña kata
serapan yang masih terasa bahwa berasal dari bahasa asing, misalnya teknologi,
transinisi, psikologi, demografi, dan kontribusi. Mungkin pembaca acara tidak
akan mengalaini banyak kesulitan dalam membaca tulisan yang berisi kata-kata
serapan jenis pertama, tetapi mungkin masih akan mengalaini kesulitan dalam
membaca tulisan yang meiniliki kata-kata serapan jenis kedua. Sebagai penulis,
kita perlu berhati-hati dalam menggunakan kata-kata serapan agar tidak
menyulitkan pembaca. Kemudian, kalau masih ada padanan dalam baha.sa Indonesia
sebaiknya tidak wrggunakan kata-kata asing. Paling tidak kita harus
berhati-hati dalam meA,Akai kata acing dalam tulisan kita. Mari kita perhatikan
kalimat berikut ini.
(27) *Even itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota
Jakarta.
(28) 'Wen itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.
(29) *Event itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.
(29) *Event itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota Jakarta.
Ketiga kalimat tersebut tidak berterima dalam bahasa Indonesia.
Kalimat (27) tidak berterima karena penggunaan kata even sama sekali tidak
sesuai dengan konteks kalimat tersebut bila ditinjau dari sudut makna kata
tersebut dalam bahasa Inggis. Kemudian, penggunaan kata Even dalam kalimat (28)
menjadikan kalimat itu bukan hanya tidak berterima, melainkan juga lucu karena
kata Even tidak terdapat dalam bahasa lnggris. Selanjutnya, kalimat (29) tidak
berterima dalam bahasa Indonesia karena kata event adalah unsur bahasa acing
(bahasa Inggris) yang terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu acara.
Oleh karena itu, tidal( perlu diserap ke dalam bahasa Indonesia lath, kalimat
(29) sebaiknya diubah menjadi sebagai berikut.
(30) Acara itu diselenggarakan dalam rangka ulang tahun kota
Jakarta.
2. Penulisan Kalimat Sebelumnya telah kita bicarakan aspek peinilihan
kata dalam menulis.
Berikut ini akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan
kalimat dalam karangan. Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia untuk
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi sering terdapat penjelasan bahwa
seorang penulis hendaknya menggunakan kalimat efektif dalam karangannya. Ini
dimaksudkan agar tulisan-tulisan tersebut mudah dibaca. Namun, perlu dicatat di
sini bahwa kalimat efektif memang mutlak perlu digunakan untuk
karangan-karangan yang bersifat ekspositoris dan argumentatif. Namun, untuk
tulisan-tulisan yang bersifat naratif dan puitis, syarat pemakaian kalimat
efektif, seperti yang akan kita bicarakan berikut ini seluruhnya tidaklah dapat
dijadikan pegangan.
a. Unsur suhjek dan predikat Dalam sebuah kalimat yang efektif
sekuranUcurang,nya terdapat unsur subjek dan predikat. Harus jelas bagi pembaca
ygig mana unsur subjek dan yang mana predikamya. Mari kita perhatikan contoh
berikut ini.
(31) Penyajian mated petajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. (32) Datam menitai ketutusan siswa, pemerintah harus
konsisten dengan inisi Kurbutum Berbasis Kompetensi. (33) Pencapaian target
pendidikan tidak mudah diraih secara signifikan datam waktu satu tahun. (34)
Datam UU Sistem Pendidikan Nasionat menetapkan cara mengevatuasi keberhasilan
belajar siswa.
Dalam kalimat (31) terdapat unsur subjek penyajian materi pelajaran
dan predikat harms disesuaikan. Kemudian, subjek kalimat (32) adalah pemerintah
dan predikatnya adalah harus konsisten. Selanjufiya, subjek kalimat (33), yaitu
pencapaian target pendidikan dan predikatnya adalah tidak mudah diraih.
Terakhir, dalam kalimat (34) yang mana unsur subjek dan predikatnya? Tampaknya
tidak jelas unsur subjek kalimat (34) tersebut. Ini disebabkan oleh pemakaian
kata dalam yang tidak perlu. Bib kata dalant dihilangkan barulah jelas unsur
subjek dan predikatnya, yaitu UU Sistem Pendidikan Nasional merupakan subjek,
dan menetapkan adalah predikat.
4
h. Kehematan Selain hubungan subjek kan predikat dalam kalimat harus
jelas, pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris dan argumentatif
hendaknya tidak perlu berlebihan. Dengan kata lain, sebuah kalimat yang efektif
harus memenuhi syarat kehematan dalam pemakaian kata. Agar jelas, perhatikan
kalimat-kalimat berikut ini.
(35) Iffi sangat retevan dengan kurikutum KBK yang sedang digalakan.
(36) Target yang ditetapkan terlatu tinggi sekati. (37) Para guru-guru mengataini
kesutitan, datam mendesain sitabus.
Ketiga kalimat tersebut tidak memenuhi syarat kehematan. Kalimat
(35) menggunakan kata kurikalum yang tidak perlu karena sudah terkandung dalam
singkatan KBK. Demikian juga kalimat (36), agar memenuhi syarat kehematan
seharusnya ditulis sebagai berikut.
(38a) Target yang ditetapkan tertatu tinggi. (38b) Target yang
ditetapkan tinggi sekati.
Adapun kalimat (37) akan memenuhi syarat kehematan bila ditulis
kembali, seperti berikut.
(39a) Para guru mengalaini kesutitan dalam mendesain sitabus. (39b)
Guru-guru mengataini kesutitan datam mendesain sitabus.
c. Kesejajaran Syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat
yang efektif adalah kesejajaran bentuk Mari kita perhatikan kalimat-kalimat
berikut ini.
(40a) Mated pelajaran dikembangkannya dengan baik dan menyajikannya
dengan penuh kepercayaan (40b) Mated pelajaran dikembangkannya dengan baik dan
disctjikannya dengan penuh kepercayaan
Kalimat (40a) meiniliki subjek materi pelajaratt dan dua buah
predikat, yaitu dikenthangkannya dan metzjanjikannya. Perhatikanlah kedua kata
kerja yang menduduki. fungsi predikat tersebut, yang satu berawalan di- dan
yang satunya. lagi berawalan me-. Jadi, keduanya tida: meiniliki kesejajaran
bentuk sehingga kalimat tersebut bukanlah kalimat yang efektif. Bagaimana
tt
.5ar
0
Ile I
i 39 1.
pula kalimat (40b)? Kalimat ini meiniliki subjek materi pelajaran kan
dua buah predikat dikembangkannya kan disafikannya. Keduanya berawalan di-.
Jadi, kalimat tersebut memenuhi syarat kesejajaran bentuk sehingga dapat
disebut kalimat yang efektif
d. Kevariasian Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila
kalimat-kalimat yang digunakan dalam sebuah karangan seragam. Mungkin Anda
tidak akan tahan membaCaraya walau hanya sepuluh menit. Coba Anda baca paragraf
berikut ini.
Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilihmasuk
Universitas Pendidikan Indonesia setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita
menjadi guru. Kusno dan Ifni memilihjurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kusno dan Tini memilihjurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
karena Kusno dan Tini menyukai karya sastra dan-menyadari pentingnya, peranan.
komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Bandingkan paragraf di atas dengan paragraf berikut ini.
Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Mereka berdua memilihmasuk
Universitas Pendidikan Indonesia setelah tamat SMA guna menggapai cita-cita
itu. Jurusan Pendiaan Bahasa dan Sastra Indonesia mereka piiih karena keduanya
menyukai sastra dan sama-sama menyadari pentingnya peranan komunikasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kedua paragsaf tersebut berisi informasi yang sama. Perbedaan
keduanya hanya terletak pada kevariasian dalam peinilihan kata dan struktur
kalimat. Tentu Anda sependapat bahwa paragraf kedua lebih enak dibaca karena
kata-kata kan struktur yang digunakan lebih bervariasi. Jadi, Anda perlu
memperhatikan aspek kevariasian pemakaian kata dan struktur kalimat dalam menul
is.
e. Penekanan Dalam menulis, sering kali ada unsur-unsur yang ingin
kita beni penekanan dibandingkan unsur lainnya. Penekanan itu biasanya
diwujudkan dengan cara meletakkan bagian yang mendapat penekanan itu pada awal
kalimat. Contohnya, berikut ini.
0 4
■
(41a) Anak-anak berbakat diberi bea siswa mulai semester ini. (41b)
Mulai semester ini anak-anak berbakat diberi bea siswa. (41c) Diberi bea siswa
anak-anak berbakat mulai semester ini.
Pada kalimat (41a) yang mendapat penekanan adalah unsur subjek
(anak-atzak berbakat), sedangkan, pada kalimat (4 lb) penekanan itu diberikan pada
unsur keterangan waktu (Inalai semester ii). Kemudian, unsur predikat (diberi
bea siswa) mendapat penekanan pada kalimat (41c).
3. Penggunaan Ejaan Telah disinggung pada Modul I bahwa seorang
penulis, harus memperhatikan aspek ejaan dalam menulis. Seorang penulis harus
mematuhi konvensi di bidang ejaan suatu bahasa apabila menginginkan tulisannya
mudah dibaca dan berterima. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang berlaku disebut
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dapat dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang banyak dijual di toko-toko buku. Berikut ml akan kita
bicarakan aspek-aspek yang sangat penting saja yang biasanya bila pemakaiannya
keliru aka angat mengganggu
a. Penzenggalan kata Pemenggalan kata tampaknya sederhana saja,
tetapi justru kesalahan sering terjadi di sini. Kesalahan yang sederhana itu
memberi kesan penulisnya tidak tertib. Kesan seperti itu, dapat menurunkan
citra din i penulis dihadapan pembaca. Berikut ml beberapa pedoman dalam
pemenggalan kata, 1) Jika di tengah kata terdapat dint vokal berurutan maka
pemenggalannya di antara kedua vokal tersebut. Contoh: ma-af saat sa at buah bu-ah Namun,
hurut'-huruf yang menandai diftong au, ai, kan oi tidak boleh dipisahkan
penulisannya. Misalnya sebagai berikut. Kata sutzgai mengandung diftong ai,
bila dipenggal menjadi szt-ttgai, bukan su-tzga-i. Kemudian, kata harimau
mengandung diftong au, apabila dipenaaal menjadi ha-ri-man, bukan ha-ri-ma-u.
Selanjumya kata anzboi yang mengandung diftong oi bila dipenggal menjadi am-Si,
bukan am-ho-i.
2) Jika di tengah kata terdapat vokal dan konsonan maka pemenggalan kata
dapat dilakukan sebelum konsonan. Contohnya sebagai berikut. media —0 me-di-a
peraga pe-ra-ga guru gu-ru metode —0 me-to-de 3) Jika di tengah kata terdapat
dua konsonan, pemeng,galan dilakukan di antara konsonan tersebut. Contohnya
sebagai berikut. Ahli ah-li keluarga ke-lu-ar-ga teknik —0 tek-nik angket
ang-ket Pada kata angket huruf ng melambangkan sebuah konsonan /n/ sehingga
pemenggalannya bukan setelah huruf ii melainkan setelah ng. 4) Jika di tengah
kata terdapat tiga konsonan atau lebih maka pemenggalan suku katanya, antara
lain di antara konsonan pertama dan kedua. Contohnya, berikut instrumen —0 in-stru-men
instruksional —0 in-struk-si-o-nal konstruktif —0 kon-struk-tif ekstrakurikuler
—0 ek-stra-ku-ri-ku-ler 5) Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya
diperlakukan sebagai satu suku kata bila dipenggal. Misalnya, seperti berikut.
makanan ma-kan-an (bukan ma-ka-nan) permainan —0 per-ma-in-an berganti
ber-gan-ti Namun, apabila pembubuhan awalan menyebabkan terjadi na.salisasi dan
konsonan maka huruf yang terletak pada awal kata dasar akan luluh sehingga
dalam pemenggalan bunyi nasal menjadi bagian dari suku kata awal dari kata
dasamya. Contohnya, seperti berikut ini. sayang + me —0 menyayangi
me-nya-yang-i (bukan meny-a-yang-i) pukul + me —0 memukul me-mu-kul (bukan
mem-u-kul)
b. Penulisan kata depan Penulisan kata depan dalam frase atau kalimat
sebetulnya culzup sederhana, yaitu selalu dipisahkan dari kata yang
mengikutinya. Misalnya, berikut ini. ke sawah dari sekolah kepada orang tua
siswa tergantung pada kemauan siswa di perguruan tinggi
Kesalahan yang kadang-kadang terjadi adalah penulisan imbuhan
di-seperti penulisan kata depan, misalnya di lakukan, di tulis, di perhatikan
(seharusnya dilakukan, ditulis, diperhatikan). Untuk membedakan kata depan di
dengan imbuhan di- sebetulnya tidak sulit, yaitu kata depan di selalu diikuti
oleh kata atau frase benda saja, sedangkan imbuhan di- tidak demikian.
Kemudian, ciri lain dari imbuhan di- adalah bila imbuhan tersebut diikuti oleh
kata benda maka pasti diikuti oleh akhiran atau misalnya dihuahi, dirumahkan,
disekolahkan.
c. Pemakaian tattda baca Menurut pengamatan saya selama menjadi
pengajar bahasa Indonesia, kesulitan yang sering dihadapi pan sisn/mahasiswa
sehubungan dengan pemakaian tanda baca adalah berkenaan dengan penulisan tanda
koma (,), titik dua (:), dan tanda petik (" ...") dalam kasus-kasus
berikut ini.
1) Pemakaian tanda koma dalam penulisan gelar akademik Tanda koma
dipakai untuk meinisahkan nama seseorang dengan gelar akademik yang ditulis di
belakang nama orang tersebut. Contohnya, seperti berikut. Mangasi, S.P.
Muhammad Yusuf, S.H. Oktatya Anggareni, M. A. Siti Zakiah, B. A. Tetapi, tanda
koma tidak digunakan untuk meinisahkan nama dan singkatan nama seseorang. Misalnya,
apabila S.P. merupakan singkatan dari Sapararuddin Panji, S.H. merupakan
singkatan dari Salahuddin Hasyim, M.A, merupakan singkatan dari Muhammad All
dan B.A
merupakan singkatan dari Bujang Abdullah (semuanya bukan gelar akademik)
maka penulisannya tidak perlu dipisahkan oleh tanda koma, yaitu, sebagai
berikut. Mangasi S. P. Muhammad Yusuf S.H. Oktatya Anggareni M.A. Siti Zakiah
B.A. 2) Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat majemuk Kesulitan
pemakaian tanda koma sering ditemukan sehubungan dengan penulisan kalimat
majemuk. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk pemakaian tanda koma
sehubungan dengan penulisan kalimat majemuk tersebut. Apabila anak kalimat
mendahului induk kalimat dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat, tanda koma
digunakan untuk meinisahkan anak kalimat dengan induk kalimat. Contohnya,
sebagai berikut.
(42a) Karena nasib rakyat tidak diperhatikan, terjadilah krisis
kepercayaan terhadap pemerintah. (43a) Setiap musim kemarau tiba, kabut asap
tebal menyelimuti kota Jambi dan Pekanbaru.
Tetapi, apabila induk kalimat mendahulunnak kalimat, tanda koma
tidak digunakan. Contohnya, berikut ini.
(42b) Terjadilah krisis kepercayaan terhadap pemerintah karena nasib
rakyat tidak diperhatikan, (43b) Kabut asap tebal menyelimuti kota Jambi dan
Pekanbaru setiap musim kemarau tiba.
Tanda koma juga dipakai untuk meinisahkan klausa-klausa pada kalimat
majemuk setara. Contohnya, seperti berikut.
(44) Ahmad bertugas menyusun renCaraa penelitian, Aisah mengumpulkan
data, dan Ali menulis laporan. (45) Aininah membaca puisi, Husein meniup
seruling, dan Hasan berpantoinim.
3) Pemakaian tanda titik dua (:) Berikut ini hanya akan dikemukakan
rambu-rambu pemakaian titik dua yang sering ditemukan salah dalam pemakaiannya.
Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti
dengan suatu perincian. Contohnya sebagai berikut.
(46) Yang menentukan mutu penyelenggaraan pendidikan, antara lain
adalah komponen-komponen berikut ini: kurikulum guru, bahan pelajaran, dan
media pembelajaran. (47) Kita harus membawa perlengkapan yang cukup ketika
memasuki lapangan penelitian, yaitu alat tulis, kamera, alat perekam, dan
komputer.
Kemudian, tanda titik 2 juga dipakai antara tempat terbit dengan
penerbit dalam penulisan daftar pustaka. Contohnya, sebagai berikut.
Adams, Peter Dow. 1987. Connections, A Guide to The Basics of
Writing. New York: Harper Collins Publishers Akhadiah, Sabarti. 1992. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tanda titik 2 dipakai pula di antara tahun terbit dan halaman pada
penulisan sumber kutipan. Contohnya, seperti berikut.
(Akhadiah, 1992:34) (Adams, 1987:89).
4) Penulisan Tanda Petik (K..,") Berikut ini rambu-rambu
pemakaian tanda petik dalam tulisan. a) Tanda petik mengapit kalimat langsung
atau petikan langsung, yang dipetik dari percakapan atau suatu bahan tulisan.
Contohnya sebagai berikut.
(48) "Kita harus tampil dengan penuh percaya diri dan simpatik
di depan kelas," kata kepala sekolah. (49) Mengenai pentingnya pemahaman
mengenai proses menulis bagi siswa, Adam (1987:v) dengan lugas mengatakan
sebagai berikut. Students should be taught the process of writing. The emphasis
should be on how to write, rather than on what good writing locks like.
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, artikel, bah dari
suatu buku yang dipetik dalam kalimat.
(50) Sajak "Aku" karangan
Chain!. Anwar sarat dengan peCara kebebasan individu. (51) Untuk mengetahui
pengaruh obat terhadap tubuh dalam jangka panjang, silakan baca tulisan dr.
Samsuridjal Djaubari berjudul Pengaruh Obat &has di Kompas, terbitan 4 Juli
2004.
4. Months paragraf Anda tentu pernah mendengar bahwa bentuk karangan
terkecil adalah sebuah paragraf. Ini dapat dimakluini karena sebuah paragraf meiniliki
sebuah gagasan utama, disebut juga topik utama atau pikiran utama, yang
disampaikan kepada pembaca melalui serangkaian kalimat. Dalam sebuah paragral,
gagasan utama atau disebut juga pikiran utama atau topik utama dapat
dikemukakan dalam sebuah kalimat topik atau disebut juga dengan kalimat utama.
Kemudian, kalimat topik tersebut diikuti oleh serangkaian kalimat lain yang
disebut kalimat penjelas yang berisi pikiran penjelas, contoh-contoh, atau
fakta-fakta. Contohnya, seperti berikut.
lnvestasi di bidang pendidikan berpengaruh besar terhadap kemajuan
dan kesejahteraan suatu bangsa. Invesepi yang besar di bidang pendidikan akan
menghasilkan pendidikan yang berrnutu tinggi. Kemudian, pendidikan yang bermutu
tinggi tentu akan menghasilkan sumber daya manusia yang andal, profesional,
terampil dalam berbagai bidang pekerjaan dan kreatif. Di pihak lain, semua
sektor pembangunan hanya akan berlangsung secara efektif dan efisien bila
melibatkan tenaga-tenaga kerja yang profesional dan berketerampilan tinggi.
Kemudian, penggunaan tenaga kerja lokal bukan hanya dapat menghemat biaya
produksi melainkan juga secara langsung membuka lapangan kerja bagi penduduk.
Selain itu, tenaga-tenaga kerja yang profesional dan berketerampilan tinggi
serta kreatif tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga kerja
bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor usaha, tetapi juga dengan bekal
kemampuan intelektual, kreativitas, dan keterampilan yang mereka iniliki mereka
dapat membuka lapangan-lapangan kerja baru.
Gagasan utama paragraf tersebut dituangkan dalam kalimat topik atau
kalimat utama yang terletak pada awal paragraf. Kemudian, kalimat utama yang
berisi gagasan utama tersebut diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas yang berisi
pikiran-pikiran, penjelas. Semua kalimat penjelas berisi uraian yang memberikan
penjelasan terhadap gagasan atau pikiran utama. Pengembangan paragral dengan
cara tersebut dapat disebut pengembangan paragraf secara deduktil.
penelitian sederhana di laboratorium dan di lapangan, proses
penulisan laporan, dan proses belajar lainnya, yang juga penting untuk dinilai.
Penilaian dalam bentuk tes yang cenderung mengukur produk dan tidak termasuk
proses belajar cenderung mendorong siswa berbuat curang dalam mengikuti tes, misalnya
dengan cara meniru pekerjaan teman di sebelahnya. Paling tidak, bentuk
penilaian dengan menggunakan prosedur tes yang hanya dua kali itu mendorong
siswa untuk belajar ketika ada tes saja. Apabila hat-hal tersebut di atas
dipertimbangkan dalam melakukan penilaian terhadap siswa maka sangat jelas
bahwa penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk tes yang dilakukan sebanyak
dua kali, yaitu pada tengah dan akhir semester tidaklah memadai.
Pada paragral tersebut pokok pikiran utama yang dikemukikan pada
awal paragraf dikemukakan kembali pada akhir paragraf. Kemudian, rangkaian
kalimat penjelasnya yang berisi pikiran-pikiran penjelas dikemukakan setelah
kalimat utama pada awal paragraf dan sebelum kalimat utama yang menutup
paragraf. Pengembangan paragraf seperti itu dapat disebut pengembangan paragraf
secara deduktif-induktif Penulisan paragraf dengan tiga Cara tersebut biasanya
digunakan dalam penulisan karangan yang bersifat ekspositoris dan argumentatif.
Dalam menulis karangan yang bersifat deskriptif dan naratil, hampir tidak
mungkin menacunakan jenis pengembangan paragraf sepeni itu. Dalam penulisan
paragral deskriptif dan naratif biasanya topik paraef dikemukakan secara
tersirat, yaitu tersirat dalam keseluruhan kalimat yang dig,unakan untuk
membangun paragraf. Paragraf yang bersifat deskriptif biasanya dikembangkan
berdasarkan hasil pengamatan terhadap suatu objek. Objek yang dideskripsikan dapat
saja berupa benda atau perasaan seseorang. Berikut ini contoh paragraf
deskriptil.
Pondok itu berdiri di atas bukit. Di bawahnya, di sisi barat,
terhampar sawah menghijau. Sedang di bagian timur tampak taut biru luas
membentang. Di tangga pondok duduk seorang gadis belia berkulit kuning langsat
dengan rambut hitam terurai, melepaskan pandangannya nun jauh ke perahu layar
yang semakin mengecil.
Sebagai penutup pembicaraan kita mengenai penulisan paragraf,
berikut ini dikemukakan contoh paragraf naratif.
Suara keras ketokan di pintu membangunkan Bu Inah sekeluarga. Baru
saja kelambu dibuka, terdengar suara "gedubrak" pintu didobrak. Belum
dapat berkata apa-apa, di hadapan Bu Inah telah berdiri lima tentara berbaju
loreng dengan senjata bedil teracung. Salah seorang ialu menghardik,
"Jangan bergerakl” Sambil gemetaran Bu inah pun mengangkat tangannya yang
kurus ke atas. Suara tangis yang lemah penuh ketakutan terdengar dad mulut
cucunya yang baru berumur tujuh tahun. Tubuh kurus tak berbaju itu merunduk bersembunyi
di belakang neneknya.
Tampak bahwa paragraf tersebut terdiri atas rangkaian peristiwa.
Rangkaian peristiwa itu disajikan menurut urutan waktu. Memang demikianlah ciri
sebuah paragraf naratif, berisi rangkaian peristiwa yang disajikan menurut urutan
waktu. Contoh-contoh penulisan paragraf yang dikemukakan tersebut tidak akan
banyak mengubah keterampilan Anda dalam menulis. Keterampilan Anda dalam
menulis paragraf (termasuk menulis kebahasaan) baru akan betul-betul diasah
melalui latihan-latihan.
-_ 4 RANGKUMAN
Dalam menulis, kita harus melakukan peinilihan kata dari sejumlah
besar kata dalam bahasa Indonesia yang meiniliki berbagai karakteristik, antara
lain (a) berupa kata-kata yang bersinonim dan berantonim, (b) berupa kata-kata
umum dan khusus, (c) kata-kata kajian dan populer, (d) kata-kata konkret dan
kata abstrak, dan berum(e) kata-kata ash dan serapan. Kemudian, kata-kata
tersebut dengata dibantu oleh unsur gramatikal tertentu harus disusun menjadi
kalimat-kalimat efektif Selanjutnya, sebua.h tulisan yang baik bukanlah hanya
terdiri dari deretan kalimat lepas, melainkan kalimat-kalimat harus dirangkaikan
secara serasi dan padu dengan cara tertentu menjadi paragraf-para,gaf
Kemampuan Lanjut datam Kegiatan Menulis
Secaradikotoinis, kita dapat membedakan tulisan atas din jenis,
yaitu fiksi dan nonfiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama,
sedangkan contoh nonfiksi, yaitu makalah, artikel dalam jurnal, artikel dan
berita dalam surat kabar, kan laporan penelitian. Dad contoh tersebut kita
dapat mengatakan bahwa fiksi merupakan hasil kegiatan kreatif-imajinatif
penulisnya yang berupa karya tails yang biasanya digolongkan ke dalam tulisan
ke.sastraan. Nonfiksi merupakan hasil kegiatan pnlisan yang mengandalkan logika
dan pengamatan penulisnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan
nonfiksi cenderung bersifat logis dan empiris. Berikut ini kita bicarakan
proses penulisan kedua jenis tulisan tersebut. Dalam hal ini, uraian mengenai
proses penulisan karangan nonfiksi agak lebih mendalam daripada proses
penulisan fiksi mengingat faktor relevansinya dengan profesi yang sedang Anda
tekuni saat INI.
A. MERENCAnAKAN TULISAN FIKSI
Telah dikemukakan bahwa tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif
dan imajinatif penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan dalam
suatu tulisan fiksi, fakta-fakta itu hanyalah hasil imajinasi penulisnya.
Mungkin juga tulisan itu diciptakan berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta
yang bersifat empiris, namun fakta-fakta itu hanya dijadikan sebagai sumber
inspirasi. Setelah diramu menjadi suatu tulisan fiksi, apakah berbentuk cerpen,
novel, atau naskah drama, fakta- fakta empiris itu berubah menjadi fakta
imajinatif. Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang dilakukan setiap pengarang
tidaklah sama. Ada yang mengatakan bahwa kadang-kadang sebuah inspirasi muncul
secara tiba-tiba. Ada pula inspira.si itu sengaja dicari dengan cara bepergian
ke berbagai sudut desa dan kota, dengan menunini lembah dan ngarai, mengarungi
sungai dan lautan, dan ada pula yang mencari inspirasi untuk menulis fiksi
dengan cara menekuni, berbagai bahan bacaan di perpustakaan.
Hal yang sama yang ditempuh oleh penulis fiksi adalah mereka membuat
catatan-catatan mengenai peristiwa-peristiwa dan kesan-kesan imajinatif yang
muncul dalam kepalanya. Selanjutnya, peristiwa-peristiwa dan kesan-kesan
imajinatif itu dirangkaikan menjadi sebuah sinopsis atau sebuah ringkasan
cerita. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa penulisan sebuah fiksi dimulai dengan
penulisan sebuah sinopsis cerita. Setelah sebuah sinopsis terwujud, lalu si
penulis dapat meramunya menjadi sebuah cerita pendek, sebuah novel ataukah
meramunya menjadi babak-babak drama.
B. MERENCANAKAN TULISAN NONFIKSI
Pada bagian awal Kegiatan Belajar 1 telah dikemukakan bahwa proses
menulis secara sederhana terdiri atas tahap perenCaraaan, tahap penulisan, dan
tahap revisi sehingga diperoleh tulisan akhir. Pada tahap perenCaraaan, antara
lain seorang penulis harus melakukan peinilihan terhadap topik karangan, merumuskan
tujuan karangan, dan menulis kerangka karangan.
1. Pernilihan Topik Langkah pertama dalam perenCaraaan sebuah
karangan adalah memilihtopik karangan. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai
dalam Peinilihan topik karangan. Bening ini dikemukakan satu per satu kriteria
tersebut. Kriteria pertama, topik yang dipilih untuk ditulis hendaklah yang
menarik hati bagi penulis sendiri dan dikuasai betul oleh penulis. Dapat Anda
bayangkara bila topik yang dipilih tidak merverik bagi penulis, pekerjaan menulis
pastilah menjadi sangat membosankan. Kemudian, apabila topik yang dipilih tidak
begitu dikuasai maka sudah tentu tulisan yang disusun pasti tidak dapat
dikembangkan dengan baik atau dangkal isinya. Oleh karena itu, topik yang Eta
pilih untuk ditulis haruslah menarik bagi kita dan kita kuasai substansinya.
Kriteria kedua, topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang hangat dibicarakan
atau sangat diperlukan untuk memecahkara masalah yang dihadapi oleh pembaca
sasaran. Apabila topik yang kita pilih untuk sesuatu yang sudah basi, tenth
tidak ada yang akara membaCaraya. Sebaliknya, bila topik yang Eta pilih untuk
ditulis adalah sesuatu yang sedang hangat dibicarakan atau menyangkut sesuatu
masalah yang sedang dihadapi masyarakat pembaca maka tenth akan banyak yang
menyukai tulisan kita
sehingga akan banyak pembacanaya. Apa gunanya sesuatu tulisan
apabila tidak ada yang membaCanya? Kriteria ketiga, bahan-bahan yang kita perlu
untuk menulis sehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat
dijangkau. Misalnya, data atau informasi yang Eta perlukan untuk menulis
berkenaan dengan topik tersebut dapat diperoleh dalam batas waktu dan sumber
dana yang tersedia. Kita akan mengalaini kesulitan dalam menulis apabila data
atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan tulisan kita berada jauh, misalnya
di kutub utara, sedangkan veaktu dan dana yang tersedia, tidak mencukupi untuk
itu. Jadi, dalam peinilihan topik, pertimbangkan a.spek keterjangkauan terhadap
data dan informasi yang kita perlukan. Kriteria keempat, topik yang kita pilih
hendalkah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang
tersedia. Jadi, jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Dalam
menentukan ruang lingkup topik,kitadapat menggunakan diagram, misalnya seperti
berikut.
kurikulum LPTK dan kompetenst guru
hubungan IQ, ininat. sikap. dan kompetensi guru
manfaat PTK bagi guru
Jadi, melalui diagram tersebut, kita dapat melihat ruang lingkup
topik pendidikan. Setelah mencermati diagram tersebut, kita pun harus
bertanya-tanya pada diri sendiri, dengan waktu dan dana yang tersedia,
sanggupkah kita menulis sebuah artikel atau buku dengan topik pendidikan? Kalau
tidak memungkinkan, kita harus mempersempit ruang lingkup tulisan kita dengan memilihsalah
satu aspek dari topik pendidikan tersebut yang akhimya kita harus memilihsubtopik,
yaitu hubungan konsep din i dengan prestasi belajar siswa.
2. Perumusan Tujuan Setelah topik tulisan dipilih, Idta harus
merumuskan tujuan tulisan kita. Dengan tulisan yang akara disusun, kita dapat
bermaksud memberi pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca menyangkut topik
yang telah kita pilih. Mungkin piña tujuan yang ingin kita capai dalam menulis
adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan pembaca
melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topik yang kita tulis. trujuan yangkitarumuskan
akan berpengaruh terhadap kerangka karangan yang akan kita susun serta terhadap
jenis data atau informasi yang kita perlukan dalam menulis. Sebagai contoh,
berikut ini dikemukakan topik karangan serta perumusan tujuan penulisan.
Topik : Hubungan antara konsep did fisik dengan prestasi betajar
Tujuan : Meath' tutisan yang bersifat argumentatif, penutis bermaksud
menjetaskan hubungan antara konsep din i fisik dengan prestasi belajar, serta
pertunya bimbingan mengenai konsep diri bagi para siswa yang sedang berada pada
masa puber.
4. Penulisan Kerangka Karangan Kerangka
karangan perlu ditulis sebagai bagian dari perenCaraaan karangan. Penulisan
kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak
ke luar dari topik dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Selain itu, kerangka karangan merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur
karangan serta dalam peng,umpulan bahan bagi karangan. Ada 2 Cara penulisan
kerangka karangan. Cara pertama adalah dengan mendaftariCara seluruh subtopik
dari topik yang telah dipilih, kemudian meinilah-inilah, mengelompokan dan
menyusunnya menjadi suatu struktur kerangka tertentu. Cara ini biasanya dipakai
oleh pan penulis pemula. Selanjutnya, Cara kedua, penulis langsung menentukan
subtopik apa yang perlu ditulis kan langsung mengurutkannya. Kemudian, setiap
subtopik tersebut diperinci lagi sesuai dengan keperluan penulisan. Berikut ini
disajikan contohnya sebuah kerangka karangan.
Topik : Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Tujuan : Agar
pembaca memahaini hubungan konsep did dengan prestasi belajar siswa kelas 2 SMP
dan dapat aktif memberi bimbingan terhadap siswa yang meiniliki konsep diri
rendah.
Kerangka karangan 1. Konsep diri 1.1 Konsep diri akademik 1.2 Konsep
diri fisik 2. Prestasi belajar 2.1 Prestasi belajar secara umum 2.2 Prestasi
belajar tiap bidang studi 3. Hubungan konsep diri dengan prestasi belajar 3.1
Hubungan konsep diri akademik dengan prestasi belajar 3.2 Hubungan konsep diri
fisik dengan presta belajar 4. Upaya-upaya pembimbingan yang dapat dilakukan
4.1 Bimbingan kelompok 4.2 Bimbingan individual
Setelah sebuah kerangka karangan terwujud, selanjutnya penulis perlu
mengumpulkan bahan-bahan, baik berupa teen, data, atau informasi lainnya.
Setelah bahan-bahan tulisan terkumpul, langkah berikutnya adalah mengembangkan
kerangka karangan yang sudah dibuat menjadi sebuah karangan utuh.
KEG IATAN BELAJAR 1
A .Keterpaduan Keterampitan Berbicara dengan Fokus Menyimak
Melihat judul modal ini, Anda tentu tahu pelajaran-pelanan atau
pengetahuan-pengetahuan apa yang akan Anda peroleh serta kegiatan-kegiatan apa
yang harus Anda lakukan. Anda mengerti maksud saya? ya, benar! Pada modul ini
Anda tidak akan banyak menghafal konsep-konsep atau teori-teori tentang
keterampilan berbahasa lagi, sebab bahasan tersebut sudah Anda pelajari pada
Modal 1, 2, 3, 4, dan 5, bahkan latihan/praktik meningkatkan kemampuan atau
keterampilan berbahasa secara mandiri/satu per satu sudah Anda lakukan. Pada
modul ini Anda akan lebih banyak melakukan latihan untuk lebih meningkatkan
kemampuan berbahasa Anda. Latihan-latihan ini akan kita lakukan secara terpadu
dengan keterampilan menyimak. Uraian dalam kegiatan belajar ini hanya akan
memberikan 1 contoh untuk setiap keterampilan berbahasa yang berfokus pada
keterampilan menyimak. Contoh yang diberikan sekaligus menjadi bahan latihan
bagi Anda. Tidal( menutup kemungkinan menggunakan bahan yang ada pada
modul-modul sebelumnya. Khusus modul ini akara menggunakan bahan-ba.han simakan
yang terdapat pada kaset rekaman yang ada di Modul 2, yaitu Keterampilan
Menyimak. Pada umumnya, menyimak dan berbicara dilakakan secara tatap muka.
Namun, pada zaman modem seperti sekarang ini, menyimak dan berbicara dapat
dilakukan tanpa tatap muka. Artinya, 2 orang yang sedang berkomunikasi dalam
bahasa lisan dapat melakukannya dengan jarak yang berjauhan, yaitu dengan
memanfaatkan karya teknologi, seperti telepon atau melalui satelit. Seorang
penyimak dapat melakukan kegiatan menyimak tanpa harus menghadirkan pembicara,
seperti mendengarkan hash l rekaman kaset audio. Menyimak dan berbicara meiniliki
hubungan yang sangat erat karena keduanya merupakan dua keterampilan yang
berada dalam satu ragam bahasa, yaitu bahasa lisan. Hal ini tentu sudah Anda
ketahui dalam Modul 3,
namun tidak ada salahnya kita ulang kembali untuk lebih memperdalam
pemahaman Anda tentang kedua keterampilan berbahasa ini. Perhatikanlah bukti-bukti
lain yang memperlihatkan adanya hubungan yang erat, antara menyimak dan
berbicara, seperti berikut ini.
I. Suatu ujaran dapat
dipelajari melalui menyimak dan meniru. Contohnya, seorang anak akan menyimak
ujaran-ujaran orang di sekitamya dan menirukannya sampai akhimya dia dapat
berbicara. 2. Seseorang (anak atau dewasa) akara lebih mudah mengulang cerita
yang disimaknya dibandingkan dengan cerita yang dibacanya.
3. Seorang pembicara yang ucapan atau lafal ujarannya tidak jelas akara
mempengaruhi basil yang diperoleh penyimak. Artinya, kelemahan-kelemahan yang
ada pada pembicara akan sangat berpengaruh pada penyimak.
Selain penjelasan di atas ada pula ahli mengatakan bahwa proses
komunikasi berbicara tidak bisa dilakukan secara terpisah. Proses berbicara
secara alaini selalu berpadu dengan proses menyimak. Tidak akan ada orang yang
mau berbicara tanpa ada yang man menyimak. Sebelum melakukan latihan berbicara
dengan fokus menyimak, marl kita coba mengingat kembali hakikat dari berbicara
yang juga sudah Anda ketahui melalui Modul 3. Hal ini kita lakukan untuk
menjadi bahan perhatian bagi Anda ketika berlatih berbicara di depan pan
hadirin atau bisa juga Anda sampaikan bahan pembicaraan di depan murid-murid
Anda. Berbicara adalah sebuah keterampilan menyampaikan gagasan, informasi atau
pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetis
atau lebih singkatnya dengan menggunakan media berupa bahasa lisan. Seorang
pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimak dapat dengan mudah menangkap
gagasan atau pesan yang disampaikannya. Oleh sebab itu, seorang pembicara yang baik
tidak merasa cukup jika ia hanya meiniliki keterampilan dalam mengha.silkan
simbol-simbol fonetis tersebut, tetapi ia akara berusaha melengkapi
keterampilannya itu dengan gestur atau gerak-gerak isyarat untuk membantu
penyimak dalam memahaini pembicaraarmya. Jika pembicaraan berlangsung tidak
secara tatap muka maka pembicara harus meiniliki keterampilan lain yang tidak
kalah sulimya dengan jika ia melakukannya melalui tatap muka, yaitu pembicara harus
meiniliki kemampuan memperdengarkan aspek supraseg,mental atau intonasi yang
flexpaper MHO II II MN INI
1-1
jelas. Hal ini harus dilakukan pembicara untuk menghindari
kesalahpahaman dengan penyi mak. Baiklah saudara mahasiswa, itulah hal-hal yang
harus Anda perhatikan dalam melakukan kegiatan berbicara. Sekarang kita mulai
berlatih meningkatkan keterampilan berbicara yang didahului dengan kegiatan
menyimak. Putarlah kembali kaset yang berisi materi simakan dengan judul
Manfaat Gainin.
Manfaat Garam
Anda tentu sudah sangat paham isi waCaraa (bahan simakan) tersebut
karena waCaraa tersebut disusun dengan kosakata-kosakata sederhana kan
paragrafnya pun tidak panjang-panjang. Di samping itu, Anda sudah beberapa kali
memutar kaset ini dan menyimaknya. Memang ada bunyi-bunyi fonetis yang tidak
sesuai dengan bunyi fonetis bahasa Indonesia, tetapi Anda sudah mengetahui
lafal atau ucapan yang seharusnya atau yang benar setelah Anda menyimaknya
dengan baik. Setelah Anda tahu dan mengerti isi waCaraa tersebut, cobalah Anda
berlatih berbicara di depan cerinin dengan materi hasil simakan yang Anda
peroleh, yaitu Maniacs: Gainin. Berimajinasilah seakan-akan Anda berbicara di
depan orang banyak, misalnya di hadapan ibu-ibu PKK atau di sebuah seininar
kecil. Anda tidak perlu menini pembicara di kaset, jadilah Anda sebagai din
Anda sendiri dan berusahalah berbicara lebih baik dari pembicara lain. Susunan
atau sistematika penyajian materi juga tidak perlu sama persis dengan yang di
kaset. Sedangkan yang perlu Anda perhatikan adalah lafal atau ucapan yang baik
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia karena di sini Anda sedang berlatih
berbahasa Indonesia. Usahakan tidak ada kosakata daerah yang masuk. Selamat
berlatih!
Jika Anda menganggap bahwa materi ini sudah Anda kuasai dan Anda
sudah dapat menyampaikan `Manfaat Garam' dengan baik, cobalah dengan mated
lain, seperti waCaraa Patting Liberty kan materi-materi simakan yang lain.
1. anak belajar berbicara melalui menyimak terlebih dahulu
ujar-ujaran orang di seldtarnya dan menirunya;
2. pada umumnya orang lebih mudah mengingat isi pembicaraan
dibandingkan dengan isi tulisan;
3. kualitas keterampilan seorang pembicara sangat mempengaruhi basil
menyimak seseorang.
Pembicara yang baik akan menggunakan gesture dan gerak-gerak isyarat
untuk membantu penyimak memahaini gagasan yang disampaikannya, sedangkan
berbicara di dalam rekaman memerlukara keterampilan menggunakara unsur-unsur
suprasegmental secara tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan penyimak.
Sama halnya dengan keterampilan berbahasa yang lain, latihan merupakan
satu-satunya Cara orang untak dapat meningkatkan kualitas keterampilan menyimak
dan berbicaranya.
KEGIATAN BELAJAR 2
Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Menyimak
saudara mahasiswa apabila pada Kegiatan Belajar 1 Anda sudah
berlatih meningkatkan kemampuan berbicara melalui menyimak maka pada Kegiatan
Belajar 2 ini Anda akan berlatileineningkatkan kemampuan membaca melalui
kemampuan menyimak yang telah Anda iniliki. Kedua keterampilan ini (menyimak
dan membaca) meiniliki persamaan, yaitu meiniliki sifat reseptif atau menerima.
Ketika kita menyimak maka kita berusaha menangkap atau menerima pesan atau
informasi yang disampaikan pembicara, sedangkan ketika kita membaca, kita
berusaha menangkap pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.
Dengan kesamaan sifat ini maka dalam melakukan kegiatan menyimak dan
membaca memerlukan kesiapan yang sama, yaitu harus meiniliki penguasaan
terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan materi simakan
atau bacaan, pengetahuan tentang diksi dan gaya bahasa, serta kemampuan
menangkap makna tersurat kan tersirat.
Kemampuan menyimak merupakan salah satu faktor pendukung bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Dawson dalam Tarigan
(1986:5) menuliskan hasil penelitian yang dilakukan para pakar tentang hubungan
antara menyimak dengan membaca sebagai berikut ini.
I. Penguasaan kosakata yang
sedikit yang diperoleh melalui menyimak erat kaitannya dengan
kesukaran-kesukaran yang dihadapi seseorang dalam membaca.
2. Daya simak yang buruk sangat mempengaruhi kemampuan membaca
seseorang.
3. Peningkatan terhadap kemampuan yang satu (menyimak) akan
menimbulkan peningkatan pada kemampuan yang lainnya (membaca, menul is,
berbicara)
Ahli lain mengatakan sebagai berikut. I. Menyimak maupun membaca
menuntut adanya kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup kedewasaan mental,
penguasaan kosakata, kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan ininat terhadap
bahasa.
flexpaper I nit ft I IL I (31
[53!
0
28
FP
2. Pada umumnya, maksud dan tujuan menyimak, sena membaca bersifat
fungsional dan apresiatif. 3. Baik dalam menyimak maupun membaca, kata bukanlah
merupakan kesatuan pemahaman, tetapi mempengaruhi pemahaman terhadap frase,
kalimat, dan paragraf; 4. Menyimak dan membaca dapat berlangsung dalam
situasi-situasi individual atau sosial.
Saudara mahasiswa, dernikian sedikit uraian tentang persamaan antara
menyimak dengan membaca. Hal yang penting harus Anda ingat bahwa
antarketerampilan berbahasa satu dengan yang lainnya meiniliki hubungan yang
sangat erat dan saling mendukung. Artinya, satu kemampuan berbahasa yang Anda iniliki
dapat membantu Anda meningkatkan kemampuan berbahasa yang lain. Oleh sebab itu,
di dalam pembelajaran bahasa di SD, keterampilan berbahasa Indonesia haws
dilatihkan secara terpadu sehingga siswa benar-benar mampu berkomunikasi baik
lisan maupun tulis dalam bahasa Indonesia dengan baik dan knar. Baiklah
Saudara, sekarang I&L mulai berlatih dengan memanfaatkan kemampuan menyimak
Anda yang telah Anda iniliki. Sebagai tahap awal berlatih, gunakanlah bahan
simakan yang Anda iniliki, yaitu kaset rekaman yang telah digunakan pada Modul
2 dengan mated simakan hash l penelitian tentang pengaturan ruang belajar di
Amerika.
0 0 11:041.4ii
Materi Latihan
Bagaimana? Sedikitnya suda.h dua kali Anda menyimak waCaraa
tersebut, yaitu ketika Anda mempelajari Modul 2 tentang keterampilan menyimak
dan sekarang ini sebagai bahan pendukung dalam meningkatkan kemampuan membaca.
Dengan demikian, tenth Anda lebih memahaini isi waCaraa simakan tersebut. Apa
ide pokok waCaraa tersebut? Ya benar! Pengaturan tempat duduk di kelas dapat
mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Setelah Anda menyimak bahan
simakan tersebut, selain Anda dapat menemukan ide pokok, Anda juga meiniliki
pengetahuan tentang makna kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan beserta
infonnasi-informasi lain tentang pendidikan formal. Pengetahuan yang Anda iniliki
tersebut dapat Anda manfaatkan untuk memahaini waCaraa berikut ini. Bacalah
dengan cennat waCaraa yang berjudul Pengelolaan Kelas ini.
- • -
Gambar 6.1.
Pengelolaan kelas menunjuk kepada berbagai jenis kegiatan yang
sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi"yang optimal bagi terlaksananya proses belajar-mengajar yang
efektif. Dalam kegiatan pengelolaan kelas termasuk kegiatan mengatur siswa dan
tingkah lakunya, serta kegiatan mengatur ruang dan benda-benda atau alat
pelajaran untuk menciptakan berbagai kemudahan dalam belajar. Melalui
pengelolaan kelas juga diharapkan muncul dampak tujuan pengiring yang bersifat
positif. Berbagai pandangan tentang pengelolaan kelas patut untuk diperhatikan
dan diterapkan di dalam perenCaraaan pengajaran, yaitu pandangan otoritatif,
pandangan perinisif, pandangan tingkah laku, pandangan iklim sosio emosional,
dan pandangan sistem sosial. Pandangan otoritatif dalam pengelolaan kelas
mengutamakan ketertiban kelas melalui disiplin sehingga pengelolaan kelas
disinonimkan dengan disiplin kelas. Pengelolaan ketas ialah seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pandangan
perinisif, yakni pandangan yang menekankan pada perwujudan kebebasan gerak dan
tingkah laku siswa sehingga
pengetolaan '<etas dicietimsiKan sebagai seperangKat Kegiatan
guru
untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Pandangan tingkah laku adalah
pandangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku.
Definisi pandangan tersebut bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru yang bertujuan untuk mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang
diinginkan. Pandangan iklim sosio emosional adalah seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang dan iklim sosio emosional yang
positif. Pandangan sistem sosial menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.
Anda memahaini isi waCaraa Pertgelnlaatt Kelas di atas? Rasanya
tidak ada kosakata sulit dalam waCaraa tersebut, kecuali beberapa istilah,
seperti otoritatif, tentu Anda dapat mengaitkannya dengan mother yang artinya berkuasa.
Namun, pada otoritatif lebih merujuk pada tujuan disiplin. Kemudian, perinisil
yang berarti kebebasan. Saudara mahasiswa, apabila ada pertanyaan "Apakah
waCaraa lisan yang Anda simak, yaitu 'Pengaturan Tempat Duduk' dan waCaraa
tails yang Anda baca, yaitu 'Pengelolaan Kelas' meiniliki kaitan, atau
hubungan?”. Bagaimana jawaban Anda? ... Di sinilah kemampuan menyimak dan
kemampuan membaca Anda diuji. Anda harus mampu menangkap ide atau gagasan pokok
materi simakan dan materi bacaan. Seperti telah dijelaskan bahwa kedua
keterampilan ini meiniliki kesamaan dalam segi sifat, yaitu sama-sama meiniliki
sifat reseptif, yaitu kemampuan menerima atau menangkap gagasan. Kemampuan Anda
dalam menyimak akan dapat membantu Anda dalam membaca. Baik kita kembali kepada
dint materi tersebut, yaitu materi simakan (Pengamran Tempat Duduk) dan materi
bacaan (Pengelolaan Kelas). Kedua waCaraa tersebut memang berbeda, tetapi
keduanya meiniliki kaitan, yaitu berupa suatu kegiatan dalam proses belajar
mengajar. Melalui simakan, Anda memperoleh pengetahuan tentang pengaruh
pengaturan tempat duduk terhadap hasil belajar mengajar dan melalui bacaan Anda
memperoleh tambahan pengetahuan bahwa banyak aspek yang harus diperhatikan
untuk memperoleh basil yang baik dalam proses belajar mengajar, yaitu melalui
pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian, kedua waCaraa tersebut sama-sama
berisi tentang bagaimana cara memperoleh hash l maksimal dalam belajar
mengajar.
KEGIATAN BELAJAR 3
Keterpaduan Keterampilan MenuLis dengan Fokus Menyimak
Kemampuan menulis dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan bantuan
kemampuan menyimak yang telah diiniliki. Seperti yang telah dikemukakan pada
modul-modul awal bahwa keterampilan berbahasa tidak berdiri sendiri, saw dengan
yang lainnya selalu sating mendukung. Keterampilan menyimak yang diiniliki
seseorang sangat bennanfaat bagi pengembangan dan peningkatan
kemampuan/keterampilan berbahasa yang lain. Untuk meningkatkan kemampuan
menulis melalui kegiatan menyimak atau penerapan keterpaduan keterampilan
menulis dengan fokus menyimak dapat Anda lakukan dengan menyimak berbagai
informasi untuk dapat menangkap unsur-unsur kebahasaan, mulai dari bunyi-bunyi,
seperti yang sudah Anda latih pada Modul 2 sampai pada memahaini bahan simakara
berupa paragraf, waCaraa pendek, kan waCaraa yang kompleks. WaCaraa yang dapat
Anda simak dapat berupa waCaraa berita, iklan, pengumuman, pidato, ceramah,
cerita, puisi, drama, dan lain-lain.
MENULIS HASIL SINIAKAN
Pada kegiatan belajar ini, Anda akan berlatih menulis berdasarkan
basil simakan yang Anda peroleh melalui kegiatan menyimak. Dari sekian banyak
bahan simakan yang telah disebutkan di ants (berita, pengumuman, iklan, pidato,
ceramah, cerita, puisi, drama), kita akan menggunakan waCaraa berita atau
eksposisi sebagai bahan latihan kita. Pada latihan ini akan kita manfaatkan
bahan simakan dari Modul 2, yaitu berupa rekaman yang berisi infommsi tentang
Patung Liberty. Sekarang siapkanlah terlebih dahulu kaset rekaman tersebut.
Bagaimana, Anda sudah slap? Baik, sebelum Anda memutarnya, perhatikan hal-hal
yang harus Anda lakukan ketika mendengarkanimenyimak rekaman tersebut yaitu: I.
temukanlah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas yang terdapat dalam
informasi tersebut;
2. catatlah gagasan pokok kan gagasan-gagasan penjelas yang Anda
temukan itu; 3. susunlah gagasan-gagasan tersebut menjadi sebuah kerangka
karangan kecil.
"Nah, sekarang mulailah Anda putar dan simaklah dengan baik
kaset rekaman tersebut. Pastikan tidak ada yang mengganggu kegiatan Anda ".
Patung Liberty
Bagaimana? Sudah Anda temukan kan Anda catat gagasan-gagasan itu
Baik! Sekarang adakah yang kesamaan gagman yang Anda temukara dengan gagasan
berikut ini.
Gagasan pokok : Kemegahan Patung Liberty Gagasan penjetas : 1.
Patung Liberty hadiah Prancis kepada Amerika 2. Bartholdi Pendiri Patung
Liberty 3. Patung Liberty Lambang k basan
Gagasan-gagasan di atas merupakan alternatif yang dapat Anda temukan
dari basil simakan. Anda dapat memunculkan gagasan-gagasan lain sesuai basil
simakan Anda, asal tidak menyimpang dari bahan simakan. Setelah Anda menemukan
ide atau gagasan tersebut dan mencatatnya, buatlah sebuah tulisan yang serupa
dengan waCaraa yang Anda simak (Patung Liberty). Dalam menulis, Anda harus
memperhatikan syarat-syarat penulisan yang baik, seperti peinilihan diksi yang
tepat, penyusunan kalimat yang elektil, paragraf yang baik, dan menerapkan
ejaan dengan benar. Berikut ini contoh tulisan tentang Patung Liberty
berdasarkan gagasan-gagasan yang ditemukan di atas.
Patung Liberty
Patung Liberty sebuah monumen kebanggaan Amerika. Tidak satah jika
rakyat Amerika membanggakan monumen tersebut karena patung itu memang tertihat
anggun dan megah. Namun, pertu Anda tahu bahwa patung Liberty tidak dibangun
oteh rakyat atau pemerintah Amerika. Patung Liberty merupakan hadiah rakyat
Prancis kepada rakyat Amerika.
………………………..
Ide membangun patung Liberty muncul dari Edward de Labontaya,
seorang ahli hukum. Pengajar perguruan tinggi dan bergetar profesor. Ide ini muncul
tahun 1865. Ide ini disampaikan kepada rekannya Auguste Barthodi agar dibuat
sebuah monumen yang dapat membuat takjub orang yang metihatnya. Pada tahun 1871
Barthodi menyanggupi perinintaan itu. Lima betas tahun kemudian, berdirilah
monumen itu dan membuat terpesona orang yang menyaksikannya.
Saudara mahasiswa, tulisan yang didasari basil simakan di atas hanya
sekadar contoh. Anda dapat menyusun tulisan, seperti di atas dengan menaounakan
bahasa Anda sendiri secara lebih baik lagi. Baiklah saudara, sekalipun kaini
tidak membimbing Anda secara langsung, berlatihlah dan tingkatkanlah tents
kemampuan menulis Anda melalui kegiatan menyimak. Gunakanlah bahan-bahan
simakan yang lain dan ada di sekitar Anda, seperti ceramah, cerita, berita
melalui televisi, radio, ataupun kaset rekaman. Artinya, janganlah Anda bosan
untuk berlatih karena untuk memperoleh kemampuan menulis yang memadai sangat
diperlukan latihan-latihan yang sistematis dan berkesinambungan atau
terus-menerus.
Editor by :
www.denmasmahesa.blogspot.com
KEGIATAN BELAJAR 1 A
Keterpaduan Keterampilan Menyimak dengan
Fokus Berbicara
Menyimak dan Berbicara merupakan keterampilan
yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tampaknya, seseorang tidak
ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Menyimak
dan Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan. Keduanya memerlukan
penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan. Pada dasarnya bahasa
yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak dan menirukan
pembicaraan. Biasanya, anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka
tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini
menganjurkan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya
anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan
Rose dalam Zuchdi, 1990:11).
A. BERBAGAI KEGIATAN KETERPADUAN MENYIMAK
DENGAN FOKUS BERBICARA
1. Menyimak dan Bercerita Sebuah cerita
ternyata sangat bermanfaat untuk masa depan umat manusia. Dengan mendengarkan
cerita, kita akan memiliki kemampuan imajinatif, matematika, dan bahasa.
Kemampuan imajinatif, kemampuan matematika, dan kemampuan berbahasa merupakan
tulang punggung kemajuan peradaban manusia. Dengan ketiga kemampuan tersebut,
manusia dapat mengembangkan teknologi dan kebudayaannya. Imajinasi seseorang
berkaitan langsung dengan analisis matematikanya. Mengapa demikian? Oleh Karena
orang belajar matematika harus mempunyai imajinasi yang tinggi. Sedang penemuan
teknologi tinggi membutuhkan perhitungan matematika yang akurat. Banyak yang
mengatakan bahwa kemampuan berpikir yang baik hanya dapat dipakai melalui pelatihan
bidang ilmu matematika. Ilmu matematika adalah ilmu yang menggunakan lambang
khusus untuk mengelola pengertian tentang dunia. Dengan lambang bilangan
misalnya, isi dunia dapat dihitung, teta.i un:: naan lambana tidak hanya
dilakukan oleh matematika. Bahasa
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
adalah lambang mengenai apa saja yang dapat
dijangkau oleh cipta karsa manusia. Dengan demikian, ilmu yang menggunakan
lambang baik matematika maupun bahasa mampu pula untuk meningkatkan daya nalar
siswa. Penelitian (Nasution, 1999) membuktikan, tenyata orang yang memiliki nilai matematika tinggi
maka pelajaran bahasanya baik Indonesia maupun Inggris bernilai rata-rata
delapan. Ketika ditanya bagaimana cara meningkatkan imajinasi tersebut, salah
satunya dengan mendengarkan cerita. Memang sekarang banyak orang dapat menonton
TV, tetapi cerita TV tidak sebaik cerita yang didengarkan secara langsung. Hal
itu disebabkan kalau TV kita dapat melihat gambamya sehingga imajinasinya
kurang bekeda. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat menambah kemampuan
berbahasa, selain itu pula dapat menanamkan budi pekerti. Rene Descrates
berpendapat bahwa orang yang memiliki daya nalar tinggi dan mampu mengatur
pikirannya dengan cara sebaik-baiknya agar jelas dan mudah dimengerti orang lain,
selalu paling mampu meyakinkan orang lain dengan cara Berbicara. Dan acuan ini
dapat dikatakan bahwa daya nalar yang tinggi terletak pada kemampuan Berbicara
(menggunakan bahasa). Apabila menyimak cerita dan isi cerita tersebut berkesan,
biasanya ada keinginan kita untuk menceritakannya kembali dengan nuansa dan
suasana serta cara yang berbeda tanpa mengurangi makna isi cerita tersebut.
Lalu, cerita tersebut dengan kata-kata sendiri disampaikan lagi secara lisan
kepada orang lain. Nah, setelah mendengarkan cerita, pendengar pun akan
berkomentar tentang cerita tersebut. Sebagai contoh, cobalah Anda meminta teman
untuk membaca dongeng berikut ini. Setelah selesai mendengarkan, cobalah Anda
bercerita tentang dongeng tersebut.
PENYESALAN SI POHON PISANG
Di pekarangan seorang petani, Popo si pohon
pisang tumbuh sangat subur. Tubuhnya besar, kuat, dan tinggi. Mira dan Nini
sering memanggilnya Nenek Popo karena memang sudah tua dan saatnya berbuah,
tetapi tak dilakukan Popo. "Aku ingin menikmati hidup lebih lama lagi. Aku
tak ingin cepat mati"!" Bantah Popo. "Kau tak akan mati, Nek.
Bukankah dari bagian tubuh nenek bisa bertunas dan tumbuh, seperti Nenek
lagi?". Kata Mira mengingatkan. "Mira benar, Nek! Aku sendiri sudah
mempersiapkan diri untuk berbuah," sambung Nini. "Kalau itu telah
menjadi kemauan kalian, lakukan saja Namun, aku tetap tak ingin
melakukannya," bantah Nenek Popo.
“Begitulah tujuan Pak Tani dalam merawat
kita supaya secepatnya kita berbuah dengan baik,” kata Mira. “Justru itu tak
kusukal Pak Tani itu tak pernah berpikir bagaimana susahnya aku mencari makan
untuk menghidupi tubuhku. Balm nanti katau aku berbuah, tentutah beban hidup
kita kian berat dan yang menyakitkan, begitu buah masak, langsung saja mereka
memotongku!" Kata Nenek Popo sedikit berontak. "Mengapa Nenek Popo
berkata begitu, bukankah sejak nenek moyang kita memang telah begitu
adanya?" Tanya Nini. "Itu Terserah kalian. Yang jelas aku tak mau
berbuat bodohl" Bak Nenek Popo ketus. Kepada Hoho, Si pohon mangga yang
tumbuh di dekatnya, Nenek Popo sering uring-uringan. "Aku tidak heran, Ho.
Kau bisa berbuah begitu hebat. Apa yang kau lakukan betuiniah sehebat, seperti
yang ditakukan teman-temankul Seru Nenek Popo sengit. "Heh, Hohol Aku baru
menaruh hormat, apabila kau rela mati setelah berbuah, seperti yang ditakukan
teman-temankul" "Kau benar, Po. Tapi apa yang kulakukan thi sekadar
balas jasaku kepada Pak Tani yang dengan tekun merawatku setiap had. Oleh
karena itu, aku selatu berusaha untuk berbuah lebat agar Pak Tani senang."
Jawab Hoho datar. Tak jauh dari situ tampak Pak Tani dan ininya sedang
berjalan-jatan keliling pekarangan. Melihat mereka, peMsaan Nenek Popo semakin
cemas. Keringat dirigin mengatir di tubuhnya. Tiba-tiba tanpa diduga, Pak Tani
mengayunkan parangnya ke tubuh Nenek Popo, "Cres! Crest". "Auw,
auw!" Jerit Nenek Popo kesakitan. Seketika darah segar mengucur dari
tebasan pisang itu. "Jangan Pak! Jangan tebas dutu pohon ini!" Cegah
istri Pak Tani. "Tidak bisal Pohon pisang ini tidak pernah berbuah. la
mandul!" Kata Pak Tani geram. "Biar aku saja yang merawatnya. Mungkin
ia mau berbuah," kata istri Pak Tani lagi. Kemudian, Pak Tani itu segera
diajak pulang oleh istrinya. Sepeninggat mereka Nenek Papa meringis-ringis
menahan sakit. Mira dan Nini yang melihat kejadian itu tak bisa berbuat banyak.
Mereka ikut prihatin. "Maafkan kami, Nekl" Lirih Ninik. "Justru
Nenektah yang setama iffi tidak tahu diuntung. Jauh-jauh Nenek dibawa dari
hutan, !Mu dirawat baik-baik di pekarangan thi. Tapi Nenek tidak mau berbuah
sementara tunas-tunas yang tumbuh pada tubuh Nenek sudah siap untuk
menggantikan Nenek. Ah, betapa tak tahu dirinya aku thil" Latu, kata Nenek
Popo kepada Hoho.
………………………………………..
"Terima kasih, Ho. Setama ini kau
tetah memperhatikanku. Kau benar, Ho. Kini aku akan bersiap diri untuk berbuah
dan bertunas sebagai batas jasaku terhadap Pak Tani yang tetah merawatku dengan
tekun". Mendengar ucapan Nenek Popo, Mira, Nini, dan Hoho pun tersenyum
tega.
Sumber: Buku Kumpulan Centel Anok Si Kandi
Mabuk Puflan. Karya Simon Sudarman.
Setelah Anda mendengarkan cerita tersebut,
berilah komentar tentang cerita tersebut atau Anda menceritakan kembali cerita
tersebut dengan kata-kata Anda sendiri.
Berikut ini permainan yang boleh diubah
menjadi cerita dapat dilakukan bersama-sama. Permainan ini dapat membantu Anda
untuk memperoleh keterampilan menyimak dengan fokus Berbicara. Selamat Mencoba!
Siapa Saya?
Peserta : Minimum 7 orang. Waktu : 20.40 menit,
bergantung pada jumtah peserta. Bahan : Kertas kecit sebanyak jumtah peserta.
Setiap kertas bertutiskan nama seorang tokoh terkenat (baik yang masih hidup
ataupun sudah meninggat). Pita perekatkelto tape atau peniti.
Petunjuk Kertas dengan nama para tokoh
ditempetkan pada punggung tiap peserta. Jadi, setiap peserta dapat membaca
nama-nama tersebut, kecuati nama yang ada di purepngnya. Para peserta bebas
berketiling ruangan, dan harus berusaha untuk menerka nama tokoh yang
disandangnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misatnya "Apakah
saya masih hidup?", "Apakah saya seorang taki-taki?",
"Apakah saya tahir di Indonesia?" Setiap kali hanya 3 pertanyaan yang
boteh diajukan kepada satu orang, kemudian berpindah kepada peserta lain. Dapat
juga sebelumnya disepakati bahwa pertanyaan yang boteh diajukan, hanyatah
pertanyaan dengan jawaban "ya" atau "tidak". Supaya tebih
mudah menerka, sebaiknya kumpulkan dutu sebanyak mungkin informasi karena hanya
ada 3 kesempatan untuk menanyakan tangsung nama yang dimaksud. Mereka yang
sudah berhasit mendapatkan namanya, menempetkan kertas namanya di dada dan
membantu peserta lain yang betum berhasit menemukan namanya. Dalam permainan
ini setiap peserta tampit dengan nama tokoh yang disandangnya, dan mereka yang
betum sating kenat dapat sating bertanya. Oteh karena itu, permainan ini tepat sekali
dilakukan pada saat-saat awal terbentuknya
sebuah kelompok. Selain itu, para peserta dapat bergerak bebas. Nama yang
dipilih dapat juga nama tokoh yang ada hubungan dengan lembaga atau profesi
para peserta. Perlu diperhatikan: tokoh tersebut haruslah tokoh terkenal.
Variasi Cara lain dari permainan tersebut
adalah dengan menerka nama tokoh, kita dapat juga menerka profesi/pekerjaan
seseorang. Untuk itu, pada setiap kertas dituliskan sebuah profesi, misalnya
Tukang Becak, Petani, Ratu, Ibu Rumah Tangga, Pembantu, dan Tukang Kayu.
Tentunya pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan,
misalnya "Apakah sep bekerja di luar ruangan?", "Apakah saya
harus berpindah-pindahrl "Apakah saya harus berhubungan dengan orang
banyak?", dan sebagainya.
2. Menyimak dan Bercakap-cakap
Secara langsung komunikasi akan lebih
efektif apabila ada pihak pertama dan kedua. Apabila pihak pertama Berbicara
maka pihak kedua menjadi penyimak atau sebaliknya. Keterikatan pembkara dalam
percakapan biasanya berhubungan erat dengan topik pembicaraan yang aktual.
Selain itu, adanya hubungan sosial yang baik atau merasa ada kedekatan di
antara mereka. Berikut ini akan disajikan contoh bentuk percakapan.
Fina : "Kak, kamu tahu tentang proses
pemanasan global?". Ami : "Maksudnya apa?". Fina : "Itu,
cara-cara radiasi matahari ke bumi". Ami : "0 itu, pertama, radiasi
matahari memasuki atmosfer bumi. Kemudian, sebagian pancaran yang masuk diserap
pancaran yang masuk diserap bumi dan menghangatkannya". Fina : "Lalu,
kenapa jadi panas?". Ami : "Saat menerobos, sebagian cahaya
dipantulkan baik oleh atmosfer maupun permukaan bumi". Fina : "Ada
lagi ...?". Ami : "0, ya ketika kandungan infra merah memasuki
atmosfer. Sebagian diserap bumi, namun sebagian sinar infra merah dipantulkan
oleh permukaan bumi akibat terjebak oleh efek rumah kaca. Dampaknya, pemanasan
terus-menerus terhadap permukaan bumi dan bagian atmosfer terendah." Fina
: "Lalu, bagaimana mengatasinya ?". Ami : "Ya sekarang kita
harus memakai bahan-bahan alami, jangan yang merusak oksigen, seperti parfum,
obat nyamuk semprot, dan banyak lagi lainnya."
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Contoh percakapan tersebut menunjukkan
bahwa dalam kegiatan percakapan dibutuhkan juga keterampilan menyimak. Untuk
dapat bertanya maka kita hams dapat memahami isi pembicaraan. Begitu pula bila
kita akan menjawab pertanyaan maka kita hams dapat memahami apa yang ditanyakan
°tell si penanya. Berda.sarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Berbicara
tidak lepas dengan kegiatan menyimak. Bentuk percakapan pun dapat ditemukan
pula pada cerita. Sebagai contoh, silakan Anda baca percakapan pada cerita
berikut mi.
3. Menyimak dan Diskusi
Arena diskusi yang hangat memerlukan kemampuan
peserta untuk sating mendengarkan ketika prang lain berpendapat. Cobalah salah
satu di antara Anda membacakan dialog berikut in Kemudian, analisislah bahasa
dan materi yang menjadi bahan pembicaraan. Diskusikan hash l analisis struktur
kalimat dan peragaan intonasi kalimat tanva pant siswa dengan teman- temannya.
sehingga diperoleh rumusan karakteristik dialog. Selanjutnya, coba amati
dialog-dialog yang tedadi di sekitar siswa, lalu praktikkanlah.
KEGIATAN BELAJAR 2
Keterpaduan Keterampitan Menulis dengan
Fokus Berbicara
1 erbicara dan menulis merupakan
keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan
informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol,
simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Kegiatan
berbicara didukung oleh kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan
tertulis baik berupa referensi yang hams dibacanya maupun konsep yang akan
disampaikannya. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan secant tertulis,
misalnya berupa naskah lengkap atau garis besar. Ma beberapa hat yang hams
diperhatikan dalam menulis sebagai persiapan untuk dijadikan bahan pembicaraan
di antaranya memilih tema, membuat kerangka, dan mengembangkan paragraf.
Berikut ini adalah can memilih tema dan membatasi tema.
A. TEMA YANG MUDAH DIPILIH
1. Pilih yang Dikuasai
Tema terdapat di mana-mana. Namun, yang
palinelik yaitu penulis mempunyai pengeta.huan yang memadai tentang tema itu.
Biasanya hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan atau sesuatu yang debt dengan
penulis. Misalnya, kegiatan yang dilakukan sehari-hari atau hobi yang paling
digemari. Salah satu kegiatan atau hobi tersebut dapat dipergunakan. sebagai
masalah karangan lengkap dengan latar belakangnya, materi yang ada di dalam
masalah itu dan juga kebaikan atau keburukannya. Selain itu, suka duka yang
pernah dialami selama menyenangi kegiatan dan hobi itu. Masalah tersebut bisa
saja lebih dari satu. Pilihlah satu yang paling mudah dan menarik hati penulis.
Menulis perjalanan sendiri lebih mudah daripada perjalanan orang lain karena akan
meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan, dan bagi pembaca akan mengundang
minat untuk membacanya. Di samping itu, kedangkalan isi dapat dihindarkan
karena penulis benar-benar menguasai persoalannya. Kalau penulis seorang
olahragawan, cobalah kemukakan hal-hal yang berhubungan dengan olahraga.
Demikian pula dengan yang lain-lainnya.
2. Pilih yang Sesuai dengan Keahlian
Tema
yang dijelaskan oleh seorang ahli akan lebih dipercaya oleh pembaca. Oleh
karena itu, tema yang sesuai dengan keahlian layak dibahas karena masalah
tersebut memerlukan pembahasan dan sesuai dalam bidang yang ditekuni. Hal ini
menunjuldcan bahwa bahasan tema itu akan memberikan sumbangan kepada ilmu atau
profesi yang ditekuni atau sekurang-kurangnya berguna bagi pengembangan ilmu
yang dimiliki. Setiap tema yang ditulis pasti ada manfaatnya bagi pembaca
walaupun pembaca pernah berkecimpung lang,sung pada keahlian atau pengalamannya
itu. Paling sedikit dapat dijadikan sebagai bahan perbandirigan.
3. Pilih yang Diyakini
Sumber lain yang dapat dijadikan tema
tulisan yaitu keyakinan. Setiap orang tentu mempunyai keyakinan mengenai
sesuatu, misalnya keyakinan tentang peristiwa alam atau tentang sesuatu yang
gaib. Selain memilih tema yang diyakini, bisa juga penulis mengemukakan
pendapat atau pandangan mengena sesuatu, misalnya apakah setuju kalau semua
lelaki hams pandai memasak? Bagaimana pendapat Anda kalau setiap orang yang
mendengarkan radio tetangga atau TV hams dengan bayaran? Dapatkah Anda
bayangkan bagaimana keadaan dan bentuk sekon pada tahun 2200 yang akan datang?
Atau Anda mungkin dapat menerka keadaan makhluk di Planet Mars berdasarkan
pengetahuan serta analisis yang cermat? Semua itu merupakan bahan-bahan yang
cukup menarik untuk dijadikan karangan.
4. Pilih yang Bersifat Kritik
Tema
seperti ini berpangkal dari perasaan tida.k puas terhadap suatu kenyataan.
Kadang-kadang terbentuk perasaan tidak menyetujui terhadap sesuatu, baik yang
ada dalam masyarakat umum atau terbatas. Sasarannya bergantung pada penulisnya
sendiri. Ditinjau dari segi teknik mengarang, memilih tema yang bersifat kritik
lebih mudah daripada yang lain. Di dalam karangan itu, yang ditonjolkan adalah
menyerang kesalahan-kesalahan orang lain. Karangan yang lebih sulit adalah
menulis sebuah karangan yang isinya memecahkan problema. Oleh karena itu,
menulis kritik kalau tidak disertai pemeca.hannya sering dijuluki dengan
mencari-cari kesalahan orang. Untuk menghindari hal itu, dalam kritik hendaknya
hams disisipkan pula cara alakadamya yang disebut seleksi pada bagian
tersendiri, tezpisah dad kritik-kritik itu. Biasanya pada bagian akhir dari
sebuah karangan.
S. Pilih yang Humor
Setiap orang pernah mengalami hal-hal yang
lucu dalam kehidupannya, entah kelucuan orang lain yang diketahuinya, entah
yang dialaminya sendiri. Hal itu pun merupakan bahan karangan yang cukup mudah.
Penggunaan bahasa sangat berperan dalam penulisan sesuatu yang lucu. Bahasa
yang digunakan hendaknya bahasa yang segar (light), kadang-kadang agak radikal
can penyampaiannya dengan maksud supaya humor. Di dalam sebuah cerita humor
bukan argumentasi-argumentasi yang logis yang mendominasi isi karangan, tetapi
arg,umentasi-argumentasi yang dicari-cari (preposterous). Dengan kata lain,
penulis hams sanggup mengombinasikan antara yang benar dengan yang dicari-cari
itu. Cerita humor bukan berarti dagelan yang menciptakan pembaca tertawa
terpingkal-pingkal, tetapi tulisan yang dapat menciptakan senyum manis
pembactni setelah selesai membacanya.
B. CARA MEMBATASI TEMA
Ada dua langkah yang dapat dilakukan dalam
rangka membatasi sebuah tema yang telah dipilih sebagai bahan karangan.
Lattgkah pertama, mencari dahulu aspek-aspek yang terdapat dalam sebuah
masalah. Langkah kedua, ialah mempergunakan judul tunggal dan judul rangkap.
1. Mencari Aspek Tema
Sebuah tema yang cukup jelas, dapat langsung
dipergunakan sebagai aspek sebuah karangan, asal saja penulisnya mempunyai
kemampuan yang cukup luas untuk mengolah masalah itu, terma.suk di dalamnya
soal waktu dan pengetahuannya yang menyeluruh tentang hal itu. Tetapi apabila
penulisnya hanya memiliki kemampuan terbatas, sebaiknya masalah itu dibata.si.
Misalnya, "ujian" dipilih sebagai masalah. Masalah ini cukup banyak
aspeknya, di antaranya jenis ujian, cara menghadapi ujian, kiat-kiat menghadapi
ujian, tempat ujian, orang yang mengikuti ujian, dan waktu
2. Menentukan Tujuan
Dalam beberapa hal, menentukan tujuan
merupakan kunci utama. Dad tujuan inilah penjabaran hal-hal lain dapat
dilakukan. Masalah tujuan merupakan sumber pelaksanaan terhadap sesuatu. Dalam
karangan pun demikian pula, dan tujuan sebenarnya mengarahkan penulis untuk
dapat memilih dan membatasi masalah. Apabila tujuan sudah jelas maka kedua hal
itu akan mudah ditentukan. Tetapi kadang-Icadang timbul kelainan tuntutan.
Sebuah tujuan akan gampang dirumuskan apabila masalah dan pembatasannya sudah
dila.kukan. Hal ini dapat terjadi karena masalah tujuan sangat bergantung pada
subjektivitas penulisnya. Misalnya, dengan judul "Mengisi waktu luang
dengan memancing", apabila penulisnya membenci kegiatan memancing maka
tujuannya kemungkinan besar ingin kejelekan pekerjaan tersebut. Sebaliknya
apabila ia sangat menggemari dan senang akan pekerjaan itu maka tujuannya ialah
menjelaskan kepada orang lain kebaikan dan keuntungan-keuntungan yang napat
diambil, sena sanjungan dan anjuran kepada orang lain agar mencintai pekerjaan
itu. Atas dasar itu, dapat disusun tujuan mengarang dengan judul di atas
sebagai berikut.
General Subject : Mengisi waktu luang
Limited Topic : Dengan kegiatan memancing Tujuan : Menjelaskan kebaikan,
keuntungan, serta sanjungan dan anjuran melakukan kegiatan memancing untuk
mengisi waktu Luang.
Contoh lain. General Subject : Ciri-ciri
Khas Kawan yang Baik Tujuan : Menjelaskan bahwa kawan yang baik adalah yang
dapat dipercaya, berkepribadian (unselfish) dan setia (Loyal).
3. Menentukan Sasaran
Menentakan sasaran dalam pengertian
siapakah pembaca yang diharapkan oleh penulisnya, erat hubungannya dengan
sistem yang akan diperg,unakan pengarang untuk meng,uraikan karangan itu.
Apabila rakyat biasa, tidaklah tepat kalau dipergunakan sistem dalam ilmu
pengetahuan yang pelik. Akan lebih tepat sistem populer, dalam arti mudah
dipahami oleh masyarakat umum. Pembaca sebuah karangan bukan hanya merupakan
pasar hasil karangan seorang pengarang, tetapi juga sumber inspirasi dari
pendukungnya yang utama. Oleh karena itu, seorang pengarang yang bijaksana
pasti selalu memperhatikan pembacanya.
a. Kerangka karangan
Kerangka karangan adalah outline sebuah
karangan yang sudah diatur secara baik sistematis, lengkap, menyeluruh,
mencakup semua hal yang akan dikemukakan, baik urutan, rela.si antara persoalan
yang satu dan yang lain di dalam karangan itu maupun lambang dan tanda-tanda
pada kerangka dan jenjangnya. Hal itu penting mengingat kerangka itu berperan
sebagai berikut.
1) Pedoman pokok dalam mengembangkan sebuah karangan.
2) Pedoman urgensi setiap
masalah yang terdapat di dalam sebuah karangan.
3) Pedoman sistematik bagi daftar isi setelah karangan selesai
disusun dan sebagai pedoman kerja bagi pengarang.
h. Langkah-lartgkah menyusun kerangka
1) Catat semua ide Langkah ini segera dilakukan setelah pemilihan
dan pembatasan masalah, setelah diberi judul dan penentuan Nuan karangan.
Jangan ditunda-tunda kerjalah inspirasi Anda yang mrnitid tentang karangan itu.
Jangan terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang lain, seperti urutannya dan
penting tidaknya ide-ide itu.
2) Seleksi ide-ide secara tepat Setelah mencatat pokok-pokok
pikiran, baru Anda boleh seleksi, mana yang perlu dan tidak perlu untuk
dimasukkan dalam karangan itu dan apakah sudah lengkap ataukah masih kurang.
Dasar menyeleksi tersebut ialah judul, tujuan karangan, urgent tidaknya ide
itu, dan ada tidalrnya pembantu-pembantu lain yang dapat menjelaskan hal-hal
itu. Di samping itu panjang pendeknya sebuah karangan turut menentukan seleksi
ide.
3) Urutkan ide-ide secara tepat Seleksi ide menjamin ketepatan
ide-ide tersebut dengan judul dan tujuan karangan, tetapi belum menjamin bahwa
ide-ide itu sudah terurut secara beruntun dan tepat. Kerunutan ide sangat
penting agar isi karangan yang terbentuk tidak meloncat-loncat. Di samping itu
kerunutan sangat bermanfaat untuk menyusun headirig dan penyusunan kerangka
karangan. Oleh karena itu,)Berdasarkan kemungkinan saling menjelaskan.
Misalnya, di dalam menjelaskan proses kimia di dalam film Onhochromatic sebagai
satu headirig dan Panchromatic juga suatu headirig, tetapi keduanya saling
menjelaskan.
c. Pengembangan kerangka karangan
1) Pendahuluan bersifat menjelaskan dan mendorong Usahakan agar
kalimat-kalimat utama pada bagian ini memikat hati pembaca sehingga ia ingin
lebih banyak mengetahui apa yang diuraikan pada bagian karangan selanjumya.
Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kepada pembaca ba.hwa Anda
benar-benar mengetahui dan menguasai masalahnya.
2) Batang tubuh sebagai isi karangan Batang tubuh merupakan karangan
yang sebenamya. Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah yang dikemukakan. Bagi sebuah karangan yang pendek, batang tubuh atau
body ini bisa terdiri dari beberapa alinea yang dikembangkan dari setiap topik
di atasnya, disertai dengan hal-hal spesifik dan bagian-bagiannya sebagai
penjelasan. Pada body inilah dipergunakan contoh-contoh, uraian-uraian,
persoalan-persoalan yang ada di dalamnya dan pembuktian. Agar pengembangan
tidak terputus dan meloncat-loncat, buatlah dahulu kerangka pengembangan yang
terperinci. Hal-hal apakah yang akan dikemukakan pada sebuah topik, disusun
terlebih dahulu. Sam topik merupakan satu alinea. Bagaimana cara mengembangkan
alinea, dapat dilihat pada bagian variasi dan pengembangan alinea.
3) Bagian penutup Ada 3 buah sifat dari bagian penutup in Penama,
sebagai rangkuman (=tummy) dari apa-apa yang sudah diuraikan pada batang tubuh.
Usahakan agar rangkuman itu tidak dikarang-karang, tetapi benar-benar bertitik
tola.k dari apa yang ada di dalam batang tubuh. Rangkuman merupakan pegangan
praktis bagi pembaca, terutama pembaca yang agak malas membaca keseluruhan isi
karangan. Bentuk lain ialah pernyataan kembali, yang fungsinya meningkatkan
kembali akan hal-hal yang sudah dibacanya. Sistem seperti ini sangat praktis,
terutama untuk kesimpulan tiap-tiap bagian sebelum pembaca meneruskan kepada
bagian selanjutnya. Usahakan agar poin-poin singkat
yang bia.sa menjadi tidak biasa atau lebih menarik untuk diriikmati.
Oleh karena itu, penulis narasi hams mampu menulis fakta yang tersedia sesuai
dengan topik nara.si yang digarapnya. Rangkaian tindakan yang memadai sebuah
narasi tidal: hanya merupakan rangkaian dalam ikatan waktu, tetapi juga
merupakan rangkaian tindakan yang terdiri ata.s tahap-tahap yang penting dalam
sebuah struktur. Dalam narasi, pembaca disiapkan untak dapat merasakan sebuah
proses, membuat pembaca melihat, mendengar, merasakan, dan memahami peristiwa
sebagai suatu kesatuan.
a. Jenis karangan narasi
Karangan nara.si menurut
Gorys Keraf (1983 :136) terbagi menjadi dua jenis, penama narasi ekspositoris,
dan kedua narasi sugestif.
1) Narasi ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah
narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi pada pembaca agar pengetahuannya
bertambah luas. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan pan pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Naraskekspositoris
dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat Narasi ekspositoris
yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang
umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan berulang-ulang.
Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang maka seseorang
dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu, misalnya suatu wacana
naratif yang menceritakan bagaimana seseorang membuat roti, dan bagaimana
membuat nasi goreng yang enak. Semua narasi itu menyampaikan proses yang umum,
yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan berulang kali. Narasi yang
bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang
khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang
tidak dapat diulang kembali karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada
suatu waktu tertentu saja. Misalnya, nara.si mengenai pengalaman seseorang yang
pertama kali masuk perguruan tinggi, peristiwa pembunuhan Marsina.h, dan lain
sebagainya.
2) Narasi sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pan pembaca mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Jenis narasi ini berusaha
menyampaikan sebuah makna kepada pan pembaca melalui daya khayal yang
dimilikinya. Sasaran utama narasi sugestif ini bukan memperluas pengetahuan
seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai
suatu pengalaman. Pembaca menarik suatu makna ban di luar apa yang diungkapkan
secara eksplisit. Suatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai
objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah
sesuatu yang tersirat. Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan
komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau
kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan
tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi
menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatIcan
para pembaca dan perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka
kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang
tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.
b. Perbedaan pokok antara narasi ekspositotis dan narasi sugestif
Agar perbedaan antara narasi ekspositon dan narasi sugestif lebih jelas, berikut
dikemukakan perbedaan kedua jenis narasi tersebut (Gorys Keraf; 1994 138).
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif Mempeduas pengetahuan.
Menyampaikan suatu makna atau suatu Menyampaikan informasi mengenai suatu
kejadian. amanat yang tersirat. Didasarkan pada penataran untuk Penalaran hanya
berfungsi sebagai alat mencapai kesepakatan rasional. untuk menyampaikan makna
sehingga Bahasanya lebih condong ke kalau perlu penataran dapat dilanggar.
bahasa informatif dengan titik Bahasanya lebih condong ke bahasa berat pada
penggunaan kata-kata figuratif dengan menitikberatkan denotatif. penggunaan
kata-kata konotatif
Sebuah contoh narasi elaspositoris yang murni adalah narasi mengenai
pembuatan kapal. Rasio pembuat kapal akan mengantarkan dan membimbingteknisinya
untuk merencanakan bagian-bagian tertentu dari kapal diiringi tindakan-tindakan
tertentu yang hams dilakukan sehingga dapat diperoleh sebuah kapal dengan
struktur yang kuat dan kekar, dengan muatan sekian bobot mati, dan dapat
mengapung secara berimbang bib diluncurkan ke laut. Semuanya memenuhi semua
ciri sebuah narasi ekspositoris murni. Sebaliknya cerita fiksi, seperti
dongeng, novel, roman, dan cerpen sudah mengandung semua ciri narasi sugestif.
Penulis akan mengkhususkan bahasan mengenai karangan narasi sugestif ini dengan
hanya membahas karangan narasi sugestif yang berupa ceipen.
Unsur-unsur karangan narasi sugesuf Karangan narasi sugestif yang
dalam hal ini cerpen dibang,un oleh beberapa unsur, yaitu tema, alur/plot,
penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.
1) Tema
Tema menurut Stanton dan
Kenny dalam buku Tani Pengkajian Fiksi Nurgiyantoro (2000:66) adalah makna,
yang dikandung oleh sebuah cerita. Dengan kata lain, tema adalah gagasan dasar
umum yang menopang sebuah cerita. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perk
memperhatikan beberapa langkah berikut secara cermat.
a) Memahami setting dalam
prosa fiksi yang dibaca.
b) Memahami penokohan dan perwatakan pan pelaku dalam prosa fiksi
yang dibaca.
c) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa
dalam prosa fiksi yang dibaca. d) Memahami alur atau plot yang dibaca.
e) Menghubungkan pokok-pokok
pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan
peristiwa yang terpapar dalam suatu peristiwa.
0 Menentukan sikap penyair.
g) Mengidentifikasi tujuan penyair.
h) Menafsirkan tema yang dibaca sena menyimpulkannya dalam satu atau
dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan
pengarangnya.
2) Plot
Plot atau alur adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa
apa yang terjadi dan dialami tokoh (Kenny, 1996: 95 ). Dalam pengembangan
sebuah plot terdapat tiga unsur yang amat esensial, yaitu peristiwa, konflik,
dan klimaks, Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke
keadaan yang lain. Konflik menerangkan pada pengertian suatu yang bersifat
tidak menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita, yang jib
tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, mereka tidak akan memilih
peristiwa itu menimpa dirinya. Konflik ini terdiri atas tiga jenis, yaitu
konflik melawan alam (perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam), konflik
antarmanusia (masalah yang muncul akibat adanya hubungan antara manusia), dan
konflik batin (konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri). Unsur yang
terakhir dalam pengembangan plot adalah klirnakc, yaitu saat konflik mencapai
tingkat intensitas tertinggi. Tarigan (1985:126) mengemukakan alur cerita
sebagai berikut. a) Eksposisi, yaitu hal yang paling dasar untuk memperkenalkan
pan tokoh pelaku kepada pembaca, mencerminkan situasi pan tokoh, merencanakan
konflik yang akan terjadi, dan memberikan indikasi mengenai resolusi. b)
Komplikasi, yaitu bagian tengah peristiwa yang bertugas mengembangkan konflik
yang berupa hambatan-hambatan, pertentangan, kesukaran yang dialami tokoh
utama. c) Resolusi, yaitu bagian akhir suatu cerita yang berisi suatu pemecahan
masalah atau penyelesaian dari semua peristiwa yang terjadi. Berdasarkan
gerakannya (jalan cerita), alur dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu alur maju,
alur mundur, dan alur campuran. Menurut Tarigan (1986:127) alur berdasarkan
geraknya terdiri atas alur lurus (datar), alur sorot batik (flash Back) dan
alur campuran. 3) Penokohan atau perwatakan Penokohan adalah pelukisan gambaran
yang jela.s tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dalam upaya
memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya lewat hal-hal berikut.
a) Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
b) Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya,
maupun can berpakaian.
c) Menunjukkan bagaimana perilakunya.
d) Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentangnya.
e) Memahami bagaimana jalan
pikirannya.
f) Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya.
g) Melihat bagaimana tokoh-tokoh lain berbincang dengannya.
h) Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi
terhadapnya.
i) Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.
3) Latar
Latar merupakan tempat, saat,
dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenakan
suatu peristiwa. Latar selalu memiliki hubungan dengan unsur-unsur signifikan
lain dalam rangka membang,un totalitas makna serta adanya kesatuan dari keseluruhan
isi yang dipaparkan pengarang. Latar selalu memiliki hubungan dengan penokohan,
perwatakan, suasana cerita, alur, maupun dalam rangka mewujudkan suatu cerita,
dengan penahapan peristiwa, dan dengan alur cerita itu sendiri.
4) Sudut pandang
Sudut pandang pada haldkatnya merupakan strategi, teknik, siasat,
yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Macam-macam sudut pandang adalah berikut ini.
a) Sudut pandang persona ketiga: "Dia" (a) "Dia"
mahatahu: cerita dikisahkan dari sudut "dia", namun pengarang dapat
mineeritakan apa saja yang menyangkut tokoh "dia" tersebut. Narator
mengetahui segalanya.
(b) "Dia" '
terbatas "Dia' sebagai pengamat: pengarang melukiskan apa yang dilihat,
didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas
hanya pada seorang tokoh raja.
b) Sudut pandang persona pertama : (a) "Alm" tokoh utama:
Si "Aku" mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, baik yang
bersifat batiniah dalam dirinya sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan
sesuatu yang di luar dirinya.
(b) "Aku" tokoh
tambahan: tokoh "aku" muncul bawl sebagai tokoh utama, melainkan
tokoh tambahan. c) Sudut pandang campuran. Pengarang berganti-ganti dari teknik
yang saw ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. 6) Amanat
adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang melalui basil karyanya.
2. Metode Naskah Pidato dan Mempraktildcan
Silakan Anda membaca contoh teks pidato berikut mi. Setelah itu,
diskusikanlah hal-hal yang perlu didiskusikan, antara lain (I) apa yang
dikemukakan pembicara, (2) bagaimana sistematikanya, (3) bagaimana pilihan kata
dan susunan bahasanya, dell) (4) kelebihan dan kekurangan pidato itu. Setelah
selesai berdiskusi, cobaMh menyusun teks pidato, kemudian mempraktikkannya
sebaik mungkin.
Pidato Sambutan Peringatan !sr° Miraj Nabi Muhammad SAW.
Assalamualaikum w.r w.b. Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati,
Bapak Pejabat instansi pemerintahan di lingkungan kecamatan Madiria yang kami
hormati, Bapak dan Ibu guru serta para siswa yang kami cintai. Marilah kita
panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kenikmatan kepada kita Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita,
pembela kebenaran, yakni Nabi Muhammad SAW. Hadirin yang berbahagia, mahakuasa
Allah SWT, yang telah memperjalankan Nabi Muhammad SAW. Pada suatu malam dari
Masjidil Harom ke Masjidil Aqso yang sekelilingnya sudah diberi berkah untuk
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan menunggangi seekor hewan ajaib,
yaitu buroq yang ditemani malaikat. Sungguh suatu mukjizat yang besar yang
harus diterima dengan keimanan. Alhamdulillah, buah tangan perjalanan tersebut
adalah salat lima waktu. Dengan salat 5 waktu, mudah-mudahan dapat menenangkan
hati kita, mendamaikan suasana. Salat adalah pencegah kemungkaran. Hadirin
rohimakumultoh, demikian sambutan ini saya sampaikan. Semoga peringatan !sr°
Miraj ini menambah keimanan. Terima kasih dan motion maaf apabila ada hat yang
kurang berkenaan.
Wassalamuataikum w.r.w.b.
4. Menulis Naskah
Drama dan Memperagakan Peran Drama Cobalah Anda bergabung dalam
kelompok-kelompok kecil, tnasing-masing beranggotakan 3 atau 4 orang. Tiap kelompok,
diberi tugas merencanakan dan menuliskan sebuah adegan yang diperankan. Menulis
naskah tersebut dapat dilakukan dengan mengubah cerita menjadi naskah drama.
Berikut adalah langkah-langkah praktis mengubah cerita menjadi naskah drama.
Pelaku Dialog Mimik ningkah laku Aldi Awas! Awas! Tegang Mengendarai
motor dengan kecepatan linggi. Wildan Tolong! Tolong! Menahan rasa sakit.
Badannya tersungkur ke trotoar. Si1mi Lihat ada tabrakan! Cepat betikan
perlolongan! Terkejut Berleriak-teriak pada orang lain. Aldi Berhenli lunjukkan
KTP dan SIM. Kesal Mengulurkan tangan sambil melihat SIM dan KTP. Semua
Angkallah ke tempat yang teduh. Terburu-buru Sambil mengangkat korban ke
trotoar.
Kemudian, Bacalah contoh naskah drama basil peruhahan dari cerita
rakyat.
RANGKUMAN
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau
produktif. Kehluanya digunakan untuk menyampaikan infommsi. Dalam berbicara dan
menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam
berbicara, dan simbol tertulis dalam menulis. Kegiatan berbicara didukung oleh
kegiatan menulis, terutama berkaitan dengan persiapan terculis baik berupa
referensi yang harus dibacanya maupun konsep yang akan disannikannya. Pokok
pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan secara tertulis, misalnya berupa
naskah lengkap atau garis besar.
Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus Berbicara
ejceterampilan berbicara akan diperoleh secara maksimal apabila
pembicara banyak membaca. Berbagai informasi dalam teks dapat dikemukakan
kembali secara lisan ketika berbicara dengan orang lain atau siapa pun. Dalam
berbicara, orang lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan
sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Terkadang,
apa yang telah dibaca lupa dibicarakan karpa pertimbangan latar belakang
pengetahuan yang belum dipahami ketika membaca.
A. BERBAGAI KEGIATAN KETERPADUAN
MEMBACA DENGAN FOKUS BERBICARA
Berikut ini ada beberapa kegiatan yang dapat dipadukan antara
keterampilan membaca dengan keterampilan berbicara, misalnya membaca puisi
diikuti kegiatan berbicara tentang tema puisi, perasaan, amanat, nada, dan
suasana. Lalu, membaca dongeng disertai berbicara tentang tema, amanat, tokoh,
karakter, alur, sudut pandang, dan latar.
1. Membaca Puisi dan Berbicara tentang
Tema Puisi, Perasaart, Amanat, Nada, dan Suasana
Pembelajaran kosakata selalu dipadukan dengan keterampilan
berbahasa. Untuk mengajarkan nakata (kata-kata baru), bacalah sebuah puisi,
kemudian tanggapi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar tema, perasaan, amanat,
nada, dan suasana. Setelah itu, kata-kata yang disiapkan untuk diajarkan
dibicarakan atau didiskusikan maknanya, sinonimnya (kalau ada), dan sebagainya.
Kemudian siswa diminta menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat secara
tertulis. Sebagai latihan, bacalah puisi berikut mi.
Senja
di Pelabuhan Kecil Chain( Anwar
hi kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua,
pada cerita tiang serta temali. Kapal perahu tiada berlaut menghembus diri
dalam mempercaya berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir lari berenang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak dan kini tanah, air, tidur, hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri berjalan menyisir semenanjung, masih pengap
harap sekali tiba di ujung, sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu
penghabisan bias terdekap
Pahlawan Tak Dikenal Karya Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tak ingat bilamana ia datang Kedua lengannya memeluk senapan Dia
tidak tahu untuk apa dia datang Kemudian, dia terbaring, tapi bukan tidur
sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan
suara menderu Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin
kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga Tapi yang tampak,
wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata: aku sangat
muda
Guruku
Ibu guruku manis sekali Menyambutku di pagi berseri Hatiku senang
Perasaanku tenang
ibu guruku lembut sekati Mengajarku mengenal dirii Membukakan pintu
hati Agar aku menjadi Anak cerdas dan berbudi
Padamu Ibu Guru aku berterima kasih Dalam hati aku berjanji
Nasihatmu akan kuturuti Perintahmu akan kupatuhi limumu akan aku pelajari
Semoga jadilah aku Anak berguna Untuk bangsa dan tanah airku Di
kemudian had
Dad kumpulan sajak, Aku Tunas Bangs° Indonesia
Setelah Anda membaca dua puisi tersebut, diskusikan pembacaan puisi
tadi dengan temanmu! Berilah tanggapan mengenai hal-hal berikut mi. I. Gaya
bahasa yang terdapat pada puisi tersebut! 2. Makna yang terdapat dalam
puWersebut! 3. Tema, perasaan, nada, sikap, dan amanat! 4. Pilih kata yang
digunakan dalam puisi tersebut!
2. Membaca Cerita dan Berbicara tentang Tema, Amanat, Tokoh,
Karakter, Alur, Sudut Pandang, dan Latar Berbicara tentang sebuah tema, amanat,
tokoh karakter, alur, sudut pandang, dan latar cerita biasanya tidak mungkin
dapat dilaksanakan jika kita belum membaca cerita tersebut. Untuk itu, Setelah
membaca cerita atau tulisan-tulisan yang lain di luar kelas, dan membicarakan
ringkasan basil bacaan masing-masing maka kita mengapresiasi cerita tersebut.
Dengan can-cara itu terjadi pemaduan antara membaca dan bercerita. Sebagai
latihan bacalah cerpen berikut.
Dewasa thi kerusakan lingkungan tergolong masalah gawat dalam
kehidupan umat manusia baik pada tingkat global, nasional maupun lokal. Sejak
era pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi pada dasawarsa pertama
(tahun 1950-an) dianggap gagal tidak hanya menyejahterakan masyarakat secara
berkeadilan juga dalam membangun keseimbangan hidup manusia dengan
lingkungannya maka setelah itu (era dasawarsa 1960-an), perhatian terhadap
pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup semakin besar dan meluas. Sejak
konferensi PBB di Stockholm tahun 1972, masyarakat dunia membangun kesadaran
baru untuk menyelamatkan jagat raya ini dad kehancuran. Secara radikal bahkan
Club of Rome menawarkan The Limits to Growth sebagai antitesis terhadap
strategi dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang membawa kerusakan lingkungan.
Sejak itu di berbagai belahan dunia, dimulai dad negara-negara maju, kemudian
di negara berkembang dilakukan berbagai perubahan orientasi dan paradigma
kebijakan pembangunan. Negara-negara maju tentu memiliki peluang lebih besar
dalam penyelamatan lingkungan ketimbang negara-negara berkembang yang dililit
banyak persoalan krusial. Pemerintah Amerika Serikat misalnya, mengambil
langkah awal yang tegas dengan menerbitkan Undang-undang NEPA (National
Environment Policy Act) pada tahun 1969, yang memancang tujuan utama, yaitu:
1. mengutamakan suatu kebijakan nasional yang meningkatkan
terwujudnya harmoni yang produktif dan menyenangkan antara manusia dan
lingkungannya;
2. untuk menggairahkan usaha pencegahan serta pengendalian kerusakan
lingkungan hidup serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia;
3. meningkatkan sating pengertian mengenai penti nya keserasian
ekologi dan sumber daya alam bagi manusia;
4. mendirikan Dewan Kualitas Lingkungan (Council for Environmental
Quality).
Sejak tahun 1970-an, setiap negara menerapkan kebijakan pembangunan
yang berkelanjutan, antara lain merancang komitmen untuk pelestarian atau
penyelamatan lingkungan. Berbagai kebijakan di tingkat teknis bahkan dilakukan
di setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Kementerian lingkungan hidup
diadakan dengan berbagai fungsi yang operasional, sementara gerakan-gerakan masyarakat
sebagaimana dilakukan LSM bermunculan yang di antaranya banyak bergerak di
bidang lingkungan hidup. Gerakan LSM bahkan demikian gencarnya dalam melakukan
advokasi dan penyelamatan lingkungan sehingga sering dikatakan sebagai era
generasi ketiga dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap
memberikan peluang pada eksploitasi alam sekaligus memobilisasi potensi
masyarakat setempat untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Namun demikian,
kerusakan lingkungan ternyata terus meluas dengan derajat kualitas yang makin
tinggi sehingga dituntut untuk adanya tindakan-tindakan yang lebih radikal
dalam menyelamatkan lingkungan hidup yang melibatkan semua pihak di setiap
negara dan masyarakat luas. Kerusakan lingkungan, seperti tanah, air, topografi,
iklim, dan sumber daya alam berlangsung serentak dengan kerusakan lingkungan
biologis, seperti flora dan fauna. Akibat kerusakan lingkungan tersebut pada
akhirnya kembali pada manusia, dan perilaku manusia yang buruk pada akhirnya
memunculkan kembali beban lingkungan yang semakin rusak (environment over
stress). Kerusakan lingkungan yang meningkatkan itu tampaknya karena
industrialisasi yang semakin gencar, selain karena faktor-faktor lain, terdapat
korelasi yang kuat bahwa industrialisasi membawa dampak kerusakan lingkungan.
Persoalan tersebut bukanlah sekadar kesalahan strategi, tetapi juga menyangkut
persoalan paradigma industrialisasi yang melekat dalam alam pikiran modernisasi
yang serba pragmatis. Dalam teori kebudayaan diketahui bahwa masyarakat modern
memiliki nilai-nilai sosial budaya yang berorientasi pada eksploitasi alam.
Orang modern cenderung berpikir dan bertindak secara fungsional sehingga tidak
jarang mengabaikan keharmonisan dan keseimbangan. Oleh karena itu, betapa pun
banyak perangkat teknis disediakan untuk mengendalikan proses pembangunan atau
industrialisasi hasil akhirnya tetap sama, yaitu kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan bukan lagi menjadi dampak dari pembangunan industri atau
kebijakan tertentu, tetapi melekat dalam paradigma dad pembangunan tersebut,
yang tidak terpisahkan dan 1f3m berpikir manusia modern yang serba
eksploitatif. Masyarakat modern yang cenderung pragmatis, yang selalu
berorientasi pada nilai kegunaan dan keuntungan seluas-luasnya, merupakan
sumber masalah yang potensial dad banyak krisis dalam kehidupan ini, termasuk
krisis lingkungan karena semua hal dalam hidup ini didekati secara fungsional.
Akibat yang lebih jauh, manusia modern lebih-lebih dengan dukungan teknologi
yang canggih dan surplus keuangan yang berlimpah akan dengan tega hati
melakukan apa pun demi meraih keuntungan dan keberhasilan dari setiap kebijakan
atau usaha yang tengah dilakukan. Dalam alam pikiran dan sikap hidup yang
fungsional semacam itu maka alam atau lingkungan tidak lebih sekadar objek mati
yang boleh dieksploitasi sekehendak hati, bila ia pedu dengan berbagai
manipulasi kebijakan. Alam hanyalah objek penderita, bukan sesuatu yang
memiliki daya hidup. Akibatnya, manusia dengan mudah dan tanpa perasaan
bersalah dapat memperlakukan alam secara sewenang-wenang.
Oleh karena sumber masalah berasal dan paradigma atau alam pikiran
yang serba pragmatis atau fungsional (orientasi nilai guna dan kepentingan)
maka kerusakan lingkungan sering kali tidak disadari oleh manusia sendiri.
Kalaupun di sadari sebagai suatu kesalahan sering sekadar dianggap sebagai
dampak samping semata-mata, bukan karena kesalahan dalam rancang bangun
pemikiran dan kebijakan yang melandasi kebijakan itu. Dalam kondisi semacam
itu, muncul logika membangun untuk merusak, sebagaimana sindiran kitab suci,
yaitu "Dan bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, mereka menjawab: sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan" (Q.S. Al-Baqarah:11). Kerusakan lingkungan selain karena alam
pikiran yang cenderung eksploitatif juga karena kondisi masyarakat yang
mengalami kemiskinan atau kesenjangan, kemudian secara terpaksa terlibat dalam
kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang berdampak pada kerusakan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun biologis. Memang orang miskin akan
merusak alam secara terbatas yang tentu saja tidak begitu sebandirig dengan
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh proses industrialisasi dan
keserakahan masyarakat kapitalis sebagaimana pendekatan strukturalis, namun hat
itu memberi saham bagi akumulasi kerusakan lingkungan. Jika pada masyarakat
modern kelas menengah ke atas kecenderungan pengrusakan lingkungan terjadi
karena surplus dan sikap eksploitatif maka pada masyarakat substansi proses kerusakan
itu karena serba kekurangan baik dalam pengetahuan maupun fasilitas hidup yang
pada akhirnya merusak alam. Kerusakan hutan di Indonesia misalnya, terjadi
karena sejuiniah faktor, yaitu: 1. sistem perladangan yang berpindah-pindah; 2.
penebangan kayu oleh rakyat untuk mata pencaharian;ri 3. penebangan kayu untuk
dijadikan energi baik untuk kepentingan sendiri maupun perdagangan; 4.
penebangan secara modern dan besar-besaran oleh pengusaha kayu (M.T. Zen,
1979).
Selain pada tataran pemikiran berupa perubahan paradigma alam
pemikiran dalam memandang keberadaan alam raya, juga diperlukan perubahan
paradigma dalam aksi gerakan di berbagai tingkatan kehidupan. Maka, kini
diperlukan gerakan simultan atau menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak dan
institutional yang kuat termasuk perangkat hukum selain perangkat sosial untuk
penyelamatan lingkungan. Dalam hat in harus ada gerakan di 3 level, yaitu
struktural, institutional, dan kultural. Pada tingkat struktural diperlukan
kebijakan-kebijakan radikal untuk penyelamatan lingkungan termasuk mengubah
orientasi kebijakan
KEGIATAN BELAJAR 1
Keterpaduan Keterampilan Berbahasa dengan Fokus MenuLis
cirelah dikemukakan sebelum Mi bahwa dalam kom asi sesungguhnya
sangat jarang suatu jenis keterampilan berbahasa digunakan secara terpisah dari
keterampilan berbahasa jenis lainnya. Demikian juga keterampilan menulis, dalam
komunikasi yang sesungguhnya mungkin saja digunakan sehubungan dengan pemakaian
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Berikut ini sebagai contoh akan disajikan
kemungkinan situasi dan aktivitas berbahasa yang menggunakan keterampilan
menyimak secara terpadu dengan menulis, Anda dapat memathatkan keterampilan
menyimak untuk berlatih menulis atau melakukan aktivitas menulis yang
sesungguhnya.
A. MENDENGARKAN NYANYIAN DAN AKTIVITAS MENULIS
Nyanyian yang merdu dapat menggugah perhatian siapa pun untuk
mendengarkannya. Di antara lagu-lagu yang kita dengar, ada yang menggugah
perasaan kita. Perasaan yang timbul dapat saja berbeda-beda ketika mendengarkan
lagu yang berbeda. Perasaan yang muncul mungkin berupa rasa gembira, terharu,
rindu atau justru menimbulkan rasa sedih, jengkel, dan bahkan rasa marah.
Sebagai contoh, coba Anda putar kaset atau CD yang memuat Nyanyian twan Fals
berikut mi.
HADAPI SAJA
Retakan yang terjadi takkan kembati la sudah mitik-Nya bukan mitik
kita tagi Tak perk' menangis tak pertu bersedih Tak pertu tak pertu sedu sedan
itu Hadapi saja
Pasrah pada Illahi hanya itu yang kita bisa Ambit hikmahnya ambit
indahnya Cobalah menari cobalah bernyanyi Cobalah-cobatah mutai detik ini
Hadapi saja
Hilang memang hilang wajahnya terus terbayang Berjumpa di mimpi Kau
ajak aku untuk menari, bernyanyi Bersama bidadari malaikat dan penghuni surga
Hilang memang hilang wajahnya terus terbayang Berjumpa di mimpi Kau
ajak aku untuk menari, bernyanyi Bersama bidadari malaikat dan penghuni surga
La liaahaillallooh Relakan yang terjadi takkan kembali la sudah
miliknya bukan milik kita lagi
Pasrah pada 11.12hi hanya itu yang kita bisa Ambit hikmahnya ambit
indahnya Tak perlu menangis tak perk! bersedih Tak perlu tak perlu sedu sedan
itu Hadapi saja
Cobalah menari cobalah bernyanyi Cobalah-cobalah mulai detik ini
Hadapi saja
(Oleh: lwan Fats)
Perasaan apa yang muncul dalam diri Anda? Coba Anda tuliskan pada
selembar kertas. Apakah Anda merasa sedih? Tuliskan mengapa Anda merasa sedih
setelah mendengar lagu itu. Apakah Anda merasa tak berdaya lalu pasrah? Kalau
demikian, coba Anda tuliskan mengapa Anda merasakan demikian. Lagu di atas
tidak hanya nikmat didengar, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur
kemanusiaan, keindahan, kasih sayang, dan nilai-nilai keimanan. Apabila
nyanyian itu kita dengar setelah mendengarkan berita musibah yang menimpa
saudara-saudara kita di berbagai pelosok tanah air melalui radio atau televisi,
misalnya musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita di Aceh pada 26
Desember 2004, pemahaman dan penghayatan kita terhadap lagu "Hadapi
Saja" akan semakin kuat. Anda akan merasakan ketidakberdayaan sebagai
manusia, kepasrahan terhadap Illahi, dan dorongan untuk tetap tegar.
Selain itu, lagu tersebut mungkin pula mencuatkan ide Anda atau
orang tertentu untuk menulis sebuah puisi, cerita pendek ataupun sebuah tulisan
(script) untuk sebuah drama, sinetron, film layar Inbar atau menimbulkan ide
untuk menulis sebuah artikel kerohanian. Ide menulis apa yang muncul dalam
pikiran Anda? Ide menulis apa pun yang muncul dalam did Anda atau dalam did
siapa pun adalah merupakan evident (bukti) bahwa ada kaitan antara aktivitas
mendengarkan dengan menulis. Paling tidak, sesuatu yang kita dengar dapat
menjadi ide bagi kita dalam menulis. Sebelum Anda merealisasikan ide Anda untuk
menulis sesuatu setelah mendengarkan lagu Hadapi Saja yang dibawakan lwan Pals,
cobalah Anda tulis kembali lagu tersebut dalam wujud esai. Dengan kata lain,
coba Anda ceritakan secara tertulis isi lagu tersebut. Dalam menuliskan kembali
isi lagu tersebut dengan menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat Anda
sendiri, Anda dapat saja mengaitkannya dengan konteks-konteks tertentu,
misalnya musibah yang menimpa orang-orang yang Anda kenal atau mungkin justru
musibah yang dialami penyanyinya. Sebagai penuntun bagi Anda dalam menulis
kembali nyanyian menjadi sebuah esai, Anda dapat menggunakan beberapa
pertanyaan sebagai berikut.
PERAHU RETAK
Perahu negeriku Perahu bangsaku Menyusuri gelombang Semangat
rakyatku Kibar benderaku Menyeruak lautan Langit membentang cakrawala di depan
Melambaikan tantangan
Di atas tanahku Dan i dalam airku Tumbuh kebahagiaan Di sawah
kampungku Di jalan kotaku Terbit kesejahteraan
Tapi kuheran di tengah perjalanan Muncultah ketimpangan
Aku heran, aku heran Yang salah dipertahankan Aku heran, aku heran
Yang benar disingkirkan
Perahu negeriku, perahu bangsaku Jangan retak diridirigmu, semangat
rakyatku Derap kaki tekadku, jangan terantuk batu
Tanah pertiwi anugerah Ittahi Jangan ambit sendiri Tanah pertiwi
anugerah Ittahi Jangan makan sendiri
Aku heran, aku heran Satu kenyang seribu ketaparan Aku heran, aku
heran Keserakahan diagungkan
Aku heran, aku heran Yang salah dipertahankan Aku heran, aku heran
Yang benar disingkirkan
(Franky Sahilatua)
Setelah Anda mendengarkan lagu tersebut, cobalah Anda jawab
pertanyaan-pertanyaan berikut secara teriniis pada selembar kertas.
I. Peristiwa apa yang
diceritakan oleh penyanyi/penulis lagu melalui link clan musik yang Anda
dengar?
2. Siapa yang mengalaminya?
3. Bagaimana reevansinya dengan kehidupan nyata dalam masyarakat/negara?
3. Bagaimana reevansinya dengan kehidupan nyata dalam masyarakat/negara?
4. Bagaimana sikap
penyanyi/penulis lagu/penata musik? Pesan-pesan apa yang mereka sampaikan untuk
pan pendengar?
5. Bagaimana pula sikap Anda selanjumya?
Setelah mendengar lagu tersebut dan menjaveab secara ten-ulis
penanyaan-pertanyaan, mungkin Anda semakin peka dengan masalah-masalah
kehidupan, pemerintahan, hukum yang berlangsung di sekeliling Anda atau di
negara Republik Indonesia tercinta mi. Mungkin timbul idea Anda untuk menulis
sebuah artikel untuk dimuat di koran atau sekadar surat pembaca dengan maksud
menyumbangkan pemikiran Anda dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan
praktis, pemerintahan, dan masalah hukum yang Anda rasakan berjalan
"pincang”. Realisasikan ide Anda itu dengan menulis dan menulis.
B. MENDENGARKAN CERITA DAN AKTIVTTAS MENULIS
Pernahkah Anda mendengarkan dongeng berikut ini menjelang tidur pada
masa Anda masih kanak-kanak?
Anak Durhaka
Di suatu kampung, hiduplah seorang wanita dan anaknya. Anaknya itu
bernama Malin Kundang. Mereka sangat miskin. Malin Kundang sangat disayangi
ibunya. lbunya bekerja keras untuk dapat menyediakan makanan bagi anaknya itu.
Setiap hari ibu Malin Kundang mencari kayu bakar di hutan. Kayu bakar itu
dijualnya di pasar. Uangnya dipakai untuk membeli makanan untuk Malin Kundang.
Tidak terasa Malin Kundang sudah menjadi remaja. la minta izin kepada ibunya
untuk merantau. lbunya mengizinkannya. Malin Kundang pun berlayarlah dengan
menumpang sebuah kapal dagang. Tahun demi tahun berganti, tidak ada kabar dad
Malin Kundang. lbunya menangis setiap hail. la sangat merindukan anaknya.
Doa-doa kepada Tuhan terus dipanjatkan. lbunya memohon kepada Tuhan agar
anaknya selamat dan dilimpahi rahmat. Suatu pagi terdengar berita. Malin
Kundang akan pulang. trlian datang dengan istrinya menggunakan kapal. Kapal itu
miliknya senchti. lbu Malin Kundang pun siap-siap untuk menyambut anaknya.
Semua makanan kesukaan Malin Kundang sewaktu kecil dulu dimasaknya. Setelah
selesai masak, ibu Malin Kundang segera ke pelabuhan. Berjam-jam ia berdiri di
sana. Akhirnya, sebuah kapal yang indah merapat di pelabuhan. Kemudian, tampak
Malin Kundang dan istrinya keluar dad kapal. Mereka berpakaian sangat indah.
Perhiasan emas dan berlian tampak berkilauan di jar, pergelangan tangan, dan
leher mereka. lbu Malin Kundang langsung berlari ke arah anaknya. la pun
memeluk erat anaknya. Sambil bercucuran air mata diciuminya anak kesayangannya
itu. Melihat itu, istri Malin Kundang bertanya, "Siapakah orang miskin ini
Kakanda? Apakah wanita yang berpakaian compang-camping ini ibu Kakanda?"
Mendengar itu, Malin Kundang mendorong lbunya sampai terjatuh. la pun berkata,
'Dma bukan ibuku, tapi seorang pengemis yang mau minta sedekah. lbuku sudah
mati." Sambil berkata begitu, Malin Kundang menarik istrinya kembali ke
kapal. lbunya menjerit-jerit memanggil namanya, "Malin, Malin, aku ibumu.
Ini ibumu, Nak." Malin Kundang menoleh dan berkata dengan keras,
"I-lei pengemis, ibuku sudah mati. Orang tuaku kaya raya, bukan miskin dan
hina sepertimu." Malin Kundang pun segera memerintahkan agar kapal segera
berangkat. Kapal pun bergerak menjauhi pelabuhan. Di pelabuhan tampak ibu Malin
Kundang berlinang air mata. la menengadahkan kedua tangannya ke atas. "Ya
Allah, apabila lelaki tadi bukan anakku tolong selamatkan Ia. Tapi, apabila dia
adalah anakku, yang telah aku lahirkan dan aku rawat dad kecil maka berilah dia
hukuman." Tak lama kemudian, angin bertiup sangat kencang sampai
memiringkan kapal yang sudah menjauhi pelabuhan. Gelombang taut pun
bergulung-gulung memukul kapal. Guruh dan petir pun datang menyambar. Akhirnya,
kapal pun tenggelam. Tampak dari kejauhan Malin Kundang menggapai-gapai dan
berteriak minta tolong. "Ibu tolong aku."
(Dladaptasi dad Malin Kundang Anal< Durhako, merupakan dongeng
yang berme dad daerah Sumatera Barat)
Dongeng tersebut pada mulanya dituturkan oleh para orang tua kepada
anak-anak mereka menjelang tidur, pada masa televisi belum dikenal, bahasa
tulis belum memasyarakat. Saat ini, dongeng yang didengarkan oleh anak-anak
"zaman dahulu" berulang-ulang menjelang tidur itu telah ditulis dan
disajikan dalam buku-buku kumpulan dongeng. Tidak hanya sampai demikian,
dongeng itu kini telah ditulis dalam wujud script film oleh Zara Zettira ZR dan
telah ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi (Kontpas, 16 Januari 2005).
Sekali lagi, ini merupakan bukti ahwa aktivitas menulis ada kaitarmya dengan
aktivitas mendengar. Kemudian, Anda paling tidal( sesekali mendengar (menonton)
cerita yang ditayangkan di televisi. Kadang-kadang Anda tidak menyukai alur
ceritanya yang terlalu mengada-ada atau mungkin monoton. Mungkin juga jalan
ceritanya atau dialognya melanggar norma-norma yang berlaku. Anda risau,
jengkel, mungkin marah. Apabila demikian, cobalah Anda tuliskan apa-apa yang
Anda rasakan itu dan lengkapi dengan pikiran-pikiran Anda yang muncul
sehubungan dengan masalah itu. Bila perlu, kutiplah beberapa hash l penelitian
(teed) yang relevan. Setelah semua itu Anda catat (tulis), cobalah Anda
rangkaikan, atur urutan-urutan penyajian masalah dan buah pikiran Anda serta
teori-teori yang relevan itu sehingga mudah dipahami dan enak dibaca. Setelah
selesai Anda urutkan tulisannya, baca kembali. Mungkin ada rangkaian kalimat
yang perlu Anda ubah susunannya, mungkin ada kata-kata yang perlu diganti
dengan yang lebih tepat, mungkin pula Anda perlu membubuhi tanda baca tertentu
atau memperbaiki ejaannya. Setelah dibaca berulang-ulang tulisan Anda yang
berisi kritikan atau mungkin resensi itu serta telah Anda perbaiki lalu
mintalah teman-teman Anda membacanya. Minta mereka memberikan saran-saran.
Perbaiki lagi tulisan Anda apabila ada saran-saran yang Anda ra.sakan tepat dad
teman-teman Anda im. Setelah itu, kirimkan ke koran atau majalah yang
tepat, yang biasa memuat resensi atau kritikan
film. Apabila tidak dimuat oleh koran atau majalah yang dimaksud, Anda tidak
perlu sedih karena sebetulnya keterampilan menulis yang Anda miliki semakin
bagus. Cerita yang berkualitas buruk yang Anda dengar
telah menggugah Anda untuk menulis. Lalu, Anda pun berlatih menulis.
B. MENDENGARBAN DIALOG MENGENAL SUATU
TOPIUK DAN AWITiFITAS MENULIS
Di suatu malam, ketika Anda selesai membaca suatu buku dan
mengerjakan berbagai tugas, Anda pun duduk di depan televisi. Ada sebuah dialog
yang menarik perhatian Anda. Topik dialog itu adalah Perlu Tidahtya Pelajaran
Agama Disajikan di Sekolah. Tentu saja texjadi pro dan kontra dalam dialog itu
karena stasiun televisi itu sengaja memilih pembicaranya dari kalangan yang
berbeda, yang pro dan kontra terhadap penyajian pelajaran agama di sekolah.
Setelah Anda mendengarkan dialog tersebut selama satu jam, melalui
pikiran-pikiran Anda berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang Anda miliki,
Anda akan memposisikan diri i pada pihak yang pro atau kontra terhadap
pendidikan agama di sekolah. Mungkin pula muncul pikiran-pildran baru mengenai
topik tersebut setelah Anda selesai mendengarkan dialog itu. Pikiran-pikiran
Anda itu akan semakin jelas setelah Anda tuangkan secara tertulis pada
berlembar-lembar kertas. Pikiran-pikiran Anda yang telah dituangkan secara
tertulis dalam lembaran-lembaran kertas lepas itu dapat Anda urutkan secara
logis, diperbaiki kalimatnya, dipilih kata-kata yang lebih tepat, dilengkapi dengan
beberapa hasil penelitian, teori atau sekadar pengalaman-pengalaman individu
dan masyarakat. Akhirnya, Anda lengkapi tulisan tersebut dengan sebuah judul,
terwujudlah sebuah artikel yang kritis dan slap dikirimkan ke koran untuk
dimuat. Tulisan itu dapat pula Anda rangkai menurut format yang ditawarkan oleh
jurnal-jumal ilmiah, antara lain dimulai dengan pendahuluan (latar belakang
ma.salah, tujuan penulisan, metode), kemudian diikuti dengan pemaparan isi dan
pembahasan, selanjutnya diakhiri dengan suatu kesimpulan dan saran atau sekadar
penutup, serta dilengkapi dengan sebuah daftar pustaka. Apabila demikian,
tulisan Anda slap dikirimkan ke jurnal-jurnal yang relevan. Di pihak lain, ada
piña dialog-dialog dalam wujud drama dan film yang Anda dengar (tonton) melalui
televisi dan layar lebar. Dialog-dialog itu semula berwujud tulisan (script).
Dialog-dialog dalam wujud tulisan itu dihafal oleh para pemain drama dan film.
Kemudian, dialog-dialog yang telah dihafal itu disajikan di pentas atau direkam
dengan kamen, kemudian ditayangkan melalui televisi dan layar lebar. Tentu
saja, dialog-dialog dalam drama dan film yang semulanya dipersiapkan secara
tertulis itu diperkaya dengan gerak, mimik, dekorasi, dan musik ketika
disajikan secara utuh benvujud drama penta.s atau cerita film yang ditayangkan
melalui televisi atau layar lebar.
C. MENULIS CATATAN DARI SUATU KULIAH
DAN DISKUSI
Ketika mengikuti suatu tutorial atau kuliah, Anda perlu membuat
catatan-catatan. Apakah Anda hams menuliskan semua yang Anda dengar dad
tutorial atau kuliah tersebut? Jika hams demikian, Anda pasti tidak dapat
menulis secepat dosen Anda berbicara. Selain itu, bila Anda hams menuliskan
semua yang diucapkan oleh dosen Anda, tenth Anda akan sulit menangkap seluruh
pesan (makna) yang disampaikan oleh pembicara karena beberapa hal berikut ini.
I. Anda tidak berkonsentrasi
pada makna yang disampaikan pembicara karena Anda sibuk berkonsenpisi pada
bunyi-bunyi yang hams disalin menjadi rangkaian hunt;
2. Makna sering kali disampaikan piña melalui gerak dan mimik
pembicara, sedangkan Anda sibuk dengan rangkaian huruf yang Anda tulis;
3. Sering kali Anda perlu berpikir, membuat inferensi-inferensi,
dalam menangkap makna dari suatu peristiwa ujaran.
Sempatkah Anda berpikir ketika sibuk menyalin bunyi-bunyi yang Anda
dengar menjadi rangkaian hunt? Tampaknya kita memerlukan strategi dalam menulis
catatan kuliah. Pertama, kita hams berkonsentrasi mendengarkan materi kuliah
atau tutorial agar kita dapat menangkap seluruh materi yang disampaikan. Kedua,
kita hanya perlu mencatat materi-materi penting dalam wujud kata-kata kunci
atau frase-frase. Ketiga, catatan yang hanya berupa kata-kata kunci atau
frase-frase tersebut dikembangkan menjadi catatan kuliah yang lengkap setelah
kuliah atau tutorial usai. Catatan materi kuliah atau tutorial yang Anda buat
dalam wujud kata-kata kunci atau frase-frase hendaknya segera Anda kembangkan
menjadi sebuah catatan kuliah yang lengkap segera setelah selesai kuliah.
Langkah yang dapat Anda tempuh adalah sebagai berikut.
1. Melengkapi catatan kuliah atau tutorial melalui rekonstruksi
terhadap materi kuliah yang masih tersimpan dalam memori Anda. Dengan dibantu
kata-kata kunci atau frase-frase yang sudah Anda catat, Anda berupaya
mengingat-ingat kembali mated- mated yang disampaikan dosen/tutor dalam
perkuliahan/tutorial di kelas. Kemudian, Anda pun dapat menyempurnakan catatan
kuliah Anda dengan mengembangkan Icata-kata kunci atau frase-frase menjadi
kalimat-kalimat dan bahkan berupa paragaf- paragraf
2. Setelah Anda melengkapi catatan kuliah Anda dengan cara
mengingat-ingat kembali apa yang Anda dengar dalam perkuliahan, Anda perlu
mempertajam pema.haman Anda mengenai materi perkuliahan melalui diskusi
kelompok dengan teman-teman Anda. Catatan yang telah Anda buat dapat menjadi
sumber topik atau bahan diskusi. Melalui diskusi kelompok tersebut, Anda akan
memperoleh pemikiran-pemikiran kritis dari teman-teman Anda guna memperkaya
pemikiran Anda sendiri. Selanjutnya, basil diskusi dapat Anda jadikan sebagai
masukan untuk melengkapi catatan kuliah Anda. Selain itu, mungkin saja ada
bagian-bagian mated perkuliahan/tutorial yang tida tercatat sebelumnya. Melalui
diskusi kelompok yang Anda adakan dengan teman-teman sekelas Anda,
materi-materi tersebut dapat diingat kembali dan catatan Anda dapat dilengkapi.
RANGKUMAN
Dalam komunikasi yang sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, tidak
jarang aktivitas menulis dilakukan setelaynclidahului oleh aktivitas-aktivitas
mendengarkan. Banyak hal dari didengar dapat mendorong seseorang untuk menulis.
Misalnya, seorang penulis tergerak untuk menulis sesuatu setelah mendengarkan
suatu lantunan lagu, mendengarkan suatu cerita, mendengarkan suatu dialog atau
setelah menghadiri suatu kuliah atau diskusi. Oleh karena itu, kita perlu mengintegrasikan
latihan-latihan menulis dengan aktivitas-aktivitas berbahasa lainnya, antara
lain dengan aktivitas menyimak. Jadi, Idta dapat melakukan latihan menulis
setelah mendengarkan suatu nyanyian, cerita, dialog berkenaan suatu masalah,
dan melakukan latihan menulis setelah mengikuti suatu kuliah tutorial atau
setelah aktif dalam suatu diskusi.
KEG IATAN BELAJAR 2
Keterpaduan Keterampitan Berbickiya dengan Fokus Menulis
seperti telah disinggung pada Kegiatan Belajar 1, dalam komunikasi
yang sesungguhnya keterampilan menulis sering digunakan secara terintegrasi
dengan keterampilan lainnya. Misalnya, dalam suatu diskusi para pembicara biasa
menuliskan lebih dulu materi pokok yang akan dibicarakan, mungkin dalam bentuk
makalah (dalam sebuah seminar) atau sekadar catatan peng,ingat yang berisi
daftar topik. Contoh lain, dalam melakukan wawancara .seseorang sering
menyiapkan daftar pertanyaan secara tertulis, kemudian disampaikan secara lisan
dan menulis catatan-catatan mengenai jawaban yang diberikan oleh lawan bicara
(yang diwawancarai).
A. BERDISICUSI DAN AKTIVITAS MENULIS
Berdiskusi yang dimaksudkan di sini bukan hanya berupa seminar,
simposium, dan rapat yang memerlukan penulisan makalah atau rencana rapat
terlebih dulu. Berdiskusi yang dimaksudkan di sini termasuk pula suatu diskusi
kelompok yang diadakan dengan tujuan mempertajam isi suatu tulisan yang sedang
digarap. Seorang penulis dapat mengomunikasikan rencana awal suatu tulisan atau
sebuah tulisan utuh dalam suatu diskusi gunamendapatkan masukan-masukan dari
pan anggota yang terlibat dalam diskusi tersebut. Tentu saja, idealnya yang
terlibat dalam diskusi tersebut adalah orang-orang yang dianggap memahami
dengan baik topik yang sedang ditulis serta ada pula yang mewakili calon pembaca
yang menjadi .sasaran. Dalam diskusi kelompok yang diselenggarakan dengan
maksud seperti di atas, penulis perlu mengemukakan rencana tulisannya atau
tulisannya secara utuh kepada pan peserta diskusi. Setelah itu, penulis slap
menerima masukan dan kritikan yang membangun dari seluruh peserta diskusi.
Memang, aktivitas diskusi kelompok yang diselenggarakan guna mendapat
masukan-ma.sukan dari peserta dalam rangka penyempurnaan suatu tulisan agak
mirip f-ungsinya dengan aktivitas seminar proposal. Seminar proposal yang
diikuti oleh para mahasiswa di perguruan tinggi juga diadakan guna mendapat
masukan-masukan dari konsultan/pembimbing/promotor untuk penyempumaan proposal.
Bahican, kadang-kadang setelah seminar proposal itu selesai diselenggarakan, si
penulis proposal hams mengganti proposalnya itu dengan yang sama sekali baru.
Ada pula proposal penelitian yang ditulis dengan maksud mendapatkan dukungan
dana dari pihak-pihak tertentu. Proposal seperti ini disampaikan dalam suatu
seminar yang dihadiri oleh pihak calon penyandang dana. Nah, dari uraian
tersebut tampak sekali bahwa adakalanya kita perlu menulis untuk berdiskusi
(misalnya dalam seminar), clan kadang-kadang kita perlu berdiskusi untuk
menulis dengan baik.
B. MELAKURAN WAWANCARA DAN MENULIS
LAPORAN
Sering kali guna memperoleh data yang diperlukan, kita (mungkin
sebagai wartawan atau peneliti) perlu melakukan wawancara ke berbagai sumber.
Sebelum wawancara dilakukan, kita perlu menulis pedoman wawancara, yaitu berupa
sebuah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan. Kemudian, kita perOmencatat hash
l wawancara dan menulis suatu laporan. Pemilihan orang-orang dan aspek-aspek
yang akan diwawancarai hendaknya dikaitkan dengan topik dan tujuan tulisan.
Misalnya, kita akan menulis mengenai reaksi para ihu rumah tangga terhadap
kenaikan harga gas maka yang hams kita wawancarai adalah para ihtt rumah
tartgga di berbagai lokasi dan berasal dari berbagai strata sosial. Tenth
keliru bila kita mewawancarai pejabat Pertamina atau para bimkrat. Dalam
belajar menulis persiapan wawancara, Anda barus memulai dari yang sederhana,
mengenai topik yang sederhana, dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
sederhana yang akan diajukan kepada responden yang tepat. Misalnya, topik yang
akan Anda tulis adalah nzasa depan nelayaat Aceh pascatsturami. Tujuan tulisan
Anda adalah untuk mengetahui bagaimana pan nelayan Aceh melihat masa depannya
(pascatsunami) dan mempublikasikannya dalam wujud tulisan. Untuk itu, Anda hams
mencari responden yang terdiri atas pan nelayan Aceh yang selamat dari musibah
tsunami dengan mendatangi tempat-tempat penampungan pengungsi. Sebelum
wawancara dimulai, Anda hams mempersiapkan secara tertulis pedoman wawancara,
contohnya seperti berikut.
Daftar Pertanyaan I. Apa pekerjaan Bapak sebelum datang musibah tsunami?
2. Apakah pekerjaan Bapak menangkap ikan dengan can memancing atau bagaimana?
3. Biasanya dengan ditemani siapa saja? 4. Alat menangkap ikan yang digunakan
apa saja? 5. Di mana Bapak berada ketika gelombang besar datang? 6. Apakah
teman-teman Bapak dalam menangkap ikan selamat? 7. Bagaimana dengan keluarga
Bapak, apakah semuanya selamat? 8. Bagaimana pula dengan peralatan Bapak untuk
menangkap ikan, apakah ada yang dapat diselamatkan? 9. Bagaimana rencana Bapak
ke depan, apakah Bapak akan menangkap ikan lagi? 10. Bagaimana Bapak akan
menyiapkan peralatan menangkap ikan? 11. Dengan siapa Bapak akan pergi
menangkap ikan nanti? 12. Ke mana Bapak akan menjual hash l tangkapan Bapak?
13. Apakah Bapak yakin bisa bekerja sebagai penangkap ikan seperti dulu dan
penghasilannya akan sebanyak sebelum musibah tsunami terjadi? 14. Kapan Bapak akan
mulai be rja kembali? 15. Apa yang Bapak harapkan &A pemerintah?
Daftar pertanyaan (sebagai contoh) hanyalah sebagai pedoman dalam
wawancara. Dalam wawancara .sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan dapat saja
ditambahkan atau diajukan sesuai dengan perkembangan jawaban yang diberikan
responden. Ketika wawancara berlangsung, pewawancara dapat merekam basil
wawancara atau mencatatnya. Kemudian, setelah wawancara selesai dilaksanakan,
berdasarkan basil wawancara itu ditulislah sebuah laporan mengenai masa depan
nelayan Aceh pascatsunami. Dalam belajar menulis laporan, Anda hams berlatih
mengorgani.sasikan karangan ekspositoris atau naratif. Latihan yang hams Anda
lakukan meliputi menulis kalimat atau paragraf pengantar, paragraf isi, dan
kalimat atau paragraf penutup. Sehubungan dengan itu, Anda telah belajar
melalui Modul 1 dan Modal 5. Kali ini Anda hams banyak melakukan latihan
menulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis.
D. BERCERITA MENGENAI PENGALAMAN
PRIBADI DAN AKTIVITAS MENULIS
Pada tanggal 18 Desember malam sampai menjelang subuh tanggal 19
Desember 2004 hujan turun dengan lebatnya. Saya dan beberapa orang saudara
dekat yang mengunjungi abang saya yang akan berangkat haji tertahan di ruang
tamu rumahnya. Dalam mengisi waktu sambil menunggu hujan teduh untuk pulang ke
rumah masing-masing, kami pun berbincang-bincang ringan. Yang menarik dalam
perbincangan itu adalah ketika seorang saudara sepupu saya bercerita mengenai
pengalamannya sebagai aktivis LSM di sebuah kabupaten. la dan LSM itu
beraktivitas mengontrol penyelenggaraan pemerintahan kabupaten agar bersih dari
korupsi. Sepupu saya bercerita bahwa dia lebih kurang dua tahun lalu melaporkan
kepada kejaksaan mengenai dugaan politik uang dalam pemilihan bupati di suatu
kabupaten. Tapi sayangnya, sampai saat ía bercerita, bupatinya tidak dapat
diperiksa oleh kejaksaan karena belum mendapat izin dari gubernur. Namun, sejak
laporan itu sampai ke kejaksaan ía mendapat ancaman-demi ancaman. Suatu waktu,
lanjutnya, ketika sepupu saya itu turun dari pesawat di lapangan terbang di ibu
kota kabupaten tempat politik uang diduga terjadi, ia langsung dikepung oleh
segerombolan pemuda. Tak lama kemudian, para pemuda itu memukulnya. Kepalanya
menjadi bengkak-bengkak dipukul oleh gerombolan pemuda itu. Melihat ía hampir
mati dipukul, tiba-tiba seorang pemuda berbadan kecil yang ada di sekitar itu
melompat ke depan dan membuka bajunya. Sepupu saya menyangka pemuda berbadagnSerdil
itu juga akan ikut memukulnya. Tetapi rupanya sebaliknya, pern6da itu dengan
berani membela sepupu saya yang hampir sekarat. la menyuruh para penyerang
sepupu saya berhenti menyerang dan mengatakan bahwa sepupu saya itu adalah
saudaranya, kemudian menantang gerombolan pemuda penyerang itu untuk berkelahi
dengannya. Anehnya, gerombolan pemuda penyerang berhenti menyerang dan mundur.
Rupanya pemuda berbadan kecil itu dikenal dan disegani di daerah itu. Pada saat
lain, ketika sepupu saya berjalan jalan di pasar, ia dihampiri oleh seorang
pemuda kekar bersepeda motor yang ia kenal. Pemuda itu mengajaknya
berbincang-bincang dengan ramah, kemudian dengan ramah pula mengajak sepupu
saya menaiki sepeda motornya guna menuju ke suatu daerah tujuan wisata di pinggir
pantai. Di daerah itu banyak terdapat kafe yang menyediakan jasa hiburan dan
rumah-rumah makan yang menyajikan makanan taut. Oleh karena diajak oleh pemuda
yang dikenalnya dan menuju ke daerah wisata yang menyenangkan, sepupu saya pun
mau saja. Setibanya di halaman sebuah kafe, si pemuda pun menghentikan sepeda
motornya, kemudian memarkirkannya. Sepupu saya pun turun dari boncengan dengan perasaan
lega. Setelah Si pemuda kekar selesai memarkirkan sepeda motornya dengan rapi,
ia pun dengan tenang berbalik, lalu menghajar sepupu saya dengan
pukulan-pukulan keras bertubi-tubi ke bagian perutnya sampai tak berdaya. Kata
sepupu saya dalam perbincangan kami di penghujung malam itu, Dikira matt ngajak
saya makan, match memukul. Kami pun tergelak-gelak tertawa mendengarnya. Abang
saya nyeletuk samba tertawa, "Pengalamanmu menarik sekali untuk
ditulis." Sepupu saya meneruskan ceritanya di antara gelak tawa kami.
"Pada kali lain, saya dan seorang teman mau minum di sebuah kafe di
Tanjung Pinang" katanya. Kota itu jauh dad kabupaten yang diawasi oleh
LSM-nya. Belum lama duduk, tiba-tiba datang beberapa kendaraan bak terbuka yang
memuat puluhan anak muda yang seram-seram. Mereka berhamburan ke luar dari
mobil bak terbuka itu dan duduk di meja-meja di sekeliling sepupu saya.
Pemuda-pemuda itu berbicara dalam bahasa daerah dari kabupaten yang pemerintah
daerahnya sedang menjadi target pengawasan oleh LSM tempat sepupu saya
bergabung. Tingkah laku para pemuda itu sangat kasar dan mulai mabuk-mabukan.
Dad mulut mereka ke War ancaman-ancaman bagi siapa saja yang mengusik-usik
pemerintah daerah yang mereka dukung. Melihat tingkah laku pemuda yang kasar
dan mabuk-mabukan sambil mengeluarkan kata-kata ancaman yang ditujukan pada
orang yag.,tidak jelas, sepupu saya ketakutan. Dalam hati ia berkata,
"Matilah gill kali ii". Tiba-tiba pula celananya terasa basah.
Rupanya ia kencing di celana karena ketakutan. Tawa kami pun semakin meledak
mendengarnya. Abang saya sambil terpingkal-pingkal menyarankan kembali agar
sepupu saya menuliskan pengalamannya itu. Si abang mulai menyarankan judul dan
sub-subjudul yang akan ditulis oleh sepupu saya, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis
I. Ancaman demi ancaman
2. Kepala bengkak-hengkak
3. Dikira mau mentraktir, malah metnukul
4. Kencing di celana
Sepupu saya tidak menghiraukan tawa kami yang terbahak-bahak. Si
sepupu malah meneruskan cerita mengenai pengalamannya itu sambil tampak
meringis kecut. Mungkin ia merasakan kembali rasa takutnya yang tak
tergambarkan dengan kata-kata. 'Tak lama setelah kejadian di kafe itu, saya
ditelepon bupati KN (namanya saya samarkan) meminta datang ke rumahnya pada
suatu malam, " katanya. "Saya merasa takut bukan main",
lanjutnya. Walau merasa ketakutan tak terkatakan, sepupu saya tetap datang juga
ke rumah Si bupati. Sampai di rumah bupati, rupanya si bupati sudah duduk
menunggu sambil menimang-nimang sepucuk pistol. Melihat itu, sepupu saya
semakin ketakutan, namun memberanikan diri duduk tidak jauh dad Si bupati.
Setelah sepupu saya duduk, si bupati mulai mengeluarkan ancaman demi ancaman
kepada siapa saja yang mengganggu pemerintahan yang dijalankannya, barang siapa
saja yang mengusik-usik cara kerjanya, sambil memain-mainkan pistol di
tangannya. Terakhir, si bupati mengajukan pertanyaan kepada sepupu saya,
"Apakah kamu masih mau melaporkan bahwa saya menyuap dan korupsi?"
Sepupu saya cepat-cepat menjawab, -Tidak Pak. Saya tidak pemah lagi
mengusik-usik pemerintahan Bapak. Mana berani saya." Mendengar itu, di
tengah cahaya remang-remang lampu ruang tamu, si bupati merogohkan sesuatu dad
sakunya, kemudian meraih tangan sepupu saya dan memindahkan sesuatu ke telapak
tangannya. Saya buka genggaman soya, dan tampaklah segumpalan besar uang, kata
sepupu saya. Mendengar akhir cerita sepupu saya, abang saya langsung berkata,
"Kalau begitu tambahkan satu subtopik lagi tulisanmu nanti. Masukkan
bagian akhir pengalamanmu dengan subtopik kubuka genggamanku, tampaklah
segumpalan besar uang. Selanjutnya abang saya menyarankan judul tulisan dengan
sub-subtopik, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis
I. Kepala bengkak-bengkak
2. Dikira mau tnentraktir, tnalah metnukul
3. Kencing di celana
4. Kubuka genggamanlat, tampaklah segumpalan uang
Ketika subuh menjelang, hujan pun reda. Sepupu saya mengatakan bahwa
mereka sekarang sedang berupaya mengadukan dugaan korupsi terhadap APBD yang
dilakukan oleh si bupati secara "berjamaah" dengan para anggota DPRD.
Lalu, abang saya berkomentar, "Tidak jera kamu rupanyar Mendengar cerita
sepupu saya yang terakhir itu serta komentar dad abang saya, saya pun
menyarankan agar tulisan autobiografi itu nanti diakhiri dengan topik tidak
feral Dengan demikian, kerangka karangannya menjadi, seperti berikut.
Pengalaman Seorang Aktivis I. Kepala bengkak-bengkak 2. Dikira mau
tnentraktir, tnalah metnukul 3. Kencing di celana 4. Kubuka genggamanlat,
tampaklah segumpalan besar uang 5. Tidak feral
Dan i ilustrasi (contoh) di atas kita dapat mengatakan bahwa ide
untuk menulis .sesuatu dapat muncul setelah kita bercerita mengenai pengalaman
pribadi kita kepada orang lain secara lisan. Bahkan, kemunculan ide tersebut
dapat diikuti dengan perencanaan suatu tulisan. Tampak pula ba.hwa ide dan
perencanaan dalam menulis dapat berasal dari suatu aktivitas yang bersifat
kolaboratif (kerja sama) antara dua orang atau lebih. Dalam contoh di atas,
kolaborasi itu berwujud salah seorang bercerita mengenai pengalaman
pribadiriya, yang lain mencuatkan ide-ide yang bersumber dari pengalaman
pribadi tersebut untuk ditulis. Selanjumya diikuti dengan aktivitas perencanaan
tulisan berdasarkan ide-ide tersebut. Bila Anda mengatakan bahwa dari contoh di
atas bukan hanya tampak aktivitas berbicara dan menulis saja yang dilakukan
secara terintegrasi, melainkan juga ada aktivitas mendengarkan dilakukan, Anda
benar. Hal ini merupakan suatu bukti lagi bahwa tidak jarang beberapa jenis
keterampilan berbahasa digunakan secara bergantian atau terintegrasi dalam
suatu komunikasi yang sesungguhnya. Selanjutnya, mungkin Anda memiliki
pengalaman pribadi yang menarik yang banyak ditulis clan bermanfaat untuk
dibaca oleh orang banyak. Untuk mempertajam ide Anda dalam menuliskannya,
ceritakanlah kepada teman-teman Anda. Bila pengalaman pribadi Ande)tu menarik
maka Anda akan mendapatkan ide-ide tambahan dari teman-teman yang mendengarkan
cerita itu. Selanjutnya, tuliskanlah rencana karangan, antara lain dengan
memanfaatkan tanggapan-tanggapan yang Anda peroleh dari teman-teman Anda.
E. BERPIDATO DAN AKTIVITAS MENIJLIS
Dalam situasi sangat resmi kadang-kadang kita hams berpidato dengan
menggunakan naskah. Selain itu, kadang-Icadang karena kedudukan atau tugasnya,
seseorang hams berpidato di depan umum, padahal ia belum terampil berpidato.
Untuk itu, yang bersangkutan memerlukan sebuah naskah pidato. Mengingat
fungsinya cukup penting, sewajamya Anda belajar menulis naskah pidato. Sebelum
menulis suatu naskah pidato, Anda hams mengetahui situasi/tempat berpidato dan
siapa saja yang akan hadir. Tentu saja dalam berlatih Anda bebas memilih salah
satu situasi, kemudian berlatih menuliskan sebuah pidato sederhana.
Sebuah naskah pidato terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
pembukaan, isi pidato, dan penutup. Pada bagian pembukaan tentu saja hams
berisi salam, menyapa hadirin, dan mengemukakan topik pembicaraan. Setelah itu,
barulah disampaikan isi pidato dengan urutan yang baik. Urutan yang digunakan
dapat berupa urutan kronologis atau berupa rangkaian peristiwa, urutan sebab
akibat, akibat sebab atau gabungan dari beberapa can penyajian itu. Kemudian,
pidato ditutup dengan salam. Setelah Anda selesai menuliskan sebuah naskah
pidato, cobalah Anda berpidato di depan cermin atau teman-teman Anda dengan
menggunakan naskah tersebut. Perhatikan pemakaian intonasi dan tekanan suara,
gerak-gerik tubuh, dan kontak mata dengan pendengar.
KEGIATAN BELAJAR 3
Keterpaduan Keterampilan Membaca
dengan Fokus Menulis
Cukup sering kita melakukan
aktivitas membaca dan menulis secara bersamaan atau bergantian. Ketika kita
menulis sesuatu, sebetulnya sekalig,us juga membaca sesuatu yang ditulis walau
kegiatan membaca yang dilakukan tidaklah secara intensit Baru kemudian, ketika
ingin memeriksa kembali hash l tulisan, kita melakukan aktivitas membaca dengan
lebih serius. Lalu, mungkin kita menemukan struktur kalimat atau kata yang
digunakan kurang tepat sehingga perlu mencoretnya dan menulis kembali dengan
menggunakan kalimat atau kata yang lebih mengena. Dalam kehidupan modem
sekarang ini, melalui sarana intemet clan juga telepon genggam, kita dapat
berkomunikasi dengan menggunakan tulisan dengan teman, keluarga, dan relasi
kerja dengan cepat (dalam waktu real tune), seperti kita bertelepon. Kita
membaca pesan yang disampaikan secara tertulis melalui surat elektronik (email)
atau melalui fasilitas chatting di intemet dari berbagai belahan dunia, kemudian
kita pun dapat segera menulis balasannya dan mengirimkannya melalui fasilitas
yang tersedia. Di saat lain, kita mungkin perlu membaca sebuah pengumuman,
membaca makalah, buku-buku sambil membuat catatan-catatan yang perlu. Jadi,
tampak jelas bahwa sering kali kita melakukan aktivitas membaca dan menulis
secara serentak atau secara bergantian. Selain itu, aktivitas membaca diduga
dapat meningkatkan kemampuan menulis. Kontribusi aktivitas membaca terhadap
kegiatan belajar menulis dapat diduga, antara lain berikut mi.
I. Penguasaan kata-kata dan istilah-istilah
baru, kalimat, dan pemakaian ejaan ketika belajar membaca akan memberi
sumbangan positif dalam menulis.
2. Organisasi bahan bacaan dapat
menjadi contoh dalam pengorganisasian tulisan dalam menulis.
3. Dalam menulis tingkat lanjut, informasi yang
diperoleh dalam bahan bacaan dapat menjadi sumber ide atau sumber data bagi
tulisan yang akan disusun.
Mengingat
kegiatan membaca dan menulis sering dilakukan secara terpadu dan aktivitas
membaca dapat memberi pengaruh positif dalam belajar menulis maka belajar
menulis dan latihan-latihan menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan
aktivitas membaca. Berikut ini contoh-contoh aktivitas membaca yang dapat
dikaitkan dengan aktivitas latihan menulis.
A. MEMBACA
CERITA/DONGENG DAN AKTIVITAS MENULIS
Anda
dapat berlatih menulis dengan can terlebih dulu membaca sebuah naskah
cerita/dongeng. Setelah selesai membaca sebuah naskah cerita/dongeng itu, Anda
dapat melakukan berbagai aktivitas latihan menulis yang bervariasi, misalnya
berikut ini. I. Menuliskan nama-nama tokoh dalam cerita dan memberi komentar
secara tertulis terhadap karakter tokoh. 2. Melengkapi bagian a.khir cerita
yang sedang Anda baca. 3. Menulis kembali cerita dengan menggunakan kalimat dan
pilihan kata sendiri. 4. Menuliskan pernyataan rasa suka dan tidak suka
terhadap tokoh-tokoh atau jalan cerita beserta alasan-alasannya
B.
MEMBACA PUISI DAN AKTIVITAS MENULIS
Anda
dapat berlatih menulis dalam kaftan dengan aktivitas membaca sebuah puisi yang
Anda sukai. Dalam hal ini, setelah Anda selesai membaca sebuah puisi, ceritakan
isi puisi itu secara tertulis, dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri.
Dengan kata lain, cobalah Anda ubah sebuah puisi menjadi sebuah prosa. Anda
juga dapat melanjutkan latihan menulis dalam wujud menuliskan perasaan Anda
terhadap puisi tersebut. Nyatakan secara tertulis apakah Anda sub atau tidak
suka terhadap puisi itu berikut alasan-alasannya. Latihan ini akan membawa Anda
kepada diperolehnya keterampilan menulis resensi. Setelah Anda melalmkan
aktivitas di atas, Anda dapat melanjutkan latihan menulis, misalnya menulis
sebuah puisi yang lain. Setelah itu, bacakanlah puisi yang Anda tulis itu di
depan orang-orang yang debt dengan Anda. Bila memungkinkan, kirimkanlah puisi
Anda ke majalah atau koran-koran yang biasa menyediakan rubrik sastra. Jangan
lupa pula, arsipkanlah
puisi
karya Anda itu dalam wujud buku kumpulan puisi. Mungkin saja suatu catatan buku
kumpulan puisi itu dapat diterbitican.
C.
MEMBACA DAN MENTJLIS PETUNJUK, PENGU1VIUMAN, POSTER, TRLAN, DAN SURAT
Anda
dapat belajar dan berlatih menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan
surat dengan can membaca jenis-jenis tulisan itu terlebih dulu. Misalnya,
dengan membaca sebuah surat dirias, Anda dapat memahami bahwa surat dirias itu
terdiri atas unsur hal, tuntun; tang gal, alatnat yang cutup, pemhuka swat, isi
sum`, dan penutup surat. Anda pelajari pula tata letaknya. Misalnya, hal dan
nomor swat ditulis di sudut kin i was kertas. Kemudian, setelah satu spasi atau
lebih di bawahnya, merapat ke margin kanan dituliskan tanggal surat. Saw spasi
atau lebih di bawahnya, merapat ke margin kin, ditulis alamat yang dituju.
Setelah itu baru ditulis salam pembuka, isi swat, dan salam penutup yang
diikuti tanda tangan dan nama pengirim. Contoh lain, dengan membaca sebuah
iklan, kita memperoleh pemahaman bahwa wacana iklan mengg,unakan
kalimat-kalimat yang ringkas, pilihan kata yang menonjolkan makna konotatif
yang dapat membangkitkan emosi tertentu, dan pengorganisasiannya menarik, serta
sering dilengkapi dengan gambar atau grafis tertentu. Jadi, dengan membacanya
kita dapat memahami wujud berbagai jenis tulisan. Setelah itu, kita dapat
berlatih menulis berbagai jenis tulisan dengan berbekal pengetahuan yang sudah
kita peroleh dari bacaan Berikut ini tulisan yang termasuk jenis petunjuk.
Bacalah dan pelajarilah aspek pengorganisasian, pemakaian kalimat, dan pilihan
katanya.
Cara
Membuat Tapai dari Singkong
Pilihlah
singkong yang baik. Singkong yang baik berwama putih. Potonglah singkong itu
sesuai keinginan. Setelah itu, cud singkong dengan menggunakan air sampai
bersih. Singkong yang telah dipotong dan bersih direbus sampai matang. Setelah
matang, ubi rebus itu didiriginkan di atas daun-daun pisang. Bita sudah dirigin,
taburi ragi di atasnya secukupnya. Kemudian, ubi rebus yang tetah diberi ragi
itu dibungkus. Latu, simpanlah bungkusan-bungkusan itu selama dua atau tiga
had. Setetah disimpan setama dua atau tiga hart jaditah tapai yang manis dan
enak.
Setelah
Anda selesai membaca petunjuk di atas, cobalah Anda menulis beberapa petunjuk
lainnya, misalnya petunjuk menggunakan suatu alat, petunjuk menggunakan kartu
katalog perpustakaan, dan lain-lain. Lanjutkan berlatih menulis iklan, poster,
pengumuman, surat dengan cara yang sama. Baca jenis-jenis tulisan itu guna
mempelajari bentuk-bentuk dan penggunaan bahasanya, kemudian cobalah berlatih
menulis jenis-jenis tersebut.
D.
NIENULIS RANGKUMAN BACAAN
Latihan
menulis jenis lain yang penting bagi Anda adalah latihan membuat sebuah
ringkasan, misalnya ringkasan sebuah cerita, artikel, dan buku. Dalam membuat
ringkasan, pertama-tama Anda hams berlatih menemukan gagman utama atau tema
setiap paragraf dari suatu bahan bacaan. Kemudian, Anda perlu memberi tanda-tanda
serta membuat catatan-catatan sehubungan dengan gagasan pokok atau tema bacaan
tersebut. Terakhir, barulah Anda menulis ringkasan bahan bacaan yang dimaksud
dengan hanya mengemukakan gagasan-gagasan utama atau tema-tema yang terdapat
dalam setiap paragraf atau subjudul buku yang dibaca dengan bemedoman pada
tanda-tanda dan catatan-catatan yang telah dibuat.
1) a.
Lakukan identifikasi terhadap tema, alur, tokoh, dan latar cerita. Kemudian,
kemukakan alur utama cerita berikut tokoh dan latar utamanya piña yang menyatakan
tema besar novel tersebut. b. Tokoh-tokoh cerita disukai atau tidak disukai
karena karakter yang dimiliki. c. liclan biasanya menggunakan bahasa yang
bersifat informatif, menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, dan menggunakan
kata-kata dalam makna konotatif yang membangkitkan suatu emosi.
2) Untuk
meng,ubah sebua.h puisi menjadi prosa, sekurang-kurangnya penulis memahami
peristiwa apa yang disajikan dan bagaimana nada puisi itu.
RANGKUMAN
Dalam
berkomunikasi yang sesungguhnya, kita sering melakukan aktivitas membaca dan
menulis secara bersamaan atau bergantian. Aktivitas membaca diduga dapat
memberi kontribusi positif terhadap kemampuan seseorang dalam menulis.
iContribusi aktivitas membaca terhadap kegiatan belajar menulis, seperti
berikut. Penama, penguasaan kosakata/istilah, kalimat, dan pemakaian ejaan
ketika belajar membaca akan memberi sumbangan positif dalam belajar naenulis
kalimat. Kedua, organisasi bahan bacaan dapat menjadi contoh dalam
pengorganisasian tulisan sehingga dapat memberi kontribusi positif dalam
belajar menulis paragraf atau karangan secara utuh. Ketiga, dalam menulis
tingkat lanjut, informasi/data yang diperoleh dalam bahan bacaan dapat menjadi
sumber ide atau sumber data bagi tulisan yang akan disusun. Oleh karena itu,
latihan menulis secara terpadu dengan aktivitas membaca memberi nilai tambah
bagi penguasaan keterampilan menulis. Aktivitas latihan menulis secara terpadu
dengan kegiatan membaca tersebut dapat berupa berikut mi. 1. Membaca
cerita/dongeng yang diikuti dengan aktivitas menulis sinopsis atau resensi. 2.
Membaca puisi dan mengubahnya menjadi prosa atau menulis Resensi. 3. Membaca
dan menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat. 4. Menulis
rangkuman bacaan.
KEGIATAN
BELAJAR 1
Keterpaduan
Keterampilan Menyimak dan Berbicara dengan Fokus Membaca
A. PROSES MENIBACA
Jelpiston
dalam Mikulecky (1990: 2) mengemukakan bahwa membaca merupakan tingkah laku
yang kompleks, yang secara sadar atau tidak sadar melibatkan pengg,unaan
berbagai strategi dalam upaya membangun suatu model makna yang diduga
dimaksudkan oleh penulis. Dalam upaya membangun model makna tersebut, menurut
Rumelhart dalam Mikulecky (1990:2), pembaca menggunakan salah satu metode dad
dua metode pemrosesan infortnasi. Apabila dalam membaca fokus pembaca ditujukan
terutama pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam upaya memahami
makna keseluruhan teks, itu berarti pembaca menggunakan metode top-down dalam
membaca. Sebaliknya, apabila dalam upaya mendapat pemahaman terhadap keseluruhan
makna teks terutama mengandalkan informasi yang bersifat tekstual, itu berarti
pembaca menggunakan metode bottom-up dalam membaca. Dalam proses membaca, pada
umumnya pembaca menggunakan secara spontan dan interaktif kedua metode
penuosesan informasi di atas ketika berupaya menghubungkan informasi atau makna
clan bahan yang dibacanya dengan informasi yang telah dimilikinya, tetapi kadar
pemakaian kedua metode tersebut tidaklah sama persis. Seorang pembaca suatu
wak-tu mungkin akan mengandalkan pengetahuannya mengenai topik yang telah
diketahuinya guna mencari makna kata-kata yang tertulis, dan sebaliknya pembaca
yang telah menguasai kata-kata yang tertulis, tetapi tidak familiar dengan
topik akan mengandalkan pengetahuan mengenai kata-kata itu guna memahami makna
keseluruhan teks. Berikut ini disajikan diagram proses pentahanwat dalam
membaca yang menggambarkan pembaca berupaya membangun makna teks melalui
penafsiran terhadap informasi tekstual dengan bantuan pengetahuan atau
pengalaman yang telah ada.
Pembaca
memproses taks berdasarkan schemata yang telah dimilliki: kemampuan kotontif
latar belakang pengetahuan (knowledge) pengetahuan bahasa budaya dan
kepercayaan
Taks
menyediakan informasi barti untuk diproses. informasi tata tulis (grapho-phonic)
informasi sintaktis informasi semantik ilustrasi-il ustrasi informasi genre
Kecocokan
schemata dan data Pemahaman
Gambar
9.1. Diagram Model Proses Pemahaman dalam Membaca
Diagram
di atas menjelaskan bahwa dalam membaca, yaitu berupaya memperoleh makna dari
teks, si pembaca mengindrai sampel dari materi yang tercetak (terdiri atas
tulisan/huruf, kata, kalimat, ilustrasi-ilustrasi, dan genre), kemudian secara
instan menghubungkannya dengan apa yang sudah diketahui, dan mencoba menemukan
kecocokkan antara informasi tertulis dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
tersebut (Mikulecky, 1990:3). Informasi mengenai konteks tentu saja sangat
membantu pembaca dalam upaya menemukan hubungan antara informasi tertulis
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Collins dan Smith serta Schank dan
Abelson dalam Mikulecky (1990:6) menyatakan bahwa kita dapat membagi-bagi
proses membaca yang telah dikemukakan di atas menjadi sub-subpro.ses. Dengan
demikian, keterampilan membaca pun dapat dipecah-pecahkan menjadi sub-subketerampilan
pula. Mikulecky (1990:25-26) membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis
keterampilan yang lebih kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut,
antara lain sebagai berikut.
I.
Kemampuan melakukan decodirig secara otomatis.
Termasuk dalam jenis keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal/menyadari
sebuah kata dengan sangat cepat, yaitu dengan sekali link.
II.
2. Kemampuan melakukan previewing (aktivitas prabaca)
dan predicting (memprecliksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan
bacaan yang disajikan berikutnya.
III.
3 Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam
membaca, yaitu memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.
IV.
4. Kemampuan
mengidentifika.si genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk dan
kemungkinan isi bahan bacaan.
V.
5. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan
sehingga pembaca dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama
membaca.
VI.
6. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks
dengan sangat cepat gunamemperoleh suatu informasi spesifik.
VII.
VIII.
7. Kemampuan
mengenal topik yang disajikan dalam teks.
IX.
8. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide
penunjang (details).
X.
9. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (knimat
utama).
XI.
10. Kemampuan menentukan ide pokok sebuah kalimat dan
paragraf.
XII.
11. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan
antaride dalam keseluruhan teks.
XIII.
12. Kemampuan mengidentifikasi dan mengsrunakan
kata-kata yang menandai relasi- rela.si antara unsur-unsur teks.
XIV.
13. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok
berdasarkan penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.
XV.
14. Kemampuan mengenal dan mengg,unakan unsur-unsur
kata ganti (pronouns), kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal
lainnya sebagai penanda kohesi.
XVI.
15. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih acing
bagi pembaca melalui konteks.
XVII.
16. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan
memperoleh kesan umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab
atau buku.
XVIII.
17. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan
isi teks dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang
telah diperoleh pembaca
18.
Kemampuan meringkas isi bacaan (summarizing), yaitu mengemukakan kembali
ide-ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.
19.
Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari beberapa bagian
bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.
20.
Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti (evidence).
Dalam hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat
tertulis dan dengan menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca
dapat mengetahui hal-hal yang tersirat atau yang tidak tertulis.
21.
Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan membuat
diagram mengenai isi teks.
22.
Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan keakuratan
bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dan
dapat membedakan antara fakta dan opini.
23.
Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan ota.k
memproses masukan (input) yang diperoleh dari bahan bacaan.
24.
Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan bahan
bacaan dan tujuan membaca.
B. PERANAN KETERAMPILAN
MENYIMIAK DAN BERBICARA DALAM MEMBACA
Tidak ada seorang ahli pun yang membantah
bahwa kita belajar bahasa pertama kali dengan can mendengar. Kemudian,
berangsur-angsur menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat
sambil belajar mengucapkan bunyi-bunyi yang didengar itu tahap demi tahap.
Harjasujana dan Damaianti (2003:83-88) menyatakan bahwa kemampuan mendengarkan
memiliki korelasi positif dengan kemampuan membaca tingkat permulaan walaupun
menurut mereka korelasi yang ditemukan tidak semuanya kuat. Sehubungan dengan
kaitan menyimak dengan kemampuan membaca, Tarigan (1993:3) mengemukakan bahwa
terdapat korelasi yang tinggi antara penguasaan kosakata simak (listening
vocabulary) dengan kosakata (readirig vocabulary). Oleh karena itu, menurutnya
peningkatan penguasaan kosakata melalui menyimak akan berpengaruh positif
terhadap penguasaan kosakata dalam membaca.
Apabila
kita cermati kembali dengan sebaik-baiknya proses membaca yang digambarkan
dalam diagram pada bagian terdahulu, kita dapat memahami begitu besar peranan
menyimak dan berbicara dalam peningkatan kemampuan membaca. Sebagai contoh,
kita dapat memahami makna tekstual dad tulisan yang kita baca dengan
menghubungkan teks dengan latar belakang pengetahuan (knowledge) dan
pengetahuan kebahasaan yang Eta miliE melalui proses menyimak. Hal yang
demikian, akan dipercepat oleh kemampuan dalam berbicara, yaitu melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada guru, dosen, dan orang lain
serta melalui diskusi-diskusi berkenaan dengan berbagai informasi tekstual dan
kaitan informasi itu dengan schemata yang kita miliki. Seperti telah
dijela.skan sebelum ini, dalam membaca seseorang dituntut untuk mampu
menghubungkan informa.si yang diperoleh dari teks dengan pengetahuan yang telah
dimilildnya. ini menunjukkan bahwa kejernihan kognitif memegang peranan penting
dalam keberhasilan membaca (Downing dalam Wray, 1994:20). Oleh karena itu,
dalam belajar membaca, tugas-tugas yang dengan sengaja melatih kemampuan kognitif
murid dalam menghubungkan informasi tekstual dengan schemata yang kita miliki
memegang peranan penting. Latihan-latihan yang dimaksud akan menuntut
dilibatkannya aktivitas menyimak, berbicara, dan menulis.
C. GURU SEBAGAI MODEL DALAM
MEMBACA (MODEL READER)
Mahon
dalam Mikulecky (100:31) menyatakan bahwa guru adalah unsur penting dalam
pelajaran membaca. Melalui sikapnya, guru dapat mempengaruhi murid-murid.
Kemudian, Nuttall (1982:192) menyatakan bahwa pembaca dihasilkan oleh pembaca
pula. Untuk itu, guru hams menjadi contoh bagi murid-muridnya sebagai pembaca.
Guru harus memperlihatkan diri di hadapan murid-muridnya bahwa ia akrab dengan
buku-buku, selalu membawa buku-buku dan menunjukkan rasa "cinta"
padanya, dan merujuk kepada buku-buku ketika mengajar. Guru juga perlu
bercerita mengenai buku-buku apa yang baru dibacanya, dan hams sering
membacakan bagian-bagian dari bahan bacaan atau buku yang mungkin akan menarik
bagi murid-muridnya. Jadi, merujuk kepada Nuttall tersebut, untuk menjadikan
murid-murid sebagai pembaca, Anda sebagai guru hams memperlihatkan diri banyak membaca.
Anda juga hams tampil di hadapan murid-murid Anda, sebagai pembaca yang
efektif, antara lain dengan can membacakan bagian-bagian dad bahan bacaan atau
buku yang menarik bagi murid-murid. Menurut Mikulecky (1990:149) ada beberapa
alasan perlunya gum memberi contoh dalam membaca bersuara di depan kelas. I.
Murid-murid akan mendapat keuntungan dad mendengarkan contoh membaca yang baik
dari gum. 2. Murid-murid yang semula tidak memilih buku-buku cerita dalam
aktivitas membaca akan tergerak untuk memilih buku-buku cerita setelah
mendengamya dari guru, 3. Guru dapat memperkenalkan bunyi-bunyi bahasa dengan
can membacakan puisi secara bersuara. 4. Guru dapat menjadi model dalam cara
membaca cerita yang dapat bennanfaat dalam mengembangkan keterampilan
berbahasa.
. Dalam
membaca, seseorang dikatakan melakukan proses membaca secara top down bila
fokus perhatiannya dimulai pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya dalam
upaya memahami makna keseluruhan teks. b. Seseorang dikatakan melakukan proses
membaca secant bottom up apabila dalam upaya mendapat pemahaman terhadap
keseluruhan makna teks si pembaca terutama mengandalkan informasi yang bersifat
tekstual. 3) Anda dapat membaca materi tentang jenis-jenis membaca menurut
Mikulecky!
4 ,
RANGKUMAN
Dalam
komunika.si yang sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, biasanya beberapa
jenis keterampilan berbahasa digunakan secara simultan atau secant bergantian.
Oleh karena itu, penyajian pelajaran membaca hendaknya tidak disajikan secara
terisolasi dari jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini mengingat pula
proses membaca merupakan tingkah laku yang kompleks, yang memerlukan berbagai
strategi dalam pemrosesan informasi secara top-down dan bottom-up. Keterampilan
menyimak memiliki korelasi positif dengan kemampuan membaca. Peningkatan
penguesam kosakata melalui menyimak akan berperan positif terhadap pengUaan
kosakata dalam membaca.
Keterpaduan
Keterampilan Menulis dengan Fokus Membaca
Dalam
belajar membaca maupun membaca sesungguhnya, sering kali kita juga haus melakukan
aktivita.s menulis. Tentu saja, aktivitas menulis yang dilakukan itu bukanlah
tujuan utama, melainkan sebagai sarana belajar membaca atau sebagai salah satu
strategi membaca secara efektif. Berikut ini disajikan contoh-contoh aktivitas
menulis yang terpadu dengan membaca dengan fokus pada belajar membaca secara
efektif. Bahkan, kadang-kadang penggunaan keterampilan lain selain menulis
tidak terelakkan untuk dilakukan guna mendukung aktivitas pokok, yaitu membaca.
A. PREP, MENGEMBANGKAN
ASOSIASI SEMANTIS
Menurut
Langer dalam Mikulecky (1990: 41), PreP (Pre-readirig Preparatory Instruction)
dapat disiapkan dan dilakukan untuk membantu murid-murid mengaktifkan konsep-konsep
dan latar belakang pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelum mulai membaca.
Kegiatan itu juga bennanfaat bagi pemerolehan keterampilan previewing dan
predicting yang telah kita bicarakan dalam Modul 4. Schulz (Mikulecky, 1990:11)
menyatakan PreP merupakan kegiatan prabaca yang direncanakan dengan maksud
untuk menjadikan pembaca sadar terhadap apa yang sudah diketahuinya mengenai
topik yang akan dibacanya dan guna mengaktifican memori dan harapan-harapan
(expectations) mereka terhadap bacaan dapat mempelajari langkah-langkah PreP
sebelum membaca secara individual, dan PreP dapat dijadikan sebagai bagian dari
aktivitas prabaca. PreP terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) memilih sebuah kata
kunci, frase, atau gambar dari teks, kemudian buat asosiasi-asosiasinya dari
kata kunci, frase, atau gambar tersebut, (2) mengemukakan alasan-alasan
mengenai asosiasi-asosiasi yang telah dibuat, dan (3) mengemukakan
asosiasi-asosiasi tambahan isi muncul ketika diskusi berlangsung. (Mikulecky,
1990:41-42) Pelaksanaan ketiga tahap PreP hampir tidak memerlukan persiapan dan
dapat diterapkan pada semua jenis bahan bacaan. PreP juga memberi umpan batik
(feedback) yang reliable kepada Anda untuk mengestimasi penguasaan konsep dan
latar belakang pengetahuan yang telah Anda miliki sehubungan dengan suatu topik
bacaan. Contoh latihan melakukan asosiasi yang dimaksud adalah seperti berikut.
1.
Latihan Berasosiasi secara Klasikal Kemukakan apa yang Anda bayangkan ketika
Anda melihat kata vitamin.
2.
Latihan Berasosiasi secara Berpasangan atau Berkelompok Dalam lembar kerja
berikut ini Anda akan menemukan sepuluh kata. Tulislah apa yang Anda ingat atau
yang Anda pikirkan berkaitan dengan kata-kata tersebut dengan menuliskannya pada
bagian yang bergaris di sebelah kata-kata tersebut. Kemudian, bandirigkan
dengan basil pekerjaan teman-teman Anda. Perhatikan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan antara daftar yang telah Anda buat dengan yang dibuat oleh
teman-teman Anda. 1. dokter 2.
televisi 3. buku 4. Jakarta
5. kebun binatang 6. perpustakaan
7. burung 8. hidung 9. presiden 10. air
B. FORMULIR TANGGAPAN
TERHADAP BUKU (BOOK RESPONSE SHEET)
Salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh Anda untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman Anda tentang isi suatu bacaan atau buku adalah memberikan tanggapan
atau komentar terhadap buku yang sudah Anda baca. Komentar tersebut dapat
memberikan gambaran mengenai pikiran dan perasaan Anda terhadap buku yang telah
Anda baca. Komentar dapat ditulis di formulir tang,gapan.
Fominiir
tanggapan terhadap buku yang telah dibaca oleh Anda tersebut antara lain berisi
judul buku, nama pengarang, jenis buku, informasi mengenai tingkat kesulitan,
komentar mengenai keunggulan-keunggulan buku, saran-saran untuk teman mengenai
manfaat membaca buku tersebut, clan identitas pembaca (pengisi formulir).
Kegiatan pemberian tanggapan terhadap buku selain bennanfaat bagi latihan
membaca pemahaman dan belajar memberi penilaian terhadap sebuah buku yang telah
dibaca secara singkat, juga bennanfaat sebagai latihan pendahuluan bagi
pelajaran menulis resensi buku (Mikulecky, 1990:22).
Berikut
ini contoh formulir tanggapan terhadap buku.
FORMULIR
TANGGAPAN TERHADAP ISI BUKU
Judul
Buku Pengarang Jenis buku Juiniah halaman
Tingkat
kesukaran : mudah n
Apa yang
paling Anda sukai dari buku ini?
sedang n
sukarn
Apa yang
tidak Anda sukai dari buku ini?
Apakah
ada saran-saran bag pembaca lain yang ingin membaca buku ini?
Umur Anda
Jenis kelamin : J laki-laki perempuan Kelas Bahasa sehari-hari di rumah •
C.
MENULIS SINONIM DAN HIPONIM
Sebagai
upaya untuk melatih Anda berasosiasi guna menguatkan kemampuan Anda dalam
menggunakan metode top-down dan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan
Anda menguasai kosakata sehubungan dengan proses membaca secara bottom-up, Anda
dapat menuliskan kata-kata yang beranonim dan berhiponim. Berikut contoh
petunjuk dan lembar tugas yang dapat Anda kerjakan.
1. Contoh
Latilian Menulis Sinonim Peturtjuk Berikut ini daftar yang memuat kata dan
kelompok kata. Anda diminta menuliskan kata atau kelompok kata lain yang memiliki
arti yang sama atau mirip di sebelahnya, seperti contoh pada nomor satu. 1)
sampai, tiba 2) sekejap 3)
memenggal 4) berbalik 5) berhawa sejuk 6) air kali
7) berkelakuan baik 8)
kitab 9) sajak 10) dongeng
2. Contoh
Latihan Menulis Hiponim Petunjuk: Semua kata dalam dap kelompok memiliki arti
yang sama atau mirip, tetapi ada kata yang lebih umum daripada kata lain dalam
kelompok itu. Anda hams menuliskan kembali kelompok kata itu dimulai dari yang
paling khusus (spesifik), ke yang lebih umum (bila ada), dan diakhiri dengan
yang paling umum. Contoh: pani k an lam k an he wan
1) mangga
buah-buahan jambu pisang 3) kapal alat transportasi mobil pesawat udara
helikopter 5) kapal pesiar kapal tanker perahu alat transportasi alat
transportasi but 7) pantun syair puisi sastra dongeng 9) vitamin nutrisi jeruk
sumber vitamin C
2) hidung
alat pernapasan kerongkongan pan-paru 4) sepeda alat transportasi darat mobil
alat transportasi kereta api 6) lornpat jauh lernpar lembing atletik olahraga
lornpat tinggi 8) kangkung bahan makanan sayur-sayuran makanan
10)
daging ikan nutrisi sumber protein telur telur
D. MELENGKAPI BAGIAN-BAGIAN
BACAAN
Untuk
melatih dan memonitor kemampuan Anda memahami bahan bacaan tertentu, Anda dapat
melakukan latihan melengkapi bagian-bagian teks yang tidak lengkap. Ada
beberapa variasi latihan yang dapat dikembangkan, antara lain sebagai berikut.
I. Menulis bagian-bagian teks yang sengaja dikosongkan atau tidak lengkap
dengan menggunakan kata-kata yang sesuai. Sebagai latihan, cobalah Anda
menuliskan kata-kata yang tepat pada bagian-bagian yang kosong (bergaris) bahan
bacaan berikut ini!
E.
MENULIS RINGKASAN BACAAN
Karangan
memiliki sebuah tema atau topik utama. Tema atau topik utama itu, kemudian
dikembangkan menjadi rangkaian bagian-bagian karangan yang terdiri atas
paragraf-paragst. Kemudian, setiap paragraf memiliki sebuah tema atau pokok
pikiran utelha yang mendukung tema atau topik utama karangan. Untuk memahami
makna sebuah karangan atau buku, pembaca hams dapat memahami tema atau pokok
pikiran utama yang terkandung dalam setiap paragraf yang membentuk keseluruhan
karangan atau buku itu. Tema atau pokok pikiran utama tersebut dapat ditemukan
pada bagian awal, akhir, atau awal, dan akhir paragraf atau mungkin tersirat dalam
keseluruhan kalimat yang membangun sebuah paragraf. Guna memahami dan mengingat
isi suatu bahan bacaan atau buku Anda dapat menuliskan ringkasan bahan bacaan
atau buku yang sudah Anda baca. Untuk tujuan itu, Anda dapat terlebih dulu
mencatat tema atau pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam setiap paragaf pada
setiap bagian bacaan atau buku. Kemudian, dengan memanfaatkan bahan catatan
itu, Anda dapat menuliskan ringkasan isi bacaan atau buku dengan menggunakan
kata-kata Anda sendiri.
Editor by : www.denmasmahesa.blogspot.com
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar